Seorang pelukis Inggris, Holman Hunt membuat sebuah lukisan yang dapat menggambarkan bagaimana relasi kita dengan Tuhan. Setelah menyelesaikan lukisan Jesus Knocks The Door, ia ingin mengetahui tanggapan dari rekan-rekannya terhadap gambar ini. Semua rekannya dengan teliti dan kritis mencoba menemukan kesalahan dalam gambar tersebut. Namun, rekan-rekannya tidak dapat menemukan kesalahan pada gambar tersebut, justru mereka memuji gambar itu.
Holman Hunt merasa tidak puas. Ia memanggil rekan-rekannya yang lain dan meminta mereka mencari kesalahan dengan lebih teliti secara profesional. Akan tetapi, mereka pun tidak dapat menemukan kesalahan pada gambar ini. Sampai salah seorang rekannya yang masih amatir merasa menemukan kesalahan yang sangat mendasar, yaitu bahwa tidak ada pegangan pembuka pintu. Semua orang setuju itulah kesalahan mendasar Holman Hunt.
Namun, Holman Hunt memberikan jawaban yang mengejutkan kepada semua orang bahwa itu bukan suatu kesalahan atau keteledoran. Ia sengaja membuat gambar Tuhan Yesus berdiri di depan pintu yang tidak memiliki handle pintu luar. Hunt menjelaskan bahwa goresan cat yang ia buat adalah lukisan tentang Tuhan Yesus yang berdiri di depan “pintu hati”, bukan di depan pintu rumah. “Pintu hati” hanya bisa dibuka dari dalam, sehingga tidak ada handle pintu luarnya.
Bagaimana kita berefleksi dari lukisan itu? Pintu hati yang dilukis oleh Hunt dapat kita maknai sebagai relasi kita dengan Tuhan. Relasi tersebut bukanlah relasi satu arah, melainkan relasi timbal-balik. Mungkin dalam berdoa, kita pernah merasa kecewa kepada Tuhan karena sudah sedemikian rajin berdoa tetapi tidak ada perubahan apa pun. Apakah sungguh demikian?
Mungkin ini menjadi momen baik bagi kita untuk merefleksikan kembali cara kita berdoa. Apakah sungguh kita berdoa dengan hati dan tanpa perhitungan akan apa yang bisa kita peroleh? Apakah kita sudah mendengarkan Tuhan yang mengetuk pintu hati kita kemudian membukanya bagi Tuhan?
Apakah kita sudah menggunakan hati kita untuk berelasi dengan Tuhan? Mungkin kita cenderung lebih banyak menggunakan otak daripada hati. Memang kita tetap membutuhkan otak, tetapi relasi yang hanya menggunakan otak saja itu pasti melelahkan. Oleh karena itu, kehadiran hati masing-masing pribadi menjadi syarat mutlak agar relasi tersebut dapat tumbuh dan berkembang. Tidak hanya relasi dengan sesama, tetapi juga relasi dengan Tuhan. Tuhan sudah menunggu di depan pintu hatimu. Maka, bukan soal penampilan atau pikiran-pikiran bagus dan saleh tetapi iman atau kepercayaan kita kepada Tuhan menyangkut sikap hati kita. Inilah “berelasi secara sadar dengan Tuhan”, yaitu berelasi dengan hati.
Barry, William A. Berdoa dengan Jujur. Penerjemah oleh A. Sumarwan, dkk. Yogyakarta: Kanisius. 2018.
Heuken, Adolf. Tuhan Ingin Berbicara Kepadamu, Doa sebagai hubungan dengan Tuhan yang kita sadari. Jakarta: Cipta Loka Caraka. 2000. Terjemahan dari William A. Barry, SJ. God and You, Prayer as a Personal Relationship. NewYork: Pulist Press. 1987.
Tjaya, Thomas Hidya. Peziarahan Hati. Yogyakarta: Kanisius. 2011.
Fr. Josephus Bayu Aji, SJ
Jika mencari pekerja di ladang Tuhan, Bayu adalah salah satunya. Mahasiswa yang kesehariannya menggulati filsafat di STF Driyakara ini senang merenung juga soal Tuhan dan karya kasihNya bagi dirinya dan orang lain. Apalagi ditemani buku bacaan rohani dan secangkir kopi di senja hari.