Selama kurang lebih 2 bulan ini, dari awal bulan September hingga bulan Oktober, circle ku yaitu, circle “Zumba” sudah mengadakan circle-an sebanyak 3 kali. Dua pertemuan via zoom termasuk setelah selesai Perbul 1, dan 1 pertemuan secara langsung. Sejak pertama mengikuti circle-an ini aku sudah mendapatkan kesan yang baik. Rasanya ajaib, meskipun pertemuan kami lakukan secara daring namun kami bisa membagikan cerita dan saling terbuka satu sama lain.
Mungkin selama circlean kami tidak pernah secara langsung saling menguatkan atau meneguhkan satu sama lain seperti mengeluarkan kalimat, “Oke April, yang kuat,ya. Tuhan tahu yang terbaik, kok.” (atau mungkin belum sampai tahap itu), tapi dari mendengarkan sharing cerita dari teman-teman, aku sudah merasa dikuatkan. Terutama pada saat circle-an setelah Perbul 1 saat kita diajak untuk berefleksi mengenai sejarah hidup St. Ignasius. Dari cerita-cerita yang teman-teman sampaikan, jujur, sebetulnya aku jadi malu sendiri.
Sebelumnya aku selalu merasa menjadi yang paling menderita, hampir menyalahkan Tuhan dan bertanya-tanya, “Mengapa Tuhan selalu memberiku hidup yang susah & tidak memberikanku kesempatan?”
Ternyata setelah mendengar cerita teman-teman circle Zumba, apa yang dilalui teman-teman bisa dibilang jauh lebih “dahsyat” dari yang aku alami. Dari cerita mereka aku belajar untuk lebih bersyukur dengan apa yang aku punya dan mempercayai bahwa Tuhan tidak akan memberikan pencobaan melebihi kemampuan anak-Nya, Tuhan memiliki suatu maksud tertentu saat Tuhan menghadapkan kita pada suatu peristiwa tertentu. Kalau pun Tuhan memberikan pencobaan yang “susah” dan terlihat mustahil, mungkin Tuhan ingin kita naik level & memperbesar kapasitas endurance kita. Aku belajar dari teman-teman bahwa mereka selalu berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lewat peristiwa-peristiwa yang dialami.
Aku merasa dikelilingi oleh teman-teman yang baik dan hebat. Setiap sharing dari mereka semua mengingatkanku untuk tetap Finding God in All Things. Satu hal yang kutangkap setiap kami circlean adalah semuanya terlihat antusias, mau berusaha dan berlatih secara konsisten untuk melakukan latihan rohani & mencoba menemukan Tuhan dalam segala hal. Teman-teman circle Zumba juga memiliki pribadi yang hangat.
Pada pertemuan circle yang ketiga, kami melakukannya secara langsung. Sungguh rasanya jauh berbeda dengan circlean secara daring. Suasananya terasa sungguh sangat hidup, kami bertukar cerita, dan karena circleannya tidak ada temanya, jadi kami membicarakan apapun ngalor ngidul, dari A sampai Z, memang kebanyakan bukan hal yang serius tapi rasanya sangat menyenangkan. Kami baru pertama kali bertemu tapi rasanya (bagiku) bertemu mereka seperti bertemu teman yang sudah saling ngobrol sejak lama. Aku merasakan semangat & antusiasme mereka untuk berproses di MAGIS ini dan itu juga memicuku untuk konsisten melakukan latihan rohani (karena jujur hingga saat ini aku belum konsisten melakukan ladoda, examen, dan journaling) Aku sempat sharing dengan satu teman di circle Zumba tentang kenapa ikut MAGIS, apa yang dirasakan setelah ikut MAGIS, persoalan hidup apa yang sedang dialami. Dari percakapan dengan satu teman itu, aku merasakan, “Inilah yang aku cari, sahabat dalam Tuhan.”
Mungkin belum banyak hal yang bisa aku sharing-kan dan refleksikan dari circle-an ini, namun seiring berjalannya waktu, aku benar-benar berharap dapat membangun persahabatan dalam Tuhan bersama circle Zumba ini dan juga bersama teman-teman MAGIS.