TO GIVE AND NOT TO COUNT THE COST
Ursula Krisna U. S. A. dan Edi Batlayeri
Teach us, good Lord,
to serve You as You deserve,
to give and not to count the cost,
to fight and not to heed the wounds,
to toil and not to seek for rest,
to labour and not to ask for any reward,
save that of knowing that we do Your will
Menjadi bagian dari pengurus MAGIS adalah sebuah panggilan untuk memberi – memberi waktu, tenaga, pikiran, bahkan hati. Tapi, memberi dengan ikhlas bukan berarti tidak pernah merasa lelah. Ada saat-saat dimana semua terasa kering, dan itu bukan hal yang salah. Justru, rasa kering itu menjadi pengingat bahwa kita juga perlu mengisi energi cinta dalam diri. Kita butuh berhenti sejenak, merefleksikan perjalanan, dan menemukan kembali diri sendiri beserta seluruh rahmat yang telah kita terima. Memberi adalah bagian dari proses, tetapi menjaga diri tetap utuh dalam memberi adalah seni yang harus terus kita pelajari.
Di MAGIS, kami belajar bahwa proses ini adalah sebuah perjalanan bersama. Ada momen-momen penuh suka cita, ada juga masa-masa yang terasa berat. Setiap langkah, setiap upaya adalah bagian dari panggilan untuk mencintai lebih dalam. Itulah yang membuat perjalanan ini begitu berarti, menjadi lebih dari sekedar pengurus komunitas Ignatian ini.
How It Started: Open Recruitment Yogyakarta 2024
Bulan Agustus ini dimulai dengan Open Recruitment untuk formandi baru. Para pendaftar kali ini beragam banget. Mayoritas adalah mahasiswa S1 dan S2, tapi ada juga yang sudah bekerja. Excited? Banget! Di tahun 2024 ini, MAGIS benar-benar berusaha menjadi dinamis, mengikuti kebutuhan orang muda sekarang dan menjadi sarana pemenuhannya dengan tetap berpegang pada Spiritualitas Ignatian. Selama masa persiapan yang cukup panjang, dari Oktober bulan lalu, kami berusaha membuat alternatif cara pengolahan yang baru, yang berbeda, yang sesuai dengan kebutuhan orang muda tapi tetap mendalam.
Selain Sahabat Rohani (Saroh), tahun ini kami memiliki fasilitator safeguard. Peran baru ini hadir untuk memastikan kondisi mental teman-teman formandi tetap baik selama proses pengolahan. Kalau ada yang butuh bantuan secara psikologis, mereka tidak harus berjalan sendirian. MAGIS ingin memastikan langkah perjalanan hidup yang dijalani setiap formandi punya ruang untuk bertumbuh dengan sehat, baik secara spiritual maupun emosional.
Pertemuan Bulanan 1
Pertemuan Bulanan (Perbul) 1 menjadi momen pertama kali pengurus dan formandi bertemu. Mengambil tempat di PTPM, Perbul 1 ini dimulai dengan beberapa kegiatan. Kegiatan itu antara lain pengenalan spiritualitas Ignatian oleh Romo Alexander Hendra Dwi Asmara, SJ atau biasa disapa Rm. Hendra, SJ, pengenalan komunitas MAGIS oleh Donda dan Krisna, serta sharing pengalaman transformasi di MAGIS oleh Krisna. Dalam sharing-nya, Krisna menemukan bahwa proses pengolahan terbimbing dan mendalam di MAGIS membantunya mengenali diri, lepas dari luka masa lalu, menemukan tujuan hidup dengan lebih jelas, dan mulai sadar untuk hidup dengan lepas bebas. Selain itu, Perbul 1 juga memperkenalkan latihan doa dasar (ladoda) yang disampaikan oleh Adi. Formandi diajak mengenal doa hening, examen, dan journaling sebagai cara menemukan Tuhan melalui keheningan ketika dunia dewasa ini terlalu ramai, sibuk, dan serba cepat. Tidak berhenti sampai di situ, formandi juga diajak untuk melakukan ladoda ini secara rutin dan mandiri dalam keseharian masing-masing.
Ber-combul-ria
Oktober, ber-nya apa ni teman-teman? Ber-combul-ria, hehe. Pada bulan Oktober, MAGIS Yogyakarta melaksanakan Pertemuan Bulanan (Perbul) 2: Community Building (combul) di PTPM. Selama 3 hari, berbagai dinamika kami alami dan maknai, baik itu sebagai komunitas, teman seperjalanan, maupun sebagai formandi yang sedang menjalani formasi.
Hari pertama diawali dengan pengantar Combul yang dibawakan oleh Dio. Malam harinya, Romo Alexander Koko Siswijayanto, SJ atau biasa disapa Rm. Koko, SJ selaku Moderator Nasional MAGIS Indonesia hadir menyapa kami via Zoom. Beliau memberikan ucapan selamat bergabung dan menyambut kehadiran formandi baru ke dalam keluarga Ignatian. Ucapan tersebut menyemangati dan meneguhkan kesatuan relasi yang ada. Bukan hanya sebagai Komunitas MAGIS melainkan sebagai keluarga Ignatian yang jangkauan koneksinya lebih luas.
Formandi selanjutnya diajak untuk mengkontemplasikan film “Ignacio de Loyola”. Sebelum masuk ke dalam kontemplasi, teman-teman formandi diberi pengantar terlebih dahulu oleh Mas Bosco dilanjutkan dengan doa hening yang dipimpin oleh Adi. Usai mengkontemplasikan film, diadakan sesi sharing bersama Romo Hendra, SJ untuk membantu meningkatkan pemahaman. Melalui kontemplasi film ini, teman-teman formandi diajak melihat pengalaman hidup St. Ignatius yang direfleksikan secara pribadi. Melalui refleksi itu teman-teman formandi menemukan inspirasi, makna, dan teladan yang akan dilakukan ke depan, salah satunya pertobatan.
Memasuki hari kedua, keseruan mulai dapat dirasakan dengan adanya dinamika kebersamaan yang membuat semakin dekat dan akrab. Melalui dinamika The Amazing Race dan outbond, teman-teman belajar bekerjasama dengan hati yang berbela rasa sebagai teman seperjalanan. Setelah berdinamika di luar ruangan, teman-teman formandi melanjutkan dinamika dengan sesi di dalam ruangan. Salah satunya ialah mendengarkan materi ‘Potensi 100%’ yang dibawakan oleh Krisna. Salah satu poin di dalam materi yang disampaikan ialah bahwa setiap pribadi diciptakan oleh Tuhan dan diberikan anugerah, bakat, serta kemampuan. Harapannya setelah ini, teman-teman dapat menyadari, mengenali, dan mengembangkan potensi diri. Setelah materi ‘Potensi 100%’, teman-teman formandi diberikan studi kasus. Melalui studi kasus formandi diajak berpikir kritis dan melatih kepekaan terhadap situasi yang ada. Harapannya muncul keprihatinan dan keresahan yang positif, yang mendorong diri untuk melakukan aksi konkret. Mulai dari aksi konkret kecil namun berdampak dan berdaya ubah.
Malam harinya diadakan acara pentas seni. Acara ini menjadi wujud ekspresi dan refleksi dari dinamika panjang yang sudah dijalani hari ini. Ekspresi dan refleksi dari dinamika ini diwujudkan dalam bentuk drama, puisi, dan bernyanyi bersama. Akhirnya hari kedua ini ditutup dengan examen bersama dan journaling.
Memasuki hari ketiga, terdapat materi ‘Spiritual Conversation’ yang disampaikan oleh Arum. Dalam materi itu, terdapat kutipan menarik dari Pater Jenderal Serikat Jesus, Romo Arturo Sosa, SJ. Berikut kutipannya, “Melalui percakapan rohani, kita diajak memosisikan diri untuk mendengarkan gerak roh melalui sharing teman-teman dan tanda-tanda karya Allah dalam hidup kita.” Materi ini menjadi gerbang menuju sesi selanjutnya, yaitu MAGIS circle-an (MAGciran). Kemudian masuklah materi public speaking yang disampaikan oleh Patricia dan dipraktikkan oleh Lia. Public speaking merupakan seni yang melibatkan keterampilan oleh karena itu perlu dilatih. Setelahnya teman-teman formandi diajak memberanikan diri dan menaklukan diri dalam sesi bertajuk ‘Onward to A Boundless World!’ di tempat yang sudah ditentukan.
Pertemuan Bulanan 3
Pertemuan Bulanan (Perbul) 3 membahas mengenai Sejarah Hidup. Materi dan sharing perbul ini dibawakan oleh Patricia. Perbul ini menjadi sarana teman-teman formandi menggali lebih dalam akan pengalaman hidupnya. Mengawali perbul, formandi diajak menyadari perasaan dominan di setiap harinya dan mengenali peristiwa yang menyebabkan perasaan dominan itu melalui ladoda. Setelahnya mereka diminta menemukan alasan mengapa peristiwa yang diawali itu memunculkan perasaan dominan tertentu. Teman-teman formandi juga diajak menyadari dan memahami bahwa hidup ini memiliki tiga daya jiwa, yaitu nalar, rasa, dan kehendak. Tiga daya jiwa ini yang menjadi modal teman-teman formandi mengolah pengalaman hidupnya. Sesi dilanjutkan dengan melakukan time travel untuk memetakan peristiwa memorable dalam kehidupan formandi, baik itu pengalaman luka (gelap), cinta (terang), maupun cannonball moment berkaca dari kisah hidup St. Ignatius sendiri. Dengan melihat dan mencecap lagi pengalaman-pengalaman yang sudah dilalui, teman-teman formandi diajak untuk menyadari bahwa setiap pengalaman yang terjadi merupakan pengalaman rahmat atau grace history. Ini berarti mau melihat kehidupan dari perspektif iman: bahwa Allah hadir di balik setiap momen, entah itu baik maupun sulit, dan menggunakannya untuk membentuk diri kita masing-masing menjadi pribadi yang lebih utuh.
Tidak bisa dipungkiri dalam perjalanan proses ini, kami pengurus MAGIS Yogyakarta seringkali mendapati diri berada dalam mode giving, giving, and giving. Mulai dari mengisi sesi di Kolese John de Britto di awal tahun ini, menemani Kelompok Orang Muda Ignasian Kotabaru (KOMIK), hingga menjalani perbul yang begitu intensif. Semuanya merupakan bentuk pelayanan yang kami berikan dengan hati dan kami usahakan sebaik mungkin. Namun di balik itu semua, kami tetap manusia yang bisa merasa lelah. Ada kalanya, setelah memberi terus-menerus, kami merasa kering entah itu secara fisik maupun rohani. Maka muncul pertanyaan: what should we do?
Dan dari situ, kami melangkah ke tahap berikutnya: charging.
…charging: Rekoleksi Pengurus MAGIS Yogyakarta 2024
Rekoleksi ini diadakan oleh Steering Committee (Ayu dan Sherly) bersama Romo Hendra, SJ di Susteran Ordo Pengkhotbah, pada 23-24 November 2024 yang lalu. Pengurus yang mungkin mulai merasa kering, lelah, atau mulai kehabisan energi diajak untuk sejenak berhenti dan merefleksikan perjalanan yang telah dilalui. Kami diajak melihat kembali apa yang telah kami usahakan bersama dengan sebaik mungkin. Kami melihat dengan jujur berbagai perasaan yang muncul. Kami juga mendengarkan dengan tulus perjuangan setiap pengurus dalam menjalani berbagai tugas maupun sambil mengusahakan yang terbaik untuk Komunitas MAGIS ini.
Hari pertama ditutup dengan pembasuhan kaki sebagai simbol rekonsiliasi. Kami saling membasuh kaki, meneladani Yesus yang membasuh kaki para murid-Nya. Lewat simbol ini, kami diajak untuk saling menerima, menguatkan, mengampuni, serta menyadari bahwa kami tidak berjalan sendiri.
Keesokan harinya, lewat berbagai games, Emausan, hingga materi, kami diajak untuk menghidupi rahmat kebersamaan. Bahwa langkah kami, sejauh apapun, akan lebih ringan jika dijalani bersama, saling menopang, dan mengandalkan satu sama lain. Kami juga diingatkan kembali bahwa di tengah segala dinamika kepengurusan, ada begitu banyak rahmat yang telah kami terima di MAGIS.
![](http://magis-indonesia.org/wp-content/uploads/2024/12/MaGnews7-1024x576.png)
Foto bersama pengurus MAGIS Yogyakarta 2024/2025 dikala mengikuti rekoleksi di Susteran Ordo Pengkhotbah
Rahmat inilah yang mengisi ulang energi cinta kami, memperbarui semangat untuk terus memberi, dan meneguhkan keyakinan bahwa kita hanya bisa memberi dari apa yang kita miliki. Ketika cinta yang menjadi dasar setiap kali kita memberikan, rasa lelah dan lukapun tidak akan mampu menggoyahkan.
Apa tujuan hidupku?
Dengan semangat baru dan kesadaran pengalaman dicintai Tuhan, kami melanjutkan perjalanan formasi pada Pertemuan Bulanan (Perbul) 4: Asas dan Dasar. “Apa tujuan hidupku?” Demikian pertanyaan pembuka sesi materi. Pertanyaan ini rupanya menjadi pemantik yang membawa pada pencarian dan refleksi yang lebih dalam. Sebagai komunitas yang mengakar pada spiritualitas Ignatian, akar pencarian tujuan hidup ini dapat dilihat pada Latihan Rohani 23. Bunyinya demikian, “Manusia diciptakan untuk memuji, menghormati serta mengabdi Allah, Tuhan kita dan dengan itu menyelamatkan jiwanya.” Berkaca dari Latihan Rohani 23 ini, dapat diajukan beberapa pertanyaan reflektif: Bagaimana sikap yang sudah dibangun olehku? Apa saja yang sudah selaras dengan kehendak Allah? Ataukah justru sikap yang diusahakan selama ini sebatas formalitas pemenuhan belaka (sebagai orang beriman)? Tentunya selain berkaca dan merefleksikan dari Latihan Rohani 23, pengolahan itu juga perlu dilengkapi dengan berbagai sarana: sikap lepas bebas, semangat magis, latihan-latihan rohani (examen, diskresi, dst).
Usai memantik teman-teman formandi, kini pada sesi materi teman-teman formandi diajak untuk mengakar pada kisah St. Ignatius sendiri. Setelah membenamkan diri pada kisah St. Ignatius, teman-teman diajak masuk ke dalam tiga praksis, yaitu melihat hidup harian, masa depan, dan asas dasar (asdas) riil (pengalaman masa lalu) yang dibandingkan dengan asdas ideal (kerinduan terdalam). Untuk memperjelas bagaimana mencermati dan menemukan apa yang menjadi asdas masing-masing pribadi, Mbak Rena pun membagikan pengalamannya mengolah hidup dan menemukan apa yang menjadi asdasnya. Setelah mendengarkan, kini teman-teman formandi diajak mengolah dan merefleksikan berdasarkan tiga praksis yang disampaikan tadi kemudian membagikannya dalam MAGIS Circle masing-masing. Kami pun kedatangan teman-teman dari MAGIS Timor Leste yang turut meramaikan suasana kebersamaan pada perbul ini.
To Our Never Ending Companionship
Lewat kepengurusan MAGIS dan semua dinamikanya, kami menemukan bahwa MAGIS bukan hanya tentang pertemuan bulanan, materi, atau pengolahan setiap hari. MAGIS adalah tentang komunitas. Tempat kami pulang, dicintai apa adanya, dan belajar mencintai dengan totalitas pula. Karena di MAGIS, kami percaya, persahabatan sejati adalah rahmat yang tak pernah usai.