Circle Rainbow: “Lewat Kalian, Pesan itu Disampaikan-Nya”

Siang itu matahari sangat terik. Rasanya malas sekali untuk keluar dari rumah. Tapi, rasa ingin bertemu kalian, para sahabatku, lebih besar dari rasa malas itu. Pukul 2 siang, aku jalan dari rumah, bertemu dengan Silfi di Stasiun Manggarai. Lalu, pada pukul 3 siang kami semua akhirnya bertemu di Warunk Upnormal – Tebet. Di sana ada aku, Kak Pitta, Hary, Vania, NatNat, dan Silfi. Namun sayang, Elisa, Vincent dan Vanesh berhalangan untuk ikut. Jujur saja ini kali pertamaku melancong sendirian ke daerah Jakarta dengan menggunakan kereta. Padahal aku pribadi adalah orang yang sangat malas berpergian saat weekend, apalagi jika jauh dari daerah Bekasi. Tetapi balik lagi, rasa ingin bertemu kalian, para sahabat baruku, jauh lebih besar dari rasa malas itu!

Bertemu dalam circle 21 Oktober 2018

Sejak pertemuan di circle pertama, jujur saja perasaanku sangat bahagia mengenal kalian dalam hidupku. Memang, awalnya perasaan takut itu sangat besar. Karna harus mengenal dari nol dan kembali beradaptasi dengan sikap, sifat, kebiasaan yang berbeda-beda. Tetapi rasa takut itu hilang secara perlahan saat aku mulai terbawa dalam suasana di Circle Rainbow. Namun sedihnya, kami harus menerima kenyataan bahwa Circle kami harus kehilangan 2 anggota sekaligus yaitu Vincent & Vanesh. Kini kami hanya bertujuh, dan salah satunya menjadi laki-laki tertampan di circle kami. Walaupun begitu, kami berharap untuk tetap selalu bersama hingga selesai formasi ini.

Perbul pertama, “Inigo to Ignatius” pada 14 Oktober 2018 lalu sangat mengesankan bagiku, bahkan bisa dibilang perbul pertama ini telah mengubah hidupku! Jika dibilang kami yang ikut Magis adalah orang-orang yang galau, mungkin Romo Yohanes Nugroho, SJ ada benarnya. Saya memang galau, saya haus akan kehadiran Tuhan, seperti yang dikatakan Fr. Leo di awal, mungkin saat ini saya sedang berada di pinggir pantai, berdiri dan hanya menunggu Tuhan datang kepada saya, dan tiap harinya hanya meminta A-Z. Dimana seharusnya, saya harus menyelam, mencari apa yang Tuhan inginkan, apa yang Tuhan mau dalam hidupku.

Puji Tuhan, aku mulai percaya bahwa komunitas ini bisa mengatasi kegalauan itu. Sharing & caring satu sama lain adalah hal yang membuatku merasa sangat dihargai diterima dalam circle & komunitas ini.

Keterbukaan kami yang membuat kami semakin kuat, canda tawa, tangisan, menjadi saksi bahwa Tuhan mempertemukan kami bukan tanpa alasan. Semua yang kualami, semua yang kujalani dari proses awal sampai saat ini semua adalah kehendak-Nya bagiku, agar dapat lebih dalam lagi menyelam dan mencari Tuhan.

Wajah Bahagia kami mengikuti Perbul pertama, 14 Oktober 2018Aku bersyukur bisa belajar tentang seorang Ksatria Inigo, yang mengalami proses terang-gelap-terang dalam hidupnya. Semua materi perbul pertama menjadi refleksi sendiri, sebuah tamparan keras dalam hidupku, di mana diriku saat ini? Bagaimana aku mensyukuri segala sesuatu yang Tuhan berikan? Dan dari kisah perjalanan St. Ignatius aku belajar, bahwa Tuhan adalah ahli bedah terhebat untuk manusia: Ia mematahkanmu, untuk kemudian membuatmu lebih dekat denganNya. Dan, bukan aku yang memilihNya, tapi Dialah yang memilihku dan mencintaiku terlebih dahulu (Yoh 15:16).

Seperti pelangi yang indah, yang selalu muncul setelah turunnya hujan yang bertubi-tubi, maka akan selalu ada waktu yang INDAH bagi mereka yang bersabar. Ketekunan dan kesabaran untuk terus menjalani Pedagogi Ignatian seperti Ladoda, Examen dan Jurnaling, akan berbuah manis pada akhirnya dan menjadikan kita pribadi yang lebih baik. Dan lewat cerita-cerita yang mereka sampaikan, aku percaya “pesan” tersebut disampaikan-Nya. Lewat orang-orang hebat yang sudah kuanggap sebagai keluargaku sendiri, yang ternyata masalahku tak sebanding dengan masalah mereka, yang ternyata mereka lebih kuat daripadaku, yang kukira hanya aku yang memiliki masalah dalam hidup ini, dari semua itu aku belajar untuk lebih banyak bersyukur, lebih banyak merenungkan, belajar untuk lebih berserah, belajar untuk lebih peka dengan suara Tuhan, menyecap tiap rasa yang ada dan menikmati segala proses-Nya. Terima kasih Ya Tuhan, atas keluarga baruku ini, semoga kami bisa berproses bersama sampai akhir Formasi nanti dan pada akhirnya bisa menjadi Pelangi yang sangat indah. Amin!

Ad Maiorem Dei Gloriam.

 

Bekasi, 27 October 2018



Desisca Natania

Sangat tertarik dengan travelling dan kuliner. Menjadi Formasi Magis 2018, anak ke-3 dari 4 bersaudara, tinggal di Bekasi. Dan sekarang bekerja di bagian Corporate Planning di perusahaan swasta di Cikarang. Sedang berusaha untuk menghancurkan ambisi-ambisi yang ada dalam dirinya, dan belajar mencintai Tuhan lebih dalam lagi. Percaya bahwa segala sesuatu akan INDAH pada WAKTUNYA😊

 


 

Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *