#SahabatdalamTuhan

Pada tanggal 20-22 September 2019 yang lalu, komunitas MAGIS mengadakan Community Building untuk formasi MAGIS 2019. Hal ini terbilang lumayan baru untukku, karena biasanya acara komunitas rohani pasti selalu berbau rohani, entah itu retret, kemping rohani, rekoleksi dan sebagainya. Namun Combul ini sedikit berbeda dari acara komunitas rohani lainnya karena berdasarkan spoiler yang diberikan formator MAGIS & para alumni, acara Combul ini tidak perlu membawa Alkitab dan hanya merupakan acara untuk bersenang-senang saja.

Perjalanan dimulai hari Jumat, 20 September pukul 19.30 di Kolese Kanisius, aku berkenalan dengan Bayu. Ia juga orang yang pernah satu circle denganku saat introduction MAGIS beberapa waktu yang lalu. Kami ngobrol dan dari obrolan itu aku tahu bahwa Bayu sedang magang di redaksi Majalah Basis yang juga membiayai kuliahnya di STF Driyarkara, sebuah pilihan kuliah yang tidak biasa di zaman modern ini, ketika banyak anak muda memilih untuk kuliah bisnis maupun IT. Di dalam bis, aku berkenalan dengan Gifftra, alumni MAGIS 2015. Di awal perkenalan itu, aku dan Gifftra sudah bisa lumayan akrab karena ternyata orangnya cukup seru dan bisa bermain musik. Jadi kami sing along sepanjang perjalanan sampai akhirnya tanpa sadar sudah tiba di lokasi perkemahan.

Dinamika dimulai keesokan harinya. Dimulai dengan senam pagi, lalu dilanjutkan dengan ice breaking, dan permainan kelompok yang membuat kami semakin berbaur dan mengenal satu sama lain. Di waktu senggang, aku berkumpul bersama beberapa teman baru seperti Bayu, Ivan, Rizky, Aryo dan Thomas. Kebetulan karena kami sama-sama orang Jawa, kami lebih cepat akrab satu sama lain. Aku sendiri sebenarnya tidak terlalu fasih berbahasa Jawa, namun karena di rumah kedua orangtuaku selalu berkomunikasi dengan bahasa Jawa aku paham apa yang mereka bicarakan. Disana kami saling bercerita pengalaman, seakan-akan teman yang sudah kenal sejak lama.

Ada satu permainan yang cukup berkesan buatku dimana semua kelompok disatukan lalu dibagi dua berdasarkan kelompok ganjil dan kelompok genap. Lalu kedua kelompok ini beradu satu sama lain untuk menyerang balon air yang dijaga oleh peserta yang berperan sebagai ekor di kelompok. Sedangkan si kepala mengarahkan kelompok untuk menyerang dan menjaga agar barisan kelompok tidak terputus. Permainan ini berlangsung lama hingga akhirnya karena terlalu ramai, diputuskan bahwa hanya sepuluh peserta yang bermain. Ekor dari kelompokku kini ditunjuk menjadi kepala untuk menggantikanku. Ekor dari kelompokku bernama Jack. Kami berlima berusaha menyerang kelompok satunya yang dikepalai oleh Giftra. Sungguh sangat terasa persaingan dan kerja sama antar kelompok untuk menjaga balon sekaligus mengatur strategi menyerang. Tidak ada rasa segan ataupun takut, yang penting balon air kelompok terjaga dan sukses menyerang balon air kelompok lain, hahaha…! Namun karena sama-sama kuat, akhirnya permainan seri dan kemenangan ditentukan dari balon siapa yang pecah duluan ketika dibanting.

Di malam terakhir, terungkap sebuah rahasia yang selama ini disembunyikan oleh panitia Combul. Ternyata Benic, Bayu, dan Jack yang dari awal berdinamika bersamaku adalah para Frater Jesuit. Hal ini cukup mengagetkan karena benar-benar tidak terasa sekat antara awam dan para frater ini. Mereka mau berbaur dan menjadi sahabat yang baik bagi sesama peserta MAGIS. Fr. Jack sempat berubah menjadi kuda-kudaan dan Fr. Benic sempat disuruh beli nasi goreng. Fr. Bayu sampai harus berusaha mengarang cerita karena tugasnya memang paling berat yaitu berpura-pura menjadi peserta baru. Mungkin kalau boleh sedikit lebay & alkitabiah, perasaan dan pengalaman ini aku umpamakan seperti dua orang yang bertemu Yesus dalam perjalanan ke Emmaus. Dalam perjalanan itu, Yesus tidak tampak sebagai Tuhan bagi kedua orang itu. Namun, mereka semangat dan berapi-api ketika bercakap-cakap dengan Yesus. Kisah akhirnya tentu saja teman-teman sudah tahu sendiri. Para frater, alumni, panitia dan pengurus MAGIS telah sukses mengikuti jejak Yesus sebagai pendamping yang baik dalam Combul 2019. Combul ini membuat aku merasa bahwa komunitas MAGIS sangat welcome kepada anggota barunya. Tidak ada rasa segan atau perasaan superior sehingga para anggota baru pun bisa lebih mudah berbaur dengan yang lainnya. Bahkan para frater bisa secara sukses “mengawamkan” diri mereka agar bisa setara dan berkomunikasi bebas dengan para formasi baru ini.

Sungguh Combul 2019 adalah suatu pengalaman yang unik dan sebuah welcoming party yang berkesan untuk membuka perjalanan selama satu tahun formasi di MAGIS ini. Semoga aku pun dan semua formasi MAGIS 2019 bisa terus berjalan bersama-sama untuk mengikuti jejak Kristus dan menemukan Tuhan dalam segala hal lewat segala dinamika dan pengalaman di MAGIS 2019. AMDG!


Aditya Aryo Nugroho

Seorang pekerja kantoran ibu kota, yang gemar mengeksplorasi kekayaan dunia & manusia lewat nonton film dan vlog-vlog di Youtube sambil rebahan di kasur tercintanya. Hobinya saat ini mobile photography & mengcover lagu-lagu yang hasilnya lalu diunggah di instagram pribadinya @adityaryoo. Impiannya sederhana, bisa kurus sambil tetap banyak makan. Setelah cukup puas mengeksplorasi dunia, kini ia sedang berproses mengekplorasi hubungannya dengan Tuhan lewat Formasi MAGIS 2019.


Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *