Judul Buku | Iblis dan Miss Prym (The Devil and Miss Prym) |
Tahun Terbit | 2019 |
Penulis | Paulo Coelho |
Penerbit | Gramedia Pustaka Utama |
Salah satu karya Paulo Coelho, penulis berkebangsaan Brasil, punya judul yang sederhana dan unik. Buku “Iblis dan Miss Prym” ini menceritakan tentang seorang wanita muda bernama Chantal Prym (Miss Prym) serta godaan iblis yang muncul dengan kedatangan seorang asing yang membawa sebelas batang emas ke Desa Viscos yang terpencil, tempat tinggal sang tokoh utama.
Apakah manusia, pada dasarnya, baik atau jahat? Demikianlah si orang asing yang bernama Carlos datang untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang menyiksa batinnya itu. Dia melakukan eksperimen di Desa Viscos dengan menawarkan kepada Miss Prym untuk menyampaikan kepada para penduduk desa apabila mereka membunuh satu orang di antara mereka, ia akan memberikan sebelas batang emas itu. Miss Prym pun diberi pilihan juga, yaitu mengambil sendiri satu batang emas tanpa memberitahu penduduk desa untuk membunuh; atau menjadi target pembunuhan -jika ia tidak melakukan apa-apa- karena Carlos sendiri yang akan menyampaikan ide pembunuhan kepada penduduk desa.
Guru yang Baik
Sejak awal buku ini ada satu hal menarik yang menyambutku, bahkan sebelum kata pengantar. Penulisnya mengutip dialog Yesus dari Injil Lukas:
Ada seorang pemimpin bertanya kepada Yesus, katanya: ”Guru yang baik, apa yang harus aku perbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?” Jawab Yesus: ”Mengapa kaukatakan Aku baik? Tak seorang pun yang baik selain dari pada Allah saja.” (Bdk. Lukas 18:18-19).
Sebetulnya apa maksudnya Yesus mengatakan demikian? Masa Yesus bukan orang yang baik? Kenapa Dia menyangkal orang yang menyebut diri-Nya baik? Dulu aku pun bertanya-tanya tentang itu. Bisa jadi si pemimpin hanya sekadar basa-basi kepada Yesus. Dia memuji terlebih dahulu sebelum menguji dengan pertanyaan. Padahal dengan perkataan itu, sebetulnya Yesus bermaksud menegaskan bahwa segala hal yang baik berasal dari Allah dan Yesus adalah (Putra) Allah. Dia menunjukkan teladan dengan perbuatan-perbuatan baik.
Pertanyaan dari Injil tadi dan juga awal cerita dalam novel itu sendiri, berhasil membuatku bertanya dalam hati: Apakah aku orang yang baik?
Tampak Baik
Tawaran emas dalam cerita ini jelas-jelas simbol godaan. Pada awalnya emas itu terlihat menguntungkan bagi desa. Tetapi di baliknya ada konsekuensi moral yang berat, berhubungan dengan mengambil nyawa orang lain. Roh jahat sering kali menyamar sebagai sesuatu yang menarik atau logis, namun pada akhirnya membawa penderitaan.
Mungkin saja koruptor yang kita tahu di media massa, mulanya tergoda dengan dalih “demi menafkahi keluarga”. Bisa saja teman kita atau kita sendiri, pernah mencontek waktu ujian “supaya orang tuaku bangga dengan prestasiku”. Banyak kali si Jahat menggunakan penyamaran yang membuat hati terombang-ambing.
Waktu yang Baik
Selain menyamar, sesungguhnya yang Jahat itu selalu ada. Ada tertulis dalam Injil, “Sesudah Iblis mengakhiri semua pencobaan itu, ia mundur dari pada-Nya dan menunggu waktu yang baik.” (Bdk. Lukas 4:13). Ayat Injil tersebut berbicara tentang iblis yang mundur dulu setelah menggoda Yesus di padang gurun lalu menunggu waktu yang baik.
Waktu yang baik untuk apa? Untuk menggoda lagi tentunya. Iblis tahu kapan saja kita dalam kondisi lemah dan akan menyerang. Misalnya saja ketika capek setelah bekerja atau kuliah. Ketika sedang sakit atau mengalami penderitaan. Atau bahkan, sekadar saat bosan.
Miss Prym dalam cerita ini sudah bertahun-tahun lamanya bosan hidup di Viscos. Ia mengharapkan sesuatu yang membuatnya berdebar atau bisa membawanya keluar dari desa itu. Carlos datang di saat yang tepat dan Miss Prym adalah orang yang dipilihnya untuk memilih di antara dua tawaran yang ada: emas atau pembunuhan.
Dalam hidupku, aku sering merasa bahwa aku adalah orang yang cukup saleh, taat berdoa, dan rutin membaca Kitab Suci. Pekerjaanku di rumah sakit adalah pelayanan untuk orang sakit. Aku merasa aku adalah “orang yang baik”. Tapi kadang aku masih bertengkar dengan anggota keluargaku karena emosi sesaat. Kesombonganku membuatku lemah, aku sering diserang saat kondisi lelah.
Suara yang Baik
Miss Prym mengalami pergulatan batin yang besar dalam tujuh hari di cerita tersebut. Setiap saat dia merasa cemas dan takut saat memertimbangkan tawaran Carlos. Di sini terlihat bahwa dalam hati Miss Prym masih ada sebuah “suara” yang mengingatkannya. Suara itu adalah hati nurani. Jika suatu pilihan membawa ketakutan yang mendalam dan bertentangan dengan hati nurani, maka kemungkinan besar itu berasal dari roh jahat. Sebaliknya, pilihan yang sesuai dengan kebaikan akan membawa ketenangan hati.
Aku pernah melakukan kesalahan dalam pekerjaan dan saat itu tidak ada yang tahu kejadiannya. Tidak ada bukti yang tertinggal. Aku bisa saja diam dan mengubur dosa itu, tapi ada suara yang terus mengusikku. Aku gelisah dan tidurku tidak tenang meski tidak ada yang dirugikan. Akhirnya aku melapor kepada atasanku dan setelah itu aku merasa lega. Sekalipun teguran menjadi konsekuensinya. Justru dari pengalaman tadi, atasanku menghargai integritasku dan memberiku kepercayaan lebih. Aku tahu bahwa saat itu hati nuraniku bekerja dan sungguh aku bersyukur karena suaranya mau kudengarkan.
Pengendalian Diri
Akhir cerita “Iblis dan Miss Prym” adalah penekanan mengenai pentingnya pengendalian diri di tengah begitu banyak godaan. Meski akal sehat berkata bahwa benar perempuan yang itu cantik, benar kekayaan itu gemerlap, tetapi selama ada pengendalian diri, manusia tidak akan tergoda dan jatuh dalam dosa.
“Semuanya hanya masalah pengendalian diri dan pilihan. Tidak kurang, tidak lebih.”
Kalau Avatar bisa mengendalikan elemen alam, aku jadi terinspirasi menciptakan istilah sendiri setelah membaca buku ini: pengendali diri atau self-bender. Pada akhirnya, kebebasan untuk memilih yang baik atau jahat ada pada diri kita sendiri.
Buku ini tidak memberikan solusi atau jawaban atas pertanyaan besar Carlos. Selama masih hidup, manusia akan terus bergumul di antara keduanya: Baik atau Jahat. Penentunya ada pada pembedaan roh (discretio) dengan kesadaran spiritual sehingga semakin peka akan pilihan yang dibuat (electio). Bagaimana bisa kita membuat pilihan yang “berasal dari Tuhan”? Tentunya dengan tekun berdoa dan mengandalkan Roh Kudus sebagai penolong kita. Tidak lupa juga latihan-latihan rohani sebagaimana terus kita praktikkan. Ini semua membantu membuat kita semakin peka dalam membedakan roh (discretio) dan semakin tajam ketika mengambil keputusan (electio). Memang tidak mudah, namun bertekunlah. Tidak perlu dari hal-hal yang besar. Mulailah dari hal-hal sederhana dalam hidupmu. Terutama di masa Prapaskah ini dapat menjadi waktu latihan yang baik: untuk tetap setia pada pantang dan puasa yang sudah kita tetapkan secara pribadi. Sebab setiap waktu, setiap saat, kita tetap perlu waspada terhadap yang “berasal dari si Jahat” -yang senantiasa hadir dan mengintai manusia-.
Stefani Sisilia Handoyo
Stefani Sisilia Handoyo alias Sisil adalah seorang “pembelajar seumur hidup” yang senang menulis. Punya nama pena Roux Marlet di Wattpad dan platform menulis lainnya, sebagian besar fiksi penggemar. Manusia Joglosemar karena lahir di Semarang, pernah kuliah di Jogja, domisili saat ini dan paling lama tinggal di Solo. Saat ini menjadi pengurus MAGIS Yogyakarta setelah sebelumnya menjadi formandi MAGIS Yogyakarta 2023.