Hari Community Building (Combul) tiba. Bayangan-bayangan imajinasi muncul dari pikiranku, betapa excited diriku menunggu hari ini tiba, bertemu teman baru, dan masuk dalam circle bersama orang-orang yang telah ditentukan berada dalam satu circle yang sama. Ini seperti yang diceritakan ketika introduction dan juga oleh temanku di formasi sebelumnya. Namun, ternyata tak hanya perasaan excited yang kurasakan, tapi ketakutan juga muncul, tatkala bertemu wajah-wajah baru. Apakah aku dapat beradaptasi dengan keunikan mereka masing-masing?
Dalam pembagian circle ini aku hanya pasrah akan bersama siapa nanti aku di dalamnya. Aku masuk dalam circle-3. Bukanlah suatu kebetulan rasanya. Malam sebelumnya, aku agak lebih lama beranjak dari lokasi api unggun untuk menuju perkemahan, sehingga teman satu kelompok games sudah tak terlihat. Waktu itu aku berjalan sendiri, lalu dengan berusaha tetap tenang karena gelap dan belum begitu kenal banyak orang, aku memberanikan diri nimbrung dengan rombongan lain, dan bukan suatu kebetulan orang yang aku ajak bercakap-cakap dalam perjalanan itu ternyata menjadi teman satu circle-ku.
Ketika circle-ing (sharing dalam circle), rasa excited itu tetap ada. Ada juga hal yang muncul dan tak mampu kuhalangi, yaitu rasa “deg-degan” ketika giliranku berbicara semakin dekat. Aku terus berpikir tentang apa yang akan aku bagikan nanti. Berbagai skenario muncul di pikiranku, karena tak biasa bagiku untuk berbicara di depan umum. Ketika orang lain berbicara, aku berusaha mendengarkan dengan tenang, seakan ada yang mengingatkan bahwa,
“Tidak ada yang benar atau salah, nikmati, cecapi dan rasakan perasaan yang muncul. Tentu ada sesuatu yang dapat kuambil atau yang ingin Dia sampaikan kepadaku melalui diri mereka dan disampaikan kepada mereka melalui diriku…”
Satu per satu teman mulai sharing dan yang lain mendengarkan. Tawa yang tak jarang pula mengisi hening di sela pembicaraan. Salah satu pertanyaan yang perlu kami sharing-kan adalah: Bagaimana perasaan dominanku selama Combul?
Dari diriku, aku merasakan ada hal yang berbeda dari kegiatan lainnya. Kalimat yang berkesan bagiku sebelum Combul dimulai adalah “Hal-hal receh digunakan untuk membentuk kedekatan satu sama lain.” Tanpa basa basi waktu itu dikatakan dan langsung disebutkan kalau hal-hal yang dimainkan adalah hal receh, yang membuatku paham inti dari kegiatan ini. Aku merasa bahwa sebaiknya semua waktu ini aku gunakan sebaik mungkin untuk saling mengenal. Meskipun begitu, aku menyadari kelemahan diriku. Adakalanya aku merasa enggan, karena tak tau siapa mereka, juga karena pembawaan diriku yang sebenarnya tak mudah langsung dekat dengan orang yang baru kukenal.
Ketika mendengarkan sharing dari yang lainnya, aku mendapat hal-hal yang tak terpikirkan olehku, hal kecil yang juga kurasakan, tapi ternyata adalah suatu hal yang besar untuk orang lain. Satu hal yang sangat berkesan dan membuat mataku berlinang hingga hampir meneteskannya adalah ketika mendengarkan sharing pendamping. Sebutnya, aku diibaratkan seperti orang keempat yang kepadaku ditunjukkan keindahan alam dari puncak gunung. Karya penyelenggaraan Ilahi yang mungkin terlihat di mata kita hanya satu sisi saja. Namun, sebagai pendengar, kita perlu mendengarkan dari berbagai pihak, baik itu tanggapan positif panitia maupun peserta. Ilustrasi tersebut menggambarkan 360 derajat keindahan pemandangan dari puncak gunung yang fullll… Mungkin kalau hanya dari puncak gunung, keindahan tak bisa dinikmati dari segala sisi.
Dia memperlihatkan semuanya secara penuh…. Ternyata Begitu indah, begitu mempesona, dan begitu mengagumkan. Semua dikemasNya dengan sangat baik… Sungguh aku merasakan penyertaanNya, semua takkan berjalan sebaik ini, jika tanpa campur tangan dari Sang Pencipta…
Aku merasakan dalam circle-ing ini sebagai penonton yang dipertunjukkan hal-hal yang menakjubkan dan mendengarkan kesaksian akan karyaNya dari bermacam pandangan ciptaanNya.
Mengenai harapan dan ketakutan akan perjalanan di formasi MAGIS ini, apa yang ada dalam pikiranku dan apa yang kurasakan?
Ketakutan yang kurasakan. Akankah aku mampu konsisten mengikuti dan menjalankan rangkaian latihan rohani. Ketakutanku ini ternyata sama dengan ketakutan yang kudengar dari sebagian anggota circle-ku. Di samping itu, aku mempunyai harapan untuk semakin intim denganNya, menemukanNya dalam segala hal, semakin mengenal diri sendiri dan semakin mencintai sesama. Ini juga ternyata menjadi harapan yang di sharing-kan teman-teman circle-ku.
Ternyata, hal yang kualami wajar, dan mereka menjadi cerminan untuk membantuku berproses. Dan lagi-lagi untuk ke sekian kalinya kalimat ini kudengar di telingaku, bahwa semua ini adalah sarana yang disediakan untukku berproses dan bertumbuh, dan semuanya itu tetap harus dimulai dari diriku sendiri, kembali lagi kepada diriku sendiri.
Ya, aku merasa seperti mulai menyelam di dalam samudera, aku merasa seperti menyelam di wadah air yang tepat, seperti pasangan puzzle yang match ditempatkan di tempat dimana seharusnya ia ditempatkan.
Circle–ing berikutnya kupikir akan agak cair, sesudah perkenalan ketika Combul, juga sudah berkomunikasi dalam grup chat whatsapp. Namun, rasanya tak semudah itu. Niat dalam hati ingin dapat membagikan sesuatu yang berguna. Setidaknya ada beberapa kalimat yang dapat kubagikan dan menggambarkan diriku untuk kuperkenalkan. Namun, apa daya hanya sepenggal kalimat yang mengawali ketika giliranku berbicara tiba..
Ya, aku di sini akan belajar, untuk menyampaikan sesuatu, sesuatu yang ada dalam diriku, yang membutuhkan suatu keterbukaan dan kepercayaan. Dari pancingan pertanyaan, akhirnya mengalir juga jawaban yang kulontarkan, menikmati suaraku sendiri dalam keheningan suasana mendengarkan, menikmati pula ekspresi yang muncul dari mereka, juga yang cukup menenangkan adalah kalimat spontan yang kudengar ketika menyampaikan penggalan ceritaku saat itu, “Tenang saja ada kami disini dan kamu tak sendiri.” Ada suatu keluarga baru untukku… Tuhan mengirimkan banyak penghibur untukku…
Dan ada satu hal lagi, sepertinya Dia menyampaikan sesuatu untuk setiap anggota dalam kehidupan sehari-hari, dan melalui circle-ing ini tiap anggota secara tidak langsung seperti menyampaikan sesuatu yang hendak Dia katakan kepada masing-masing dari kami. Salah satunya, aku merasa takjub akan pertolonganNya mendengarkan sharing temanku yang berhasil melewati masa gempa di Palu. Jika tak ada hasrat dariNya untuk ke pantai pada siang hari itu, tentu dengan mengikuti jadwal yang ada baru sore hari ia di pantai ketika gempa dan tsunami itu datang.
Sungguh aku melihat keajaibanNya, sungguh mempesona pertolonganNya…dan Dia memintaku untuk lebih bersyukur setiap harinya, keluarga, makanan, anggota tubuh, tempat tinggal, yang masih bisa kunikmati saat ini…
Kuperhatikan dan kubaca kembali, kutemukan kelemahan-kelemahan diriku yang perlu kupelajari, dan kubawa padaNya… dan tak sedikit berkat-berkat-Nya yang dialami dan didengarkan, dirasakan dan dituliskan… semoga dapat pula dibagikan… AMDG…
Sekian ceritaku…. Selamat bertumbuh, semakin mengenal Allah, diri sendiri, dan mencintai sesama… Dan yang tak kalah indahnya adalah saling mendoakan… ☺ Be More, be Magis!
