Lewat Maria Aku Mengenal Allah

 

Seberapa sering kita mendoakan doa Salam Maria? Seberapa rutinnya kita mendoakan doa Rosario? Berapa kali aku menyempatkan diri berziarah ke Gua Maria? Bisa saja kita begitu sering berdoa dan berziarah kepada Maria, tapi tidak sungguh mengenal siapakah Maria bagiku.

Ignatius dan Maria

Untuk mulai mengenali Maria, marilah kita melihat bagaimana Ignatius memandang Maria. Ignatius ternyata menaruh devosi yang amat besar kepada Bunda Maria. Dalam autobiografinya, ketika terbaring di Loyola, Ignatius menuliskan pengalaman rohaninya dengan Maria dengan tinta biru. Hal itu menunjukkan betapa rutinnya Ignatius berelasi dengan Maria dan ia mencatatnya dengan cermat. Memang, sejak tumbuh besar di puri Loyola, ia memiliki kebiasaan berdoa kepada Bunda Maria, sebagaimana lazimnya keluarga bangsawan Katolik di Spanyol.

Tidak hanya dalam hidup rutin hariannya, beberapa pengalaman-pengalaman kunci dalam hidup Ignatius diisi oleh kehadiran Maria. Peristiwa di Montserrat, salah satunya, adalah peristiwa simbolik yang sangat penting dalam pertobatannya. Pedang dan baju kesatria, ia lepaskan di hadapan patung Maria, bersamaan dengan mimpi-mimpi lamanya memuliakan diri pribadi. Dalam kisah pertobatannya itu Ignatius menyertakan Maria.

Sebegitu dalam kedekatan hatinya dengan Maria, Ignatius tidak rela nama Maria dihina. Salah satu pengalaman Ignatius dalam perjalanannya ke Montserrat sangatlah menarik menggambarkannya. Suatu ketika Ignatius sedang berjalan, lalu seorang pria Arab (bangsa Moor) yang menunggangi keledai menghampiri Ignatius dan mulai terlibat pembicaraan. Orang Arab itu mengatakan sesuatu yang membuat Ignatius marah besar. Ia berkata bahwa meskpun Maria perawan ketika mengandung, Ia tidak percaya bahwa Maria tetap perawan ketika melahirkan. Belum jauh pria Arab itu melanjutkan perjalannya, muncul keinginan Ignatius untuk mengejar orang itu dan membunuhnya. Untung saja hal itu tidak jadi dilakukan Ignatius.

Dari pengalaman Ignatius yang terakhir ini, kita bisa melihat jelas betapa kuatnya devosi Ignatius kepada Maria. Meskipun hidup Yesus mendapat tempat yang amat sentral dalam hidup kerohanian Ignatius, ia tetap menjaga relasi rohaninya dengan Maria

Bagaimana aku berdoa lewat Maria?

Jika Ignatius punya devosi kuat kepada Bunda Maria, bagaimana denganku? Sebagai orang Katolik Indonesia yang begitu devosional, kita juga mungkin begitu akrab dengan doa-doa devosi kepada Maria. Devosi itu bentuknya bisa doa rosario, ziarah ke Gua Maria, novena, dsb.

Dalam pengalaman saya, Bunda Maria mengambil cukup banyak waktu dalam doa saya. Ibu saya, sejak kecil mengajarkan saya untuk akrab dengan Bunda Maria. Ibu setiap pagi selalu bangun paling pagi dan berdoa rosario di sudut kamarnya. Saya sendiri beberapa kali diajak ibu berdoa rosario, meskipun saya lebih sering menolak. Devosi Maria yang cukup menarik saya lakukan adalah setiap kali saya hendak menghadapi ujian nasional. Sembilan hari berturut-turut, ibu membangunkan saya tengah malam  untuk berdoa bersama doa novena. Saya sebenarnya tidak tahu apakah dengan meminta Maria, hasil ujian saya akan bagus. Tapi syukurlah, nilai yang saya dapat tidak buruk. Tapi apakah itu datangnya berkat Maria?

Meskipun dulu doa saya kepada Maria adalah demi kepentingan diri saya, rasa dekat saya dengan Bunda Maria terus tumbuh hingga saat ini. Kini, sosok Bunda Maria bukan lagi menjadi sosok perantara segala permohonan tetapi menjadi pribadi kepada siapa saya bisa merasa nyaman dan terbuka. Saya bisa bercerita banyak dalam doa saya kepadanya. Saya merasa jauh lebih diterima apa adanya layaknya seorang ibu yang merangkul anaknya dengan penuh kasih. Dengan berdoa melalui Maria, mungkin saya sedang mencari kembali hangatnya kasih sayang seorang ibu. Terdengar negatif mungkin, tetapi apakah salah jika dengan cara itu, dengan berdoa melalui Bunda Maria, saya bisa semakin dekat dengan Tuhan? Lewat Maria, saya justru semakin terbantu melihat Allah sebagai Ibu (bukan melulu sebagai Bapa) yang mencintai saya dengan penuh kasih, yang berbisik kepada saya dengan penuh kelembutan, “Nak, seberdosa apa pun kamu, kamu tetaplah anak Ibu.”

Lewat Maria, aku mengenal Allah

Sebagai orang Katolik, kita patut bersyukur karena punya banyak sekali orang Kudus yang bisa menjadi contoh kesucian hidup ataupun perantara relasi kita kepada Tuhan. Ignatius menjadikan Maria sebagai pribadi perantara dalam relasinya dengan Tuhan. Orang-orang suci itu suci bukan karena mereka bisa mencapai suatu taraf kerohanian di luar kemampuan manusia. Bunda Maria, salah satu contohnya, merawat Yesus sebagaimana seorang ibu menyayangi anaknya. Ketika Yesus salah, Maria menegurnya. Bukankah itu hal yang sangat sederhana? Kesucian bukan sesuatu yang jauh, tetapi nyata dilakukan oleh manusia sehari-hari, tetapi dengan cinta yang dalam.

Dari sekian banyak orang kudus, Maria bisa menjadi salah satu pribadi yang kita libatkan dalam doa sekaligus kita jadikan contoh orang yang mengikuti Tuhan. Jika memang kita merasa begitu jauh dengan Yesus ataupun Bapa, mungkin Maria bisa membuat kita nyaman untuk berbagi dan menghabiskan waktu hening bersamanya. Jika memang kita kesulitan menjumpai Allah yang kebapaan, mungkin lewat Maria kita bisa mengalami pribadi ilahi yang keibuan.

Doa selalu merupakan relasi personal dengan Allah. Mungkin lewat orang yang telah mengenal Allah jauh lebih lama, kita terbantu untuk mengenal siapakah Allah. Maria bisa membantu usaha pengenalan akan Allah itu.

Teman-teman terkasih. Marilah bertanya, sejauh mana aku melibatkan Maria dalam hidup rohaniku? Bagaimana Maria membantuku untuk mengenal Allah?

 

BENICDIKTUS JULIAR ELMAWAN

Catatan mengenai hidup Ignatius diambil

Dari Autobiografi St. Ignatius Loyola
Tulisan ini dibawakan oleh penulis dalam circle besar pertemuan bulanan 14 Oktober 2018, di Paroki Blok Q.


Benicdiktus Juliar Elmawan, SJ

“Lewat latihan rohani saya merasa berharga dan dicintai apa adanya oleh Allah. Saya ingin perasaan itu dirasakan pula oleh semakin banyak orang.” Benicdiktus Juliar Elmawan, SJ (Benic) adalah frater skolastik Serikat Yesus. Sebelum menempuh studi filsafat di STF Driyarkara, ia menjalankan dua tahun masa pendasaran rohani di novisiat (2015-2017). Berasal dari Bandung, ia kini menjadi pendamping maGis 2018.

 


 

Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *