Tahun 2019 segera berakhir, awal tahun 2020 tak lama lagi akan datang. Circle “Kera Sakti” mengucapkan “Merry Christmas 2019 and Happy New Year 2020”. Waktu cepat berlalu, tak terasa tiga bulan sudah aku berproses di Magis Formasi 2019 besama circle “Kera Sakti”. Di Perbul 3 ini, para formasi diajak untuk menyelam lebih dalam lewat sejarah hidup yang telah dinarasikan dalam tugas Perbul 2. Pertemuan kali ini berbeda dari pertemuan sebelumnya, hari itu kami diajak untuk berkontemplasi beberapa kali. Kontemplasi pertama mengajak kita untuk menghadirkan diri kita yang saat ini bertemu dengan kita masa kecil dengan berbagai situasi perasaan suka dukanya. Kontemplasi kedua mengajak kita mengkontemplasikan sungai hidup, setelah itu kita diminta untuk menggambarkan hasil kontemplasi dalam selembar kertas.
Circle-ing setelah perbul 3 sangat menarik untuk diceritakan karena aku menemukan sesuatu dalam diriku. Materi yang dibahas dalam circle saat itu tentang menceritakan pengalaman kontemplasi pada perbul 3 dan mensharingkan hasil karya gambar kontemplasi sungai hidup. Aku akan menceritakan pengalaman kontemplasi sungai hidup dalam gambaranku. Kontemplasi sungai hidup yang tergambar olehku yaitu sebuah gunung yang gersang tak ada pepohonan di sekelilingnya tetapi mengalir air yang cukup deras dari atas ke bawah. Di bawah gunung itu tertampung aliran air dari hulu pada sebuah danau, aku merasakan kesegaran dan kejernihan air sungai yang tergenang melimpah walaupun di sekelilingnya sangat gersang. Berbeda dengan yang digambarkan oleh teman-teman circle lainnya. Gambar milik teman-teman lain tergambarkan sebuah aliran air sungai dengan pepohonan, rerumputan, dan keindahan alam di sekitarnya. Dalam hati aku bertanya “Apakah ada yang salah dengan gambarku? Kenapa sesimpel ini?”.
Pada akhirnya aku menemukan jawabannya dari sesi sharing dan tanggapan dari teman-teman circle dan Frater Bayu. Gambar kontemplasi itu ternyata merupakan gambaran alam bawah sadar yang saat ini sedang kita alami termasuk perasaan dominan yang melekat dalam diri. Gambar kontemplasiku sangat berkaitan dengan Pamplona yang aku alami ketika usia 12 tahun. Namun, dalam gambar itu bercerita bahwa aku merasakan kesejukan, kenyamanan, kejernihan pada kondisiku saat ini bukan aku yang dulu. Aku sungguh bersyukur melalui sharing circle itu aku tersadar ternyata kebahagiaan dan rasa syukur tidak selalu harus dicapai dengan mendaki tinggi dan kecukupan segalanya. Tuhan mengajarkan kepadaku untuk merasakan kebahagiaan dan rasa syukur dalam kesederhanaan dan kebersamaan.
Bercerita bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan bagiku yang tidak pandai merangkai kata-kata. Bahkan harus berpikir lama untuk memberanikan diri memulai berbagi dengan yang lain. Keterpaksaan untuk saling berbagi satu dengan yang lain menjadikan aku untuk berani bercerita. Terima kasih “Kera Sakti” karena dipaksa aku berani untuk berbagi pengalaman dan banyak pengalaman baru juga yang aku dapatkan dari kalian. Mari kita melanjutkan perjalanan ke Barat untuk menemukan lebih banyak lagi.
Eusebia Vercelli Jesee Pertiwi
Jesee, perempuan kelahiran Semarang ini hobi banget memperhatikan gerak-gerik orang disekitarnya. Saat ini sedang belajar mencintai pekerjaannya sebagai pendidik. Formasi Magis 2019.