The Shack (2017)
Genre : Drama, Fantasi
Bintang : Sam Worthington, Octavia Spencer
Sutradara : Stuart Hazeldine
Tahun Rilis : 2017
The Shack direkomendasikan oleh teman baik saya di Magis Jogja. Saya menonton film ini selama perjalanan saya kembali ke Jakarta dari persiapan MAGIS JCAP di Jogja.
Film ini menceritakan kisah hidup seorang pria bernama Mack Phillips, tentang bagaimana ia menghadapi tragedi yang dialami keluarganya dan cara ia berdamai dengan luka batinnya sedari kecil.
Sebagai lulusan formasi Magis, rasanya banyak materi Magis yang bisa diambil dalam film ini. Misalnya, poin Sejarah Hidup, menceritakan bagaimana Mack memiliki masa lalu yang sedih, dengan ayahnya yang pemabuk sering memukuli dia dan ibunya. Namun ayahnya sangat rajin ke gereja. Pada akhirnya Mack memilih untuk mengakhiri hidup ayahnya dengan menaruh cairan kimia diminumannya. Cerita berlanjut dengan kisah Mack yang sudah berkeluarga. Ia memiliki istri yang cantik dan rajin berdoa. Mack dikaruniai tiga anak yang sangat ia kasihi yaitu Kate, Josh, Missy. Ia selalu berusaha menjadi ayah yang baik dan begitu mencintai anak-anaknya.
Selama masa hidupnya, ia berusaha untuk tidak menjadi seperti ayahnya. Namun, terjadilah tragedi pembunuhan anaknya yang ke-3, yaitu Missy. Gadis cilik tersebut diculik dan hanya ditemukan pakaian yang bersimbah darah.
Betapa hancur hati Mack. Ia begitu menyalahkan dirinya dan Tuhan serta bertanya-tanya dalam hati, apa yang kurang dari tindakannya selama ini? Rajin ke gereja, berbuat baik terhadap sekitar dan sesama, ia begitu mencintai keluarganya. “Mengapa Tuhan begitu kejam menghukumnya?” pikir Mack.
Kejadian aneh menghampiri: ia mengalami pertemuan dengan tiga sosok misterius, yang adalah Elouisa, Sarayu dan Yesus. Elouisa menggambarkan sosok Allah Bapa. Ia begitu sabar mendengarkan keluh kesah Mack. Bahkan ketika Mack bersikap kasar, sosok Elouisa memahami sikapnya dan selalu merangkulnya dengan penuh kasih. Hal ini menggambarkan cinta Tuhan kepada kita. (Begitu besarrrrrr pake bangettt!) Dia mencintai kita dengan tulus, selalu memaafkan dan menerima kita apa adanya.
Perjumpaan Mack dengan Sarayu mengajarkan betapa besar rencana Tuhan dalam hidup kita. Dalam film dianalogikan Sarayu yg menunjukan taman yg luas dengan tanaman berbeda namun sangat indah sebagai ciptaan Tuhan. Tidak hanya pada diri kita, namun seluruh makhluk di muka bumi ini, semua ciptaan-Nya memiliki fungsi dan tujuan masing-masing. Seluruh kejadian yang terjadi pada kita, seluruh keputusan yang kita buat memiliki sebab akibat. Manusia memiliki kekuatan untuk menciptakan kebahagiaan dan kedukaannya sendiri. Apakah Tuhan menciptakan perang? Mengizinkan adanya pembunuhan? Kepentingan dan ego kita masing-masing lah yang membuat tragedi di dunia ini.
Lalu, kejadian Mack dengan sosok Yesus yang digambarkan seperti pria Arab. Yesus membuat mukjizat dengan menyelamatkan Mack yang hampir tenggelam dari kapal. Yesus membuat Mack berjalan di atas air. Hal yang paling saya ingat adalah kata-kata Yesus pada Mack: “Semua terlihat mustahil bila kamu berjalan sendiri. Percayalah pada-Ku. Mari berjalan bersama dan semua menjadi mungkin.” Ahh, lagi-lagi saya terhenyak dengan dialog film ini.
Sungguh cerita ini dikemas dengan sangat dalam. Dialognya ditulis dengan sangat indah dan menyentuh. Visualisasi dan karakter dalam film ini pun, diatur secara pas dan penuh makna. Melalui film ini, Saya dibuat teringat kembali bahwa Tuhan sangatlah mencintai kita dan semua ciptaan-Nya, untuk tidak hanya berfokus pada satu titik dalam hidupku atau berlarut dalam kesedihan atau kedukaanku. Percayalah bahwa Bapa yang mahacinta selalu mengikuti aku. Maka pertanyaannya, apakah aku sudah menengok ke belakang dan mengajak-Nya berjalan bersama?

Monica Juniarti Effendi