JIWA MUDA YANG BERDO(S)A

Di akhir Q3 2023, tepatnya pada bulan September, aku mengikuti community building yang diadakan oleh pengurus MAGIS Jakarta di sebuah villa di Puncak, Jawa Barat, bersama Formasi MAGIS Jakarta 2023 dan sebagian alumni. Banyak kegiatan yang kami lalui. Ada pengenalan materi seputar Ignasian, kegiatan outbound, games indoor, dan tentu saja latihan rohani warisan St. Ignatius Loyola: ladoda, examen, dll. Hal itu yang membuat kami semakin mengenal dan mempererat sesama anggota formasi, pengurus, dan tentu saja memperkaya pengetahuan tentang latihan-latihan rohani a la Ignasian.

Lalu di hari terakhir community building, akhirnya tibalah saat penentuan circle: anggota circle, animator, dan pendamping. Aku bersama dengan enam teman formasi 2023 tergabung ke dalam Circle 8 dan melangsungkan sesi perkenalan. Ternyata setelah anggota circle memperkenalkan diri berikut dengan domisili masing-masing, aku masuk ke dalam sebuah circle yang domisilinya tidak terlalu jauh antar sesama anggota formasi, animator, dan pendamping, yaitu Jakarta Timur, Bekasi, dan sekitarnya. Dari situ aku sadar bahwa domisili yang jaraknya tidak terlalu jauh harusnya menjadi sebuah advantage atau keuntungan bagi kami untuk melakukan pertemuan atau yang biasa disebut circle-an. Dan selayaknya pertemuan pertama kelompok pada umumnya, kami menentukan nama circle yang akan menjadi identitas kami selama berformasi di MAGIS Jakarta.

Saat itu kami belum punya ide atau bahkan tidak punya tenaga lagi untuk memikirkan hal-hal yang dirasa terlalu “berat”, karena saat itu energi kami kebetulan sudah hampir habis. Setelah itu, diskusi ditutup dengan doa dan kami mendapat tugas untuk mencari nama circle kami, dan nama itu harus sudah ada ketika kami mengadakan circle-an berikutnya.

Seminggu setelah community building, kami mengadakan circle-an pertama secara online dengan harapan bahwa api semangat berformasi dan berdinamika tidak layu begitu saja. Pada circle-an pertama kami, tidak banyak yang dibahas. Hanya sekedar sharing, membahas seputar latihan-latihan rohani (terutama jurnaling dan examen), dan tentu saja progress nama circle.

Tak lama setelah circle-an pertama kami, tepatnya seminggu kemudian, akhirnya kami mengadakan circle-an kedua. Kali ini secara offline di bilangan Rawamangun, Jakarta Timur. Tentu saja banyak cerita, kerinduan, dan tawa canda yang terjadi di sana. Kali ini, kami bersyukur bahwa saat itu kami bisa full team. Walaupun cuaca mendung tapi tidak menyurutkan semangat kami dalam circle-an.

Circle-an dimulai dengan percakapan tiga putaran. Setelah itu, akhirnya kami membahas “calon” nama circle untuk kami gunakan selama berformasi. Banyak nama yang bermunculan dengan refleksinya masing-masing. Aku mengusulkan 2 nama, yang satu bersifat “serius”, sementara lainnya lagi bersifat “bercanda” tetapi punya makna yang menurutku cukup dalam, yaitu: A.N.J.A.I.

A.N.J.A.I merupakan sebuah akronim dari: Anak Nakal Jadi Anak Ignasian. Saat itu, aku merefleksikan kata “A.N.J.A.I” karena tentu saja kita punya definisi kenakalan yang berbeda-beda, dan seringkali sifat nakal itu diasosiasikan sebagai sifat buruk. Harapannya, dengan berdisiplin menjalankan latihan-latihan rohani ala St. Ignasius Loyola dan meneladani perjalanan hidupnya, kita bisa mengurangi sifat buruk itu dan mengubahnya agar kita menjadi pribadi yang lebih baik lagi.

Dan pada saat voting nama circle, terpilihlah  dua nama yang mendapatkan suara terbanyak, yaitu: IMAGO dan A.N.J.A.I, yang pada akhirnya kami semua satukan menjadi IMAGO A.N.J.A.I. Lalu kemudian kami membahas tentang pembagian tugas saat piket di PerBul 1.

 

Di PerBul 1, aku merasakan kekompakan dan persahabatan yang erat di antara kami. Semua sangat serasi; memakai kemeja atau atasan hitam dan bawahan celana khaki. Jargon dan yel-yel juga sudah dipersiapkan dengan matang. Presentasi nama circle dan segala sesuatunya berjalan dengan lancar. Circle-an saat PerBul 1 juga berjalan dengan baik. Kami sangat bersyukur bahwa kami mendapatkan rahmat dan cintaNya sehingga kami bisa terbuka dan mempererat persahabatan kami.

Menurutku, cara paling sederhana dalam membangun komunitas baru adalah bagaimana kita bisa dan berusaha untuk mengerti keadaan / kondisi orang lain dalam komunitas tersebut. Di sisi lain, cara terbaik dalam membangun komunitas baru adalah dengan cara saling menjaga kepercayaan satu sama lain dan keterbukaan. Apalagi kami sepakat bahwa MAGIS adalah sarana atau wadah untuk menceritakan dan membuka sejarah hidup kami yang mungkin saja belum pernah diceritakan pada orang lain. Banyak juga dinamika ataupun peristiwa yang telah terjadi sebelumnya; baik suka maupun duka. Jika sesama anggota tidak memiliki kepercayaan, maka hilang sudah kesempatan kami untuk menceritakan dan merefleksikan hidup secara kolektif. Oleh karena itu, aku pribadi yakin bahwa teman-teman circle serta animator dan pendampingku adalah orang yang bisa aku percaya, sehingga tidak ada keraguan lagi untuk aku menceritakan segala sesuatunya.

Jujur saja, ketika aku memikirkan kata A.N.J.A.I, saat itu aku baru saja mengingat ulang materi soal sejarah hidup singkat St. Ignatius Loyola yang dibawakan pada saat ComBul. Aku merefleksikan bagaimana St. Ignatius mengalami sebuah momen “Pamplona” yakni peristiwa pertobatan serta merefleksikan kehidupannya. Lalu bagaimana kemudian St. Ignatius bertransformasi dari Inigo menjadi Ignatius -jiwa muda yang berdosa menjadi jiwa muda yang berdoa- dan menyerahkan segala yang ada padanya untuk Tuhan. Bukan hal mudah bagi seorang ksatria untuk melepaskan harta dan tahta duniawi lalu kemudian mengikuti Tuhan. Ini menurutku adalah sesuatu yang sangat amat luar biasa dan sangat layak untuk dicontoh. Pada akhirnya aku juga berharap demikian: yaitu kita semua boleh mendapatkan serta mencecap rahmat keterbukaan, kejujuran, dan bisa bertransformasi dari jiwa muda yang berdosa menjadi jiwa muda yang berdoa serta selalu memohon rahmat Tuhan untuk segala hal yang akan kita lalui ke depannya.

 

Berilah kami cinta dan rahmatMu,
cukup sudah itu bagi kami.

Amin

 


Basilius Kevin.

Formasi MAGIS 2023. Biasa dipanggil Kevin. Sehari-harinya bekerja di bilangan Ibukota. Pemerhati story leaks & teori konspirasi dalam serial One Piece.

Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *