MAGIS bagiku adalah tempat belajar: belajar mengolah diri dan belajar bersosialisasi kembali. Awalnya tujuanku bergabung di MAGIS adalah untuk mengolah diriku sendiri. Aku yang beberapa tahun terakhir lebih banyak sibuk dengan pekerjaan dan diri sendiri akhirnya kembali berkomunitas. Lingkungan dan dunia baru yang sebelumnya belum pernah aku jajaki. Aku tidak mengira ternyata kehidupan MAGIS akan sangat amat berkomunitas. Tentunya kebiasaanku beberapa tahun terakhir tersebut membuatku canggung untuk bisa hidup berkomunitas kembali. Banyak hal dan kejadian yang beberapa waktu terakhir aku jalani dan aku olah sendiri. Aku terbiasa untuk membagikan ceritaku, sharing atau brainstorming kepada orang-orang yang sudah mengenalku cukup lama, yang mana adalah orang-orang yang kupercaya.
Melalui MAGIS aku belajar untuk membuka diri pada orang baru. Orang yang mungkin punya tujuan yang sama denganku dan mungkin juga tidak. Aku mendapat circle yang isinya perempuan semua, mulai dari formandi, animator maupun pendampingnya. Bagiku ini juga menjadi tantangan baru karena orang-orang yang kupercaya mayoritas merupakan laki-laki. Aku memang punya beberapa kelompok atau katakanlah genk, yang berisi perempuan. Aku punya group teman kecil berisi empat orang perempuan dan punya genk waktu kuliah berisi sembilan orang perempuan. Keduanya adalah kelompok yang terbentuk karena adanya kesamaan dalam hal tertentu dan membutuhkan waktu. Aku pun merasa aku bukan orang yang mampu membagikan kisah atau perkara yang sedang aku hadapi ke mereka secara gamblang. Aku memang orang yang supel tapi tidak seterbuka itu untuk membagikan cerita. Terutama bercerita kepada teman-teman perempuan. Aku lebih sering dan nyaman menjadi seorang pendengar dan memberikan feedback. Namun perjalananku di MAGIS ini meng-upgrade diriku melalui circle-ku, Wonder Women.
Pertemuan bulanan (perbul) yang kedua mengangkat topik mengenai Graced History, merefleksikan seluruh pengalaman hidup dan memaknainya sebagai pengalaman rahmat, pengalaman yang menjadi kado terindah dalam setiap perjalanan hidup. Dalam circle-an perbul kedua ini, kami saling membagikan kisah kami. Dari pertanyaan-pertanyaan pengendapan, kami masing-masing mengolah pengalaman hidup kami dan membagikannya kepada teman-teman circle. Kisah yang mungkin menjadi salah satu core memory kami dan membekas atau bahkan mengubah kami menjadi pribadi sebagaimana kami dikenal saat ini.
Bagiku pengalaman circle-an kali ini membuka banyak perspektif. Aku menemukan bahwa satu peristiwa yang hampir sama tapi dialami oleh orang yang berbeda memiliki pemaknaan dan dampak yang berbeda pula. Aku kembali menyadari bahwa setiap manusia itu unik dan aku belajar mengenai kerendahan hati. Kami satu persatu bergantian menceritakan pengalaman kami. Kebiasaan dalam komunitas MAGIS untuk bercerita ini mengawali prosesku juga untuk terbuka dan menerima diri apa adanya, menjadi pribadi yang jujur. Ketika aku mendengarkan kisah perjalanan teman-temanku, perasaan yang kurasakan adalah menahan diri untuk menilai pengalaman orang lain tersebut. Latar belakangku saat ini yang bekerja di bagian rekrutmen menuntutku untuk menilai orang dengan cepat. Apakah dia orangnya begini? Apakah dia fit? Mengapa dia begini? Kenapa bisa begitu? Itu menjadi makanan sehari-hari dalam pikiranku ketika mendengarkan kisah seseorang. Bahkan ada tuntutan untuk dapat menyimpulkan orang tersebut dalam waktu yang cepat. Maka pengalaman circle-an perbul kedua ini melatihku untuk belajar rendah hati. Ketika aku mendengar kisah teman-temanku, di awal aku merasa langsung mengelompokkan dan memberi label. Namun semakin aku mendengar kisah mereka, aku juga mencoba mengecilkan suara-suara di kepalaku ini. Aku belajar untuk tidak menilai apapun kisahnya, bagaimanapun kejadiannya tetapi mencoba untuk mendengarkan dengan aktif. Belajar untuk bisa menyelami pengalaman teman-temanku dan memaknainya. Dari situ, aku menemukan bahwa banyak sekali perspektif, langkah, dan makna yang bisa diambil dalam setiap perjalanan hidup kita masing-masing. Bahkan dengan cerita teman-teman circle-ku tersebut, aku belajar untuk membayangkan bagaimana ia menjalaninya pada waktu itu tanpa ada intervensi label dariku. Aku memaknai bahwa setiap pengalaman kisah itu berharga dan itu adalah rahmat. Tidak hanya bagi mereka tapi bagiku juga yang mempunyai privilese untuk mendengar kisah tersebut.
Terima kasih teman-temanku, karena kepercayaan dan keterbukaanmu tidak hanya menguatkanku dalam perjalanan hidupku namun juga menjadi sarana latihan untuk kembali rendah hati mendengarkan dengan penuh.
Christisia Natalia Agnes A.
Agnes adalah seorang yang senang berjumpa dengan orang baru dari segala penjuru bumi, penikmat keindahan alam, dan mencari banyak makna melalui buku yang ia baca. Baginya bahagia itu sederhana. Sesederhana membawa senyum dan tawa bagi orang di sekitarnya. Saat ini ia aktif menjadi bagian dari formandi MAGIS Jakarta 2024.