Cinta dan Abu: Tangan-Nya yang Selalu Hadir dalam Berbagai Rupa sebagai Bentuk Cinta-Nya

Baru saja merayakan Natal di bulan Desember, ternyata pada bulan Februari di tahun 2024 sudah memasuki masa Prapaskah. Uniknya Rabu Abu berbarengan juga dengan valentine’s day (hari kasih sayang), menggambarkan lambang abu dan cinta yang menyatu, mengingatkan kembali bahwa kita yang hanyalah debu, yang sangat dicintai oleh-Nya.

Jalan Salib 

Setiap mengikuti ibadat Jalan Salib di Gereja, aku memandangnya sebagai “jalan penderitaan” yang harus dilalui oleh Yesus. Dalam Ibadat Jalan Salib terdapat empat belas pemberhentian, dari mulai Yesus dijatuhi hukuman mati, Yesus memanggul Salib, Yesus Jatuh untuk pertama kalinya, Yesus berjumpa dengan Ibu-Nya, Yesus ditolong Simon dari Kirene, Veronika mengusap wajah Yesus, Yesus jatuh untuk kedua kalinya, Yesus menghibur Wanita-wanita yang menangisi-Nya, Yesus jatuh untuk kedua kalinya, pakaian Yesus ditanggalkan, Yesus disalibkan, Yesus wafat di kayu Salib, Yesus diturunkan dari Salib, dan Yesus dimakamkan. Dalam setiap renungan yang didaraskan pada Jalan Salib, aku kembali diingatkan akan cinta yang diberikan-Nya. Cinta yang utuh tanpa syarat dan jalan salib yang semula aku pikir adalah “jalan penderitaan” tetapi sesungguhnya itu adalah “jalan cinta-Nya”.

Melalui Jalan Salib-Nya, membuatku selalu merasa Dia yang hadir memeluk dan merengkuhku di setiap perjalanan hidupku yang terdapat lika-liku di dalamnya. Sedikit aku mau bercerita mengenai pengalaman hidupku. Sewaktu aku kecil ibuku harus bekerja dan ada seorang ibu, namanya ibu Rakiman berusia paruh baya yang tinggal di dekat rumahku dengan kebaikan hatinya menyediakan diri untuk menjagaku selama ibuku harus bekerja. Ibu Rakiman dengan tulus merawatku seperti anaknya sendiri dan aku juga sangat menyayanginya seperti ibuku sendiri. Seperti halnya Yesus yang jatuh dan dibantu oleh Simon dari Kirene untuk memanggul salib-Nya. Tuhan pun menghadirkan tangan-Nya untuk menjagaku melalui seorang ibu yang baik hati. Dan di setiap kesulitan-kesulitan yang aku lalui, Tuhan selalu menghadirkan tangan dan cinta-Nya melalui setiap orang di sekitarku. Begitupun aku harus juga bisa menjadi tangan-Nya untuk mengantarkan cinta-Nya kepada setiap orang disekitarku.

 

Aku teringat momen ketika retret saat SMA,  di sebuah rumah retret. Di dalam rumah retret itu terdapat sebuah patung Yesus. Uniknya patung Yesus itu tanpa tangan yang memberikan pesan “kamulah tanganKu”. Melalui pesan tersirat dalam patung Yesus tersebut kita diajak untuk menjadi tangan-Nya, membagikan cinta-Nya untuk setiap orang di sekitar kita seperti halnya Maria Magdalena yang mengusap wajah Yesus dan Simon dari Kirene yang membantu memanggul salib Yesus. Aku percaya bahwa Tuhan tidak akan pernah meninggalkanku dalam kondisi apapun dan akan selalu ada tangan-Nya yang selalu menyapa melalui setiap hal kecil di sekitarku. Dan pengalamanku terdahulu saat di Komunitas MAGIS adalah sebuah pengalaman berharga yang membuatku dapat merasakan cinta-Nya melalui setiap hal sederhana yang aku temukan. Kita yang hanyalah debu ini sangat berharga di mata-Nya dan sangat dicintai oleh-Nya.

 


Anna Maria Ajeng Kusumawardani

Anna Maria Ajeng Kusumawardani, berformasi di Komunitas MAGIS tahun 2019. Lahir dan besar di Jakarta tapi sangat menyukai kota romantis Yogyakarta dengan Gudeg dan Bakmi Godog Jawa.

Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *