Circle Catur: How to Find God in All Things

“Minggu kedua di setiap bulan adalah minggu yang terindah.”

Begitulah kurang lebih kutipan yang kuingat dari koh Anton ketika mengikuti kegiatan community building beberapa bulan yang lalu. Awalnya aku menganggap remeh kalimat ini, tapi setelah mengikuti perbul pertama aku menjadi tidak sabar untuk hadir di pertemuan selanjutnya.

Layaknya anak kecil yang mau masuk sekolah, perasaan tidak sabar di malam sebelum perbul membuat tingkat kesulitan untuk tidur meningkat drastis. Bahkan hari-hari menjelang jadwal perbul terasa sangat lambat, membuat keinginan untuk bertemu dengan para personel catur yang sangat menggemaskan semakin bergejolak. Lucu rasanya mengingat perasaan saat pertama kali dipersatukan dalam satu circle dengan makhluk-makhluk bumi ini. Ketakutan akan ketidakcocokan satu sama lain saat melihat wajah asing dan pribadi yang sama sekali belum kukenal perlahan luruh seiring dengan berjalannya waktu.

Namun malam itu berbeda dari yang lalu-lalu. Aku kehilangan semangat untuk mengikuti perbul. Kenapa? Karena hari itu bertepatan dengan hari ulang tahunku.

Sejak dulu aku selalu menghindari pertemuan dengan banyak orang di hari ulang tahunku. Sejarah hidup yang panjang dan penuh luka membuat aku selalu merayakan hari yang hanya sekali setahun itu dalam keheningan. Sendirian.

Bukan sebuah kebetulan pastinya, bahwa sebelum aku mempelajari pembedaan roh aku terlebih dahulu dihadapkan dengan perdebatan antara roh jahat dan roh baik di dalam diriku. Roh jahat membantu menemukan alasan-alasan logis untuk kupakai sebagai jawaban saat teman-teman mempertanyakan ketidakhadiranku.

Sedangkan roh baik membawaku kepada ingatan akan sejarah hidup beserta luka-luka yang perlu kusembuhkan. Singkat cerita, roh jahat sempat menang sesaat sebelum aku memutuskan untuk tidur. Kemudian sekitar jam 4 subuh sebuah pesan Whatsapp dari Aldo membangunkanku. Pesan yang berisi rangkaian video ucapan selamat ulang tahun dari para personel catur itu membuatku terharu. Isi pesannya sih biasa saja (maaf, ha-ha-ha) tapi niat dan usaha mereka untuk membuat video itu  seketika membuat roh jahat itu tak lagi menguasaiku.

Sebenarnya, tidak satupun dari kita bisa terhindar dari konflik antara roh jahat dan roh baik yang terjadi di dalam diri kita. Seperti konflik sederhana yang biasa terjadi saat aku melakukan ladoda, roh baik menuntunku untuk fokus pada keberadaanku sebagai bagian dari semesta , sedangkan roh jahat menjelma menjadi tugas kantor yang tak kunjung selesai, uang kost yang sudah menunggak, keinginan untuk menengok barang apa saja yang sedang diskon di Tokopedia, atau menjadi cinta yang tak kunjung mendapat balasan.

Circle Jumat, 15 Februari 2019

Wisma Dewanto menjadi pilihan kami untuk untuk mengadakan circle. Tempat ini selalu menjadi pilihan favorit ketika kami kebingungan menentukan tempat. Selain karena tempatnya yang cukup nyaman, di sini kami selalu mendapatkan suguhan berupa Nutrisari dan kalau beruntung juga ada camilan yang tanpa kami minta selalu disediakan oleh Frater Cavin. Sayangnya Ninda berhalangan hadir sehingga melewatkan kesempatan  merasakan keramahan Frater Cavin.

Circle dimulai, satu persatu dari kami mulai bercerita tentang pengalaman desolasi. Suasana mulai hangat, kemudian panas, dan beberapa dari kami mulai meluap.

Sesedih apapun ceritanya, kami selalu mengakhiri dengan bertepuk tangan sambil berseru, ”Yeeee!”. Entah bagaimana ritual ini bermula tapi kebiasaan ini selalu berhasil mencairkan suasana dan kami bisa melanjutkan giliran bercerita dengan perasaan yang lebih tenang. Begitulah, catur memang fantastic!

Hal yang baru kusadari dari pengalaman circle hari itu adalah betapa sejarah hidup juga mempengaruhi gerak batin selama kita mengalami desolasi selain mempengaruhi kemampuan kita menemukan kasih Tuhan dalam pengalaman tersebut. Betapa luar biasanya kami dan tentunya juga  kalian yang mampu bertahan melalui masa-masa sulit sampai pada titik ini.

Aku sangat bersyukur bisa mengenal Kak Yoche, Kak Dian Elysa, Ninda, Sung, Cia, Dian Permata, dan Aldo.

Dari mereka aku belajar bagaimana cara menemukan Tuhan dalam segala hal termasuk dalam pengalaman luka dan desolasi. Dari mereka aku kembali disadarkan bahwa di dunia yang terkadang terasa begitu menyebalkan ini, aku tidak sedang berjuang sendirian.

Terima kasih karena sudah menjadi orang-orang baik yang kukenal. Love you.


Richard Atmoharjono Simamora Debataraja

Richard lebih dikenal akrab dengan sapaan Rcd (baca: er-ce-de). Penggagas gerakan #IndonesiaTanpaFallingInLoveWithSomeoneYouCantHave ini sehari-harinya bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan supplier baja di Jakarta. Sangat senang traveling ke luar negeri meskipun belum pernah. Sedang berproses untuk memperbaiki hubungannya dengan diri sendiri dan Tuhan melalui komunitas MAGIS. Mimpinya sederhana, malam tak kesulitan untuk tidur dan pagi tak kesulitan untuk bangun.
 

Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *