• Lahir : 28 Oktober 1550 di Rostkovo, Polandia
• Wafat : 15 Agustus 1568 di Roma
• Beatifikasi : 19 Oktober 1605 oleh Paus Paulus V
• Kanonisasi : 31 Desember 1726 oleh Paus Benediktus XIII
“Ad Maiora Natus Sum.” Aku lahir untuk hal-hal luhur. Demikianlah semboyan St. Stanislaus Kostka, semboyan yang menyingkapkan kesadaran mendalam akan makna, nilai, dan tujuan hidup ini. Ia dilahirkan sebagai seorang bangsawan, tetapi bukan itu standar keluhuran baginya. Jarak membentang antara Wina dan Roma tidak menyurutkan niatnya mengikuti Kristus. Kisah hidupnya menyodorkan pada kita sebuah kesaksian bahwa panggilan Tuhan yang dikenali, diyakini, dan dipeluk penuh kesungguhan akan melahirkan kekuatan batin dan memberi penghiburan rohani yang melimpah.
Referensi:
Thompson, EH – The Life of St. Stanislaus Kostka
Ad Maiora Natus Sum: Aku lahir untuk hal-hal luhur. Semarang: Novisiat St. Stanislaus Girisonta, 2006
Katakombe.org
wikipedia.org
ignatianspirituality.com
Awal Kehidupan
St. Stanislaus Kostka lahir dari seorang ayah bernama Yohanes Kostka, seorang senator Kerajaan Polandia dari keluarga bangsawan Zakroczym. Ibunya bernama Margaret de Drobniy Kryska. Ia adalah anak kedua dari tujuh bersaudara. Di rumahnya, anak-anak dididik dengan keras, dalam arti dilatih berbagai macam keutamaan, kerendahan hati, serta kesederhanaan. Devosi Stanislaus kepada Bunda Maria dimulai dari masa kanak-kanaknya ini. Ia juga memiliki devosi khusus kepada Santa Barbara, yang menampakkan diri kepadanya kelak saat dia sakit dengan membawa Sakramen Maha Kudus. Bunda Maria juga menampakkan diri kepadanya sambil menggendong Puteranya, memasuki kamar dan menyembuhkannya.
Awal Mula Panggilan
Pada tanggal 25 Juli 1564, Stanislaus tiba di Wina, Austria untuk masuk sekolah Yesuit yang baru saja dibuka empat tahun sebelumnya. Di kota inilah Stanislaus mulai bergaul akrab dengan para Yesuit. Melalui perjumpaan dengan mereka, ia mulai mengenali panggilan hidupnya dan ketertarikan hatinya untuk menjadi seorang Yesuit.
Dari Wina ke Roma
Pada waktu itu, banyak pemuda mendaftarkan diri untuk masuk dalam Serikat, termasuk beberapa anak bangsawan. Pernah seorang bangsawan amat marah waktu putranya diterima oleh pater-pater masuk Serikat. Maka pater provinsial di Wina menolak keinginan Stanislaus untuk masuk Serikat karena sedari awal ia tidak mendapat restu dari keluarganya.
Namun tekad dan keyakinannya akan panggilan Tuhan dalam hidupnya sungguh kuat. Atas saran seorang Yesuit yang baru tiba di Wina, Stanislaus pergi ke Augsburg, Jerman, untuk bertemu dengan Petrus Kanisius, provinsial Yesuit di sana. Kanisius kemudian menyarankan agar ia pergi ke Roma untuk langsung bertemu dengan Pater Jendral. Jarak dari Wina ke Roma jauhnya lebih dari seribu kilometer, dan ia harus menempuhnya dengan berjalan kaki. Pada masa itu, untuk perjalanan sejauh itu, dengan tanpa kendaraan, tanpa bekal, tanpa pemandu dan tanpa perlindungan, tentu sangat berbahaya. Di sini kita diajak bercermin pada kekuatan kehendaknya yang begitu luar biasa dalam mengikuti Kristus.
Di Roma ia diterima oleh Fransiskus Borgias, Jendral ke-3 Serikat Yesus, dan masuk Novisiat Sant’ Andrea, Roma. Dengan kesungguhan hati dan penghayatannya akan panggilan Tuhan, Stanislaus menyelesaikan semua tugas yang diberikan kepadanya. Ia sangat saleh meskipun umurnya masih sangat muda.
Pembaringan Terakhir
Stanislaus hanya mampu menjalani masa novisiatnya selama sepuluh bulan. Pada malam tanggal 10 Agustus 1568, saat perayaan Santo Laurentius, tubuh Stanislaus jatuh sakit akibat demam tinggi, dan ia tampaknya bisa merasakan bahwa saat-saat terakhir hidupnya telah tiba. Pada tanggal 15 Agustus, sekitar pukul empat dini hari, saat ia sedang khusyuk berdoa kepada Tuhan, bersama para orang suci dan Bunda Maria, jiwanya yang indah meninggalkan tubuhnya dan kembali pada Sang Pencipta. Wajahnya bercahaya dengan penuh ketenangan.