My Mind and Me

Banyak orang memandang sebelah mata anak-anak yang terlahir dari keluarga yang tidak utuh atau tidak normal seperti keluarga pada umumnya. Banyak dari mereka menjuluki anak-anak ini dengan  istilah  “anak broken home”. Saat kecil, anak broken home biasa dipandang berbeda. Mereka dijauhi dan diledek, hanya karena mereka lebih tidak memiliki, apa yang disebut dengan cukup dalam materi, didikan orang tua yang lengkap, dan kasih sayang orang tua yang utuh.

Bahkan dalam suatu obrolan ringan dengan beberapa teman, terdengar suatu kalimat yang terus mengusikku hingga saat ini, begini kira-kira bunyinya: “Itu sebabnya, aku enggak mau membangun relasi dengan orang yang berasal dari keluarga broken home.” 

Mirisnya pendapat itu diamini oleh yang lainnya. Kemudian muncul pertanyaan dalam diriku, memang apa salahnya kalau kami terlahir dan dibesarkan dalam keluarga yang tidak utuh? Dari Ayah dan Ibu yang mungkin belum siap menerima satu sama lain, ditambah satu ciptaan baru yang belum mereka kenali. Semakin dewasa kita, semakin kita tersadar, perkawinan, pernikahan, dan cinta bukanlah hal yang mudah.  

Kali ini, aku akan lebih fokus menceritakan kisah dari Selena Gomez, artis dunia yang sering tampil di panggung dan lagunya sering masuk ke billboard chart (barisan musik populer sedunia). Sebagian dari pengalaman hidupnya ia rangkum dalam sebuah film berdurasi 1 Jam 35 menit dengan judul “My Mind and Me”.


Selena adalah seorang gadis kecil yang dibesarkan oleh seorang ibu dan kakek-neneknya. Saat mengandung Selena, ibunya masih berada di bangku sekolah menengah atas. Selena ingat, saat itu ibunya akan mengambil semua pekerjaan yang ia bisa, dan terus mengatakan bahwa dirinya tidak akan berhenti, tidak akan pernah menyerah, sampai hidupnya lebih baik. 

Sementara Ayah Selena, setelah memutuskan bercerai saat Selena masih berusia lima tahun– beberapa kali mengunjunginya. Selena ingat, ada begitu banyak mimik penyesalan di wajah ayahnya, tetapi dengan berlinang air mata, relasi antara dirinya dengan  Ayahnya, Selena rangkum dalam satu kalimat : “Dia membuatku merasa seperti seorang putri.” 

Sejak kecil, Selena bekerja di Disney, menjadi artis film, memainkan tongkat sihir, atau menari bersama Barney (boneka dinosaurus berwarna ungu). Baginya, pekerjaan-pekerjaan itu menyenangkan. Ia terus tinggal di dalam kesenangan itu, dan tidak mendengarkan perasaan sepi di dalam dirinya. Sampai perasaan itu memuncak pada tahun 2016. 


 

 

Perasaan-perasaan itu menghantuinya, kalimat bahwa dirinya tidak layak dan tidak pernah cukup. Ia kesulitan untuk pentas, bahkan ia harus ke dokter khusus kesehatan mental, untuk beberapa tahun kemudian mengetahui bahwa dirinya tidak hanya memiliki depresi dan perasaan cemas berlebihan, tetapi juga bipolar. Tidak akan pernah terbayang seberapa besar ia berjuang melawan semua sakit mental tersebut, bersamaan dengan penyakit lupus dan cangkok ginjalnya. Banyak orang disekitarnya merasa cahaya hidup dalam diri Selena meredup, mereka akan kehilangannya. Bahkan, di suatu kesempatan Selena mengaku bahwa ia ketakutan. Ia merasa tidak tahu apakah dirinya bertahan atau tidak, tetapi ia terus menjalani hidupnya, hari demi hari, sambil terus mempelajari penyakitnya. Sedari kecil pemikiran itu telah Ibunya tanamkan pada diri Selena, untuk mempelajari hal-hal yang ditakutinya, dengan demikian dirinya dapat mengurangi sedikit demi sedikit rasa takut. 

Selama masa rehatnya dari dunia hiburan, Selena mengunjungi kampung halamannya di Texas. Ia kembali ke sekolah menengah pertamanya, menyapa banyak guru dan murid di sana. Ia juga mengunjungi rumah sahabat masa kecilnya, bahkan mengunjungi rumah lamanya. Ia berusaha mengunjungi tempat-tempat yang diingatnya, membuatnya merasa nyaman, dan tetap menjadi dirinya. Hal yang paling menyentuh adalah, setelah banyak hal yang dilaluinya, termasuk putus cintanya dengan Justin Bieber, Selena berhasil melalui itu semua dan menyatakan bahwa kehilangan Justin adalah hal terbaik dalam hidupnya. Semua perasaannya ia tuangkan dalam sebuah lagu debut comeback-nya yang dibuat hanya dalam waktu 45 menit dan masuk dalam daftar 20 billboard

Masih dalam perjuangannya melawan rasa cemasnya, Selena pergi ke Kenya mengikuti acara sosial di sana. Alam yang masih begitu segar dan hijau, keramahan penduduk setempat serta perbincangan intim terkait perjuangan mental atau hak wanita terkait pendidikan membuat Selena merasa di sanalah ia seharusnya berada. Meski hanya mendapat kesempatan sepekan, ia terus ingin berada di sana. Bahkan, beberapa kali di tengah rutinitas hariannya yang padat, ia berkali kali berkata Kenya adalah tempat terbaik. Ia terus ingin kembali ke sana. 

Berbagai pendapat membuat Selena tetap berusaha menjalani hari-harinya sebagai aktris dan mengesampingkan keinginannya, sampai dengan pandemi Covid-19 pada tahun 2020 melanda dunia. Pandemi memberikan dampak besar pada perekonomian di dunia, termasuk membuat lembaga amal “We Charity” yang menghentikan gelontoran bantuan dananya ke Kenya. Hal itu membuat Selena sedih. Ia terus teringat akan perempuan-perempuan yang ditemuinya di Kenya. 

Teringat, berkali-kali dalam wawancara dan diskusinya dengan orang-orang lembaga “We Charity”, Selena terus berkata bahwa dirinya ingin membuat sebuah kurikulum pendidikan terkait kesehatan mental. Saat ditanya orang-orang kenapa ia tidak melakukannya, Selena hanya berkata bahwa ia merasa dirinya tidak cukup mampu melakukannya. 

Siapa sangka, pandemi membuat Selena menjadi lebih berani meraih “panggilan”-nya. Setelah berhasil membentuk badan Rare Impact Fund dan berhasil menggalang dana $100 Juta untuk menyediakan tenaga medis kesehatan mental secara gratis dengan sasaran anak muda, pada Mei 2022 Selena dan Rare Impact Fund berkoordinasi dengan white house membuat aksi anak muda yang berbeda. Selena bertemu dengan presiden untuk membuat kurikulum kesehatan jiwa bagi sekolah-sekolah negara. Pada pengunjung film ini,  kisah ini bukan ditutup dengan contact person untuk penggalangan dana, tetapi ditutup dengan nomor telepon konselor kesehatan mental bagi wilayah Amerika dan di luar Amerika. 

Dari kisah hidup Selena, siapa yang menyangka bahwa dirinya dipenuhi rasa takut dan putus asa setiap kali hendak atau usai tampil di atas panggung. Berkali-kali Selena ingin menyerah dari tampil di atas panggung dan sambil menangis mengakui, bahwa dirinya tidak ingin terkenal, ia hanya ingin menjadi wanita biasa dan seorang ibu. Siapa sangka, wanita yang membuat gagasan baru dalam kurikulum pendidikan di Amerika, pernah berkali-kali berkata pada dirinya dan mimpinya sendiri, bahwa ia tidak akan mampu. Ia tidak bisa. 

Banyak pro kontra dalam dirinya, dari orang-orang di sekitarnya terkait gagasan ide dan mimpinya, tetapi Selena memilih cara perlahan tapi pasti untuk memenuhi hasratnya dalam mendampingi orang-orang yang memiliki kesulitan mental. Hal yang mana kita juga tahu St. Ignatius juga menyarankan bahwa kita ada baiknya tidak mengambil keputusan besar saat mengalami masa-masa desolasi.

Film ini tanpa sadar membuatku bercermin dan menilik kembali sejarah hidupku. Bagaimana aku dibesarkan, bagaimana kondisi orang tuaku saat aku masih kecil. Bagaimana aku menjalani hidup selama ini, dan apakah aku juga tengah kesulitan mendengarkan dambaan-dambaan (panggilan)-ku? Lucunya, beberapa kali aku merasa aku juga di posisi yang sama dengan Selena. Aku suka cemas dan takut berlebihan. Otakku tidak akan dengan mudahnya berhenti berkata bahwa aku tidak cukup baik, tidak cukup berguna, tidak cukup andal, intinya tidak pernah cukup. Saat ada orang berkata buruk tentangku, aku lebih memilih mempercayai ucapan mereka ketimbang berdiri di sisiku dan membela diriku. Aku harus berperang cukup lama untuk membenarkan diriku ketimbang penilaian dan opini orang lain.

Masa pandemi juga hal tersulit untuk kesehatan mentalku, aku ingat aku menangis berhari-hari saat Work From Home, karena pekerjaanku, beban yang kutanggung, dan relasiku yang terlihat kacau balau dengan Tuhan. Aku juga sempat ingin bunuh diri saat itu. Masih sebuah misteri yang kuanggap sebagai kemurahan, karena Tuhan menjagaku dengan baik hingga saat ini. Aku bersyukur, Tuhan mempertemukanku dengan Magis yang menuntunku untuk tetap menjadi diriku dan menemukan “panggilan” hidupku. Panggilan yang sering disebut sebagai hasrat yang terus timbul tenggelam, mengusik, dan apabila diabaikan terasa menghantui. 

Melihat pengalaman dan kisah hidup Selena Gomez, aku merasa mendapat dukungan. Kisahnya membuatku tersadar bahwa aku tidak berjuang sendirian, ada orang dengan kondisi serupa di luar sana. Banyak orang menilai aku adalah anak yang ceria, banyak tertawa, dan seolah tidak ada beban. Namun, aku selalu dihantui pikiranku sendiri yang selalu merendahkanku dan juga dengan bisikan hasrat yang terus timbul tenggelam, yang entah bagaimana aku yakini bahwa itu “panggilanku”. 

Sama seperti Selena, saat ini aku berjuang. Aku berjuang untuk melalui semuanya satu persatu dengan pelan-pelan, menikmati setiap momen dalam hidupku, dan berusaha menemukan kepingan rahmat serta penyertaan Tuhan di dalamnya. Mungkin saat ini belum saatnya aku menanggapi panggilan-Nya untukku, mungkin juga belum saatnya bagi kalian. Namun, aku percaya Tuhan hanya ingin kita merasa hidup, utuh, dan bahagia. Panggilan tiap orang berbeda, dan tidak harus spektakuler seperti Selena Gomez. Panggilan hidupku pun juga sesuatu yang sederhana lainnya. 

Teruntuk teman-teman di luar sana, terutama mereka yang berasal dari keluarga broken home, meskipun dipandang sebelah mata, dianggap berbeda, dan tidak menjadi orang yang diprioritaskan, meskipun kita memiliki luka yang tiap kali dilirik terasa begitu menyakitkan. Jangan sampai hal-hal tersebut menghambat kita untuk menjadi “diri kita sendiri” dan menghambat rahmat Tuhan bekerja melalui kita, ya. AMDG+ 


 

Calse Ratnasari Soegiarto

Kerap dipanggil Cals/Calse, lahir tahun 1998 di Wonosobo, Jawa Tengah dan menghabiskan nyaris seluruh hidupnya di sana. Banyak hobi yang ditekuninya, di antaranya adalah melukis, menulis dan menyanyi.

Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *