Kita tidak diciptakan untuk menjadi Bunda Teresa, atau Oscar Romero, atau Paus Fransiskus, atau Dorothy Day. Saat kita mencoba menjadi orang lain yang bukan diri kita, kita bergerak melawan gerakan Roh baik, Roh yang memanggil kita untuk menjadi diri kita yang sejati; pribadi unik yang diciptakan oleh Allah.
Meditasi ini menggunakan beberapa bagian dari Mazmur 139 untuk mengajak kita merefleksikan secara mendalam, bagaimana Allah mengenal kita dengan sangat dekat dan menciptakan kita dengan sepenuh cinta (intim).
Sambil berdoa kita diajak untuk mengagumi keajaiban, yang adalah diri kita sendiri, yaitu suatu karya besar Allah.
TUHAN, Engkau menyelidiki dan mengenal aku; Engkau mengetahui kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh.
Engkau memeriksa aku, kalau aku berjalan dan berbaring, segala jalanku Kaumaklumi.
Sebab sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semua telah Kauketahui, ya Tuhan.
Bagaimana Allah mengenal aku? Saat aku menengok ke dalam hatiku, dan ke dalam perbuatanku sehari-hari dan ke dalam perkataanku kepada orang lain, apa yang Allah lihat?
Dari belakang dan dari depan Engkau mengurung aku, dan Engkau menaruh tangan-Mu ke atasku. Terlalu ajaib bagiku pengetahuan itu, terlalu tinggi, tidak sanggup aku mencapainya.
Allah menatap kita tanpa henti. Bukan dengan tatapan yang menghukum ataupun mengadili, melainkan dengan tatapan penuh kasih. Bagaimana Bapa melindungiku dengan tatapan itu?
Ke mana aku dapat pergi menjauhi roh-Mu, ke mana aku dapat lari dari hadapan-Mu?
Jika aku mendaki ke langit, Engkau di sana; jika aku menaruh tempat tidurku di dunia orang mati, di situ pun Engkau.
Jika aku terbang dengan sayap fajar, dan membuat kediaman di ujung laut,
juga di sana tangan-Mu akan menuntun aku, dan tangan kanan-Mu memegang aku.
Jika aku berkata: “Biarlah kegelapan saja melingkupi aku, dan terang sekelilingku menjadi malam,”
maka kegelapanpun tidak menggelapkan bagi-Mu, dan malam menjadi terang seperti siang; kegelapan sama seperti terang.
Allah ada dalam segala hal, dalam semua orang, di segala tempat. Aku dapat pergi ke sisi lain bumi ini, aku dapat mengalami kesedihan yang mendalam, aku dapat memadamkan semua cahaya, aku dapat menutupi diri dengan selimut yang paling tebal, tapi Allah akan tetap bersamaku.
Seberapa sering aku lari dari kehadiran Allah? Seberapa sering ketakutan dan rasa malu membuatku menghindari diri dari keterbukaan di hadapan Allah? Dapatkah aku menjadi diri sendiri di hadapan Allah?
Sebab Engkaulah yang membentuk buah pinggangku, menenun aku dalam kandungan ibuku.
Aku bersyukur kepada-Mu oleh karena kejadianku dahsyat dan ajaib; ajaib apa yang Kaubuat, dan jiwaku benar-benar menyadarinya.
Tulang-tulangku tidak terlindung bagi-Mu, ketika aku dijadikan di tempat yang tersembunyi, dan aku direkam di bagian-bagian bumi yang paling bawah;
mata-Mu melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitab-Mu semuanya tertulis hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya.
Aku diciptakan dengan penuh cinta oleh Allah. Pribadiku unik dan Allah mengenalku lebih dekat daripada yang dapat terbayangkan olehku. Tak seorangpun memiliki sidik jari yang sama denganku, pun kisah hidupku tidak satupun yang menyamainya. Semua kemampuan dan disabilitas yang kumiliki adalah bagian dari diriku pribadi. Semua minat, gairah dan kepribadianku adalah hal-hal yang membentuk aku. Dapatkah aku memuji Tuhan karena manusia ciptaan Allah yang mengagumkan, yang adalah diriku ini?
Dan bagiku, betapa sulitnya pikiran-Mu, ya Allah! Betapa besar jumlahnya!
Jika aku mau menghitungnya, itu lebih banyak dari pada pasir. Apabila aku berhenti, masih saja aku bersama-sama Engkau.
Allah sangatlah jauh di luar pemahaman kita! Bahkan jika pun aku memiliki pengertian tentang seluruh alam semesta ini, aku tetap tidak dapat sepenuhnya punya pengetahuan tentang Allah. Namun, hari demi hari, aku diberi kesempatan mengenal Allah dengan sangat dekat, seperti Allah memiliki pengetahian yang mendalam tentang aku. Melalui dunia yang diciptakan-Nya aku mengenal Allah. Melalui pengalamanku, persahabatanku, doa-doaku, dan melalui Kitab Suci, aku mengenal Allah lebih dekat lagi secara pribadi. Allah tidak pernah tidak benar-benar hadir.
Aku mengingat saat-saat aku mengalami kekeringan iman dan memohon rahmat Allah untuk menyadari kehadiran-Nya.
Marilah berdoa:
Ya Allah, pencipta dan Teman yang penuh kasih, dahulu Engkau menghembuskan nafas kehidupan bagiku.
Engkau mengaruniai aku dengan DNA dan sidik jari, keluarga dan kepribadian, minat dan kebebasan pribadi. Aku dipenuhi perasaan kagum dan keheranan karenanya.
Roh-Mu memanggilku untuk menjadi diriku, pribadi yang Kau ciptakan dengan penuh kasih, pribadi yang penuh berkat dan pribadi yang adalah sebenar-benarnya aku.
Aku tidak dapat menghindari panggilan itu. Aku tak dapat lari dari Mu. Tatapanmu yang penuh cinta dan kerinduan, tertuju padaku.
Mendekatlah padaku, lihatlah aku, bentuklah aku, dan bantulah aku unruk mencintai diriku yang Kau ciptakan dengan penuh cinta.
Amin
Catatan kaki:
Versi asli dari tulisan ini, berjudul “Intimately Created – A Meditation on Psalm 139” ditulis oleh Andy Otto dan dimuat di situs God in All Things. Mazmur 139 dalam Bahasa Indonesia diambil dari Alkitab Deuterokanonika, Lembaga Alkitab Indonesia. Diterjemahkan oleh: Theresa Sila Wikaningtyas (Magis formasi 2017)
Theresa Sila Wikaningtyas