“Selama berformasi, aku merasa sudah ditemani, maka kini saatnya aku menemani teman-teman Formasi sebagai bentuk tanggapanku terhadap cinta-Nya yang sudah diberikan kepadaku.”
Kira-kira itulah motivasi awalku untuk memutuskan kembali bergabung dengan MaGis Jakarta sebagai pengurus, terutama animator selepas missioning. Di tahun keduaku berjalan bersama MaGis, aku masuk dalam dua pilar (tim): Spiritualitas dan Service. Awalnya aku merasa sama sekali tidak ada masalah dengan hal itu. Mengingat aku juga tidak memiliki kesibukan lain selain bekerja (yang mana masih full Work from Home) dan itung-itung nambah teman juga hehe.
Pengalaman selama menjadi pengurus ternyata sangat berbeda dengan saat masih menjadi formasi. Selama berformasi aku banyak fokus pada diriku sendiri, melakukan Latihan Rohani dan belajar untuk mengolah diri. Namun, selama menjadi pengurus aku banyak menemukan hal baru dalam berdinamika dengan komunitas.
Banyak hal yang aku pelajari dan dapatkan baik secara teknis maupun rohani. Sebagai angkatan “online”, aku dan sebagian besar teman-teman formasi MaGis 2020 tidak pernah bertemu tatap muka dengan pengurus selain animator, juga dengan teman dari circle lain. Pengetahuan dan pengalamanku minim sekali dalam hal berdinamika secara tatap muka. Jujur saja, di awal-awal kepengurusan aku sempat merasa have no clues dalam bagaimana menemani teman-teman circleku, apalagi kalau harus sering-sering bertemu secara luring. Tidak punya ide harus menjadi animator yang seperti apa. Namun, justru karena ketidaktahuanku itulah aku jadi menemukan banyak hal baru selama jadi pengurus. Aku dipertemukan dengan banyak orang baik yang memberikan pandangan bagaimana untuk bertindak, yang ternyata hal itu tidak hanya bisa kuaplikasikan pada proses menemani teman-teman formasi, tapi juga berelasi dengan orang lain secara umum.
Berada di dua pilar juga membawa tantangan yang ternyata tidak mudah untukku. Tantangannya bukan dari segi waktu, tapi dari segi energi. Terus terang saja, beberapa kali aku merasa tidak ingin mengikuti rapat pengurus, karena rasanya lelah sekali. Tidak bisa dipungkiri, menjadi pengurus ternyata lebih menguras energi daripada saat berformasi. Mulai dari memikirkan teknis pelaksanaan pertemuan bulanan setiap bulannya, teknis kegiatan-kegiatan MaGis di luar perbul, memperhatikan perkembangan formandii, dan lain sebagainya.
Ada pelangi setelah hujan. Hal ini benar-benar aku rasakan selama berdinamika menjadi pengurus di MaGis. Meskipun rasa lelah itu tidak bisa dihindari, aku selalu merasakan rahmat Tuhan mengalir deras kepada diriku setiap menyelesaikan satu demi satu tugas di kepengurusan MaGis. Kerap kali aku merasa cemas karena aku tidak percaya diri untuk bertemu dengan teman-teman baik formasi ataupun pengurus. Aku sering mengkhawatirkan diriku apakah aku bisa cocok dan diterima oleh teman-teman, terutama menjadi animator yang baik bagi teman-teman circleku (minimal tidak membuat teman-teman circle kecewa). Tetapi, Tuhan dengan segera menjawab kekhawatiranku tersebut. Dalam setiap pertemuan demi pertemuan di MaGis baik dengan formasi maupun pengurus, aku merasa semakin dekat dan mengenal teman-teman. Aku belajar untuk lebih percaya pada orang lain dan tidak mengandalkan diri sendiri.
Dalam berkomunitas, beberapa kali aku menghadapi adanya perbedaan pendapat. Aku belajar untuk menerima pemikiran atau cara pandang teman-teman dalam komunitas yang berbeda dengan yang aku yakini benar, dan tidak ada hal yang salah dengan itu. Salah satu hal yang sangat mengena bagiku dalam kepengurusan di MaGis adalah bagaimana kami sebagai satu komunitas melakukan diskresi komunal. Setiap keputusan yang diambil tidak pernah hanya untuk kepentingan beberapa kelompok saja. Bukan untuk aku saja, kamu saja, namun kita sebagai komunitas. Kami belajar untuk segala keputusan yang diambil selalu diarahkan sesuai Asas dan Dasar yaitu, untuk memuji, menghormati, serta mengabdi Allah Tuhan kita.
Pengalaman berkomunitas di MaGis sebagai pengurus memperkaya caraku dalam berpikir dan bertindak. Aku meyakini bahwa pertemuanku dengan teman-teman pengurus dan formasi merupakan salah satu bentuk sapaan Tuhan dan sarana yang disediakan oleh Tuhan untuk membentukku (dan juga kami) menjadi pribadi yang lebih baik, terutama dalam membangun relasi dengan orang lain. Perjalanan ini tidak bisa dikatakan mudah, namun sungguh bisa dinikmati, karena orang-orang di dalamnya, karena peristiwa-peristiwa yang terjadi, dan karena cinta-Nya yang tercurah untukku. Aku bersyukur bertemu teman-teman di komunitas ini, teman-teman yang setia menemani dan saling menghargai, sama seperti Dia yang selalu menemani dan menghargaiku sebagai sahabat-Nya. Pada akhirnya, aku merasa dalam komunitas ini yang awalnya masing-masing datang sebagai individu, sebagai aku, sebagai kamu, kini telah menjadi “kita”.