Saat dihubungi oleh animatorku bahwa aku diajak untuk berbagi pengalaman atau rahmat apa yang aku dapat selama berformasi di magis, aku jadi teringat saat dulu bekerja selama 9 bulan di luar kota Jakarta, persisnya di Kebumen, Jawa Tengah. Aku tidak menyangka bahwa di Kebumen itu, aku boleh dikatakan bergaul akrab dengan seorang suster, yang menurutku menjadi orang pertama yang memperkenalkan aku tentang komunitas maGis dan pada akhirnya menyarankan aku untuk ikut mendaftar nanti setelah pulang kembali ke Jakarta. Suster memang sempat menjelaskan secara singkat apa itu komunitas maGis, namun tidak menjelaskan bentuk kegiatannya seperti apa. Meskipun demikian, suster tersebut seolah seperti memberikan jaminan/garansi bahwa ikut maGis akan bermanfaat untuk kehidupanku. Jaminan dari suster itulah yang kujadikan alasan untuk mendaftar, meski aku juga punya motivasi tersendiri saat ikut maGis, yakni untuk memperbanyak teman yang Katolik dengan berada di komunitas, sehingga tidak melulu hanya ikut misa dan misa.
Setelah diterima, aku resmi menjadi formasi. Lalu mulailah ada tugas yang diberikan kepadaku dan teman-teman yang lain satu circle/formasi, seperti examen, journaling dan tugas refleksi tematik lainnya. Sebagai contoh adalah soal examen dan journaling. Ada kalanya examen dan journaling itu aku lakukan dengan semangat dan serius. Namun, ada masanya bingung juga. Biasanya bingung mau tulis apa di buku jurnal, salah satu yang membuat bingung adalah karena aku merasa examen dan journalingku hari ini dan kemarin adalah sama. Lalu aku juga mengakui, ada kalanya dalam hati aku merasa lelah dan jenuh. Tetapi sekarang setelah formasi selesai, fungsi dari examen dan journaling itu baru lebih terasa buatku, yaitu melatih aku mengelola dan sadar akan apa yang aku rasakan/pikirkan terhadap suatu kejadian serta melatih aku untuk menguasai diri dan tetap tenang dalam situasi yang menurutku tidak ideal.
Berkaitan dengan materi perbul (pertemuan bulanan) , aku tidak menyangka ada perbul yang membahas tentang sejarah hidup. Sebetulnya kegiatan yang membuatku heran dan tidak disangka-sangka adalah menuliskan sejarah hidup. Sejujurnya berat waktu dulu mesti menuliskan sejarah hidup, tetapi setelahnya aku mulai menyadari manfaat dari penulisan sejarah hidup. Kalau ada kegalauan atau ada masalah dengan diri sendiri bahkan mungkin orang lain, aku selalu mengingat dan melihat kembali sejarah hidupku. Biasanya aku menemukan akar masalahnya dan entah mengapa bawaannya akan menjadi lebih tenang.
Manfaat lainnya, penulisan sejarah hidup juga jadi momen untuk tahu kekuatan dan kelemahan yang ada padaku sekaligus mengingatkanku akan hal-hal yang sudah aku lalui selama ini. Beberapa hal juga memunculkan rasa syukur untuk apa yang sudah aku alami di masa lampau dan itu menjadikanku bisa seperti hari ini, meskipun masih banyak hal yang perlu aku olah.
Kegiatan lain adalah MAD. Kegiatan MAD yang aku ikuti itu indah untuk dikenang. Sebab, kapan lagi berjalan dalam kebersamaan dengan bekal yang terbatas dan jauh pula jalannya. Melelahkan tetapi bermakna. Bahkan kadang-kadang aku masih suka teringat kegiatan MAD. Mengapa? Karena MAD itu boleh dikatakan seperti gambaran, bagaimana selama ini aku hidup bersama sekaligus membuat aku sadar bahwa Tuhan selalu memberikan penyertaan dalam perjalanan hidup ini, lewat orang-orang yang bersamaku dalam perjalanan serta orang-orang yang aku jumpai dalam perjalanan.
Sebetulnya semua kegiatan di magis yang aku ikuti itu saling berkaitan satu sama lain dan bermanfaat. Namun kebetulan hari-hari ini aku sedang mengenang saat pertama kali tugas examen journaling dimulai, lalu kegiatan perbul sejarah hidup dan MAD yang membuatku merasa terkesan dan menemukan jawaban atas rahmat apa yang aku dapat dari formasi magis yang telah berlalu saat akan menuliskan sharing ini.
Alexander Yosua Santoso
Yosua (27 tahun) lahir dan besar di Jakarta, seorang tenaga kesehatan yang bekerja di salah satu rumah sakit di Jakarta. Sangat senang dengan jalan-jalan. Mulai bergabung dengan komunitas Magis Jakarta tahun 2021