Journaling : Mengamati dan Mencatat Allah dalam Kata

google

Tahun 2016, aku menyelesaikan studiku dengan penelitian mengenai manfaat menulis untuk kesehatan jiwa. Jauh sebelum itu, sekitar 500 tahun lalu, Ignasius sudah menemukan bahwa dengan menulis catatan harian, ia dapat bertemu Allah. Kegiatan mencatat pikiran, perasaan, dan proses doa harian untuk menemukan gerak batin ini disebut sebagai journaling dalam spiritualitas Ignasian. Ignasius memang memulai peziarahannya di Puri Loyola dengan membaca buku dan menulis catatan harian. Hingga kini, kumpulan tulisannya menjadi salah satu kekayaan Gereja Katolik yang kita kenal dengan Latihan Rohani. Dengan latar belakangnya sebagai bangsawan dan ksatria, Ignasius punya rahmat berupa pengamatan yang tajam. Rahmat itu ia gunakan untuk mencatat situasi batinnya setiap hari. Bayangkan! Apa yang akan dicatat Ignasius dengan kondisi kaki hancur akibat peluru martil? Ia seharian di tempat yang sama, melakukan hal yang sama, dan bertemu dengan orang yang sama. Mirip kan dengan situasi kita di masa pandemi ini? Maka mari berempati, sekaligus belajar salah satu kebiasaan Ignasius: mencermati (notice) dan mencatat (noting) karya Allah dalam hidup harian yang seringkali dirasa monoton.

Jika dibayangkan saja terasa sulit, apakah mungkin dilakukan? Tenang, aku pun awalnya pesimis. Meskipun aku suka menulis diary, menulis journaling dalam rangka olah rohani tetap menantang. Sebagai bagian dari spiritualitas Ignasian, menulis journaling tentu harus diawali dengan doa examen sambil memohonkan rahmat supaya kita ditemani oleh Allah sendiri selama menulis. Dengan rahmat itu, kita memilah dan memilih hal-hal yang bagi kita menarik, menyentuh, mendominasi atau menyita perhatian. Apa saja itu? Pertama, peristiwa yang menyentuh. Kedua, perasaan yang mendominasi. Ketiga, pikiran atau imajinasi yang menyita perhatian. Kita juga bisa menambahkan hal-hal lain yang menurut kita penting untuk dicatat dalam sehari. Kita boleh menuliskan semuanya atau memilih yang peristiwa yang paling menyentuh saja, kemudian menuliskan pikiran dan perasaan terkait hal tersebut. Setelah menuliskan semuanya, kita bisa curhat pada Allah tentang apapun.

Mengapa isi journaling harus dipilah dan dipilih? Kok nggak semuanya aja? Nah, inilah bedanya menulis diary dan journaling. Diary ditulis sebagai sarana curhat, semacam tong sampah kita. Saat menulis diary, kita menuliskan semua peristwa secara kronologis. Sedangkan journaling adalah salah satu sarana untuk melihat pola gerak batin kita dalam sehari. Gerak batin tercermin dari perasaan dan pikiran kita ketika menanggapi suatu peristiwa yang berkesan. Jika yang berkesan itu dikumpulkan dan dilihat kembali, kita akan menemukan polanya. Bagiku, langkah ini persis seperti menemukan pola kejahatan pembunuh berantai dalam novel detektif. Dalam proses journaling, aku merasa Allah mengajakku menjadi detektif atas diriku sendiri. Aku diajak menyelidiki dan kemudian menemukan alasan atas berbagai emosi dan pikiran yang muncul. Ada banyak AHA moment yang kutemukan, sehingga aku lebih mengenal diriku sendiri.

Oh, ternyata aku selalu bad mood ketika rencanaku tidak terlaksana. Oh, ternyata aku lebih memilih mengindari konflik supaya relasiku tetap baik dengan orang lain. Cobalah sendiri, maka akan banyak “Oh oh oh” yang lain.

Selayaknya olahraga, journaling sebagai salah satu bentuk olah rohani juga punya tantangan tersendiri. Ketika olahraga memerlukan niat dan konsistensi, journaling butuh kejujuran dan konsistensi untuk mencapai tujuannya: menemukan pola gerak batin kita. Konsisten mencatat dalam suka dan duka, sehat dan sakit, konsolasi (hiburan rohani) dan desolasi (kekeringan rohani). Jujur dalam mencatat semua pikiran dan perasaan yang timbul, terlepas itu baik atau buruk. Jika kita ingin mengenal orang lain, bukankah kita berharap ia bersikap jujur? Jadi jika kita ingin menemukan Allah dalam keseharian kita, apa yang harus kita perjuangkan? Relasi kita dan Allah yang berusaha dibangun lewat journaling juga memerlukan kejujuran. Toh, Allah adalah sahabat yang mencintai kita tanpa syarat. Ia mencintai kita tanpa kata “tetapi”.

Pada akhirnya, journaling adalah harta rohani yang sangat personal. Kita hanya boleh memberikannya pada pembimbing rohani yang kita percaya untuk menemani perjalanan iman kita. Dengan membaca journaling, pembimbing rohani dapat membantu kita menandai dan menemukan sapaan Allah. Jika beratus tahun lalu Ignatius menggunakan dua warna pena yang berbeda untuk menandai sapaan Yesus dan Bunda Maria, maka kita bisa mencatat dan menandai sapaan Allah dalam berbagai warna. Rahmat teknologi memungkinkannya. Bagiku journaling selayaknya buku yang mencatat perkembangan rohaniku dalam menemukan Allah. Perkembangan rohani tak melulu linear dengan waktu. Seringkali aku terjebak untuk mencari Allah dalam peristiwa besar dan kompleks. Padahal Allah juga bisa ditemukan dalam peristiwa kecil dan sederhana. Besar atau kecil, kompleks atau sederhana, sedih atau senang, selalu ada Allah di dalamnya. Untuk menemukan Allah, pakailah kacamata dengan lensa-Nya. Setelah itu, tandailah pikiran dan perasaan yang kita lihat dengan lensa-Nya.

Journaling lebih terasa “nendang” ketika aku menjalankan pekerjaan detektifku bersama Allah dengan melihat lagi isinya. Di akhir pekan, akhir bulan atau akhir tahun, bacalah lagi tulisan kita dalam situasi doa. Penelitian Ignasius yang masih valid sampai sekarang membuktikan bahwa Allah akan menuntun kita menemukan insight baru tentang diri kita. Apa yang sebenarnya menggerakkanku dalam bertindak? Di mana Allah dalam keseharianku? Seberapa dekatkah aku dengan-Nya? Pertanyaan-pertanyaan itu akan terjawab perlahan ketika kita mau setia dan konsisten dalam berproses dengan journaling. Jika masih ragu, mari memulai baby step bersama rekan-rekan muda untuk mencatat dan menemukan Allah dalam kata!

 

_AMDG_

Contoh Journaling

Lidwina 2020

 


Lidwina Florentiana Sindoro (Flo)

Flo besar di Magelang, Jawa Tengah dan berpetualang ke barat untuk mengejar cita-citanya menjadi Psikolog Klinis Dewasa. Selain sibuk mendengarkan permasalahan orang lain dan membuat konten terkait kesehatan mental, ia juga sibuk mengurus tanaman dan belajar masak. Jangan ragu kontak Flo di IG @flosindoro kalau mau berbagi resep makanan lokal, adopsi tanaman, atau curhat gratis maupun berbayar. Join Magis Jakarta 2020
Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *