Aku Dicintai Allah sampai Tumpah-Tumpah

Foto bersama Circle Rhema

Aku ingin sejenak membagikan kisahku dalam berdinamika di Komunitas MAGIS Jakarta Tahun Formasi 2023. Sebelum ikut MAGIS, fokus hidupku adalah kesenangan duniawi. Mungkin aku terlalu terluka di masa lalu sehingga ketika aku mulai dapat mencintai diriku sendiri, aku agak berlebihan dalam hal memanjakan diri dan mengikuti nafsu duniawi. Aku ikut kegiatan Gereja hanya untuk menambah kesibukanku saja, biar eksis dan untuk kepentinganku sendiri. Jadi walaupun aku cukup aktif di Gereja, aku tidak makin dekat dengan Allah dan tidak makin cinta pula pada-Nya. Aku sering merasa hampa karena aku merasa Allah begitu jauh dariku.

Sebagai manusia yang terbatas aku pun berpikir, “Gimana gue mau masuk surga kalo gue begini terus? Gimana ya caranya supaya gue bisa cinta sama Allah kayak gue mencintai dan memuja ciptaan-Nya?” Kupikir mungkin aku perlu ikut komunitas, tapi komunitas yang memberikanku pengertian akan Allah, bukan yang have fun doang. Singkat cerita, aku menemukan MAGIS.

Awal bergabung dengan MAGIS, aku mencoba mengenal teman-teman seangkatanku lewat acara Community Building (Combul). Teman-temanku, baik itu teman seangkatan maupun kakak-kakak pengurus, begitu welcome dan approachable. Aku membawa pulang kertas ungkapan kasih dan semangat yang sangat banyak setelah acara tersebut selesai. Aku merasa begitu diterima dan dikasihi. Aku sangat terharu karena sepertinya sudah lama aku tidak merasakan perasaan ini. Aku sampai menangis terharu dalam perjalanan pulang ke rumah. Pengalaman ini membuatku merasa bahwa Allah mencintaiku sampai tumpah-tumpah. Ibaratnya aku adalah gelas yang kosong dan cinta-Nya adalah air. Dia mengisi gelasku tidak hanya sampai penuh, tapi sampai tumpah-tumpah. Ternyata aku sama sekali tidak kekurangan cinta walaupun sebelum ikut Combul ini aku seringkali merasa tidak cukup dicintai di dunia ini.

Aku tergabung dengan circle yang di kemudian hari kami beri nama Circle Rhema. Dari hasil kepo, aku menduga teman-temanku ini level spiritualitasnya jauh di atasku sehingga aku sedikit takut untuk terbuka tentang pengalaman hidupku yang sesungguhnya. Namun, setelah circle-an pertama, aku pun tersadar kalau mereka hanyalah manusia biasa sepertiku. Circle-an pertama adalah momen yang sangat emosional, dimana teman-temanku bercerita tentang betapa peliknya hidup mereka seminggu ke belakang hingga meneteskan air mata. Aku yang tadinya takut untuk bercerita pun tergerak untuk membuka diri dan bercerita apa adanya. Aku melihat bagaimana pendamping dan animator-ku menanggapi cerita kami dengan tenang dan bijak.

Selama berdinamika dengan circle ini, banyak hal yang aku pelajari dari teman-temanku. Dengan mendengarkan cerita-cerita mereka, aku belajar untuk lebih bersyukur dan selalu mengandalkan Allah dalam keadaan apapun. Mungkin awalnya kami saling bercerita untuk melepaskan semua unek-unek atau beban hati. Tapi lebih dari itu, teman-teman circle-ku mampu memberikan respon yang menuntunku untuk menemukan jawaban atau solusi atas permasalahan hidup yang sedang kuhadapi. Hal ini membuatku merasa bahwa aku tidak sendiri. Ada orang-orang yang peduli padaku, mau merangkulku, dan mau menerimaku apa adanya dengan segala luka dan kekuranganku. Mereka mengasihiku apa adanya. Berada di circle bersama orang-orang ini adalah salah satu berkat terindah yang Allah berikan dalam hidupku. Bersama mereka, aku masih bisa tersenyum sembari memikul salibku. Walaupun setelah formasi ini selesai kami mungkin akan jarang bertemu, tapi mereka menempati ruang yang spesial di hatiku.

Apakah dinamika di circle-ku selalu indah? Tentu saja tidak. Gesekan pasti ada karena watak kami berbeda-beda. Tapi di sini aku belajar untuk berkomunikasi dan berekonsiliasi dengan orang-orang yang berselisih paham denganku. Aku belajar untuk bertahan dan tetap bertekun di dalam komunitas sekalipun kondisinya tidak seideal yang kuharapkan.

Puncak dari kegiatan Formasi 2023 adalah MAGIS Immersion Experiment dimana aku diundang untuk terjun ke masyarakat kecil yang miskin dan terpinggirkan. Pengalaman di kegiatan immersion kali ini lagi-lagi membuatku merasa bahwa aku diterima apa adanya diriku dan aku dikasihi. Wajah Allah nyata kepadaku lewat orang-orang yang hadir di sekitarku dan berinteraksi denganku. Kegiatan immersion ini sangat berkesan bagiku karena dalam keadaan silentium (hening) Allah banyak memberiku kejutan. Kejutannya berupa rahmat-rahmat yang tidak pernah terlintas di benakku sebelumnya.

Ada tiga rahmat terbesar yang kuperoleh selama berproses di MAGIS dan juga yang paling kusyukuri. Pertama, ketergerakan untuk membagikan kasih kepada sesamaku karena aku telah menerima begitu banyak kasih Allah lewat sesamaku. Jujur aku tidak pernah benar-benar tergerak untuk melakukan ini sebelumnya. Kedua, pengetahuan rohani yang menuntunku untuk memaknai Sabda-Sabda Allah, baik yang kuperoleh dari materi pertemuan bulanan maupun hasil sharing circle-an. Terakhir, ketidaklekatan terhadap hal-hal yang sia-sia sebab selain manusia semua hal di dunia ini hanyalah sarana untuk memuliakan-Nya.

Menjadi anggota MAGIS tidak serta-merta menjadikanku pribadi yang alim dan religius. Aku tetaplah manusia yang suka ‘bersenang-senang’. Bedanya, aku sekarang lebih ingin berbuat kasih, lebih ingin bertindak yang benar, dan lebih berani mempercayakan hidupku pada Allah.

Demikian kisahku. Berkah Dalem!

Jakarta, 17 Juni 2024.


Fransisca Nadia Widyarini

Formandi MAGIS Jakarta tahun 2023. Seorang pegawai perbankan yang suka mengeksplor hal-hal terkait personal development.

 

Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *