Dipertemukan untuk Bertumbuh Bersama

Kembali lagi dengan Cerita Circle Groot, kali ini saya Gerard yang akan menuliskan cerita circle ini. Pengalaman circle-an yang menjadi ciri khas di komunitas MAGIS ini sungguh sangat berguna. Terutama dalam hal menyampaikan perasaan dan kegelisahan yang dimiliki oleh masing-masing individu di dalam circle. Saya ingat betul pengalaman saya saat pertama kali melakukan kegiatan circle-an ini dengan circle GROOT. Setelah diberitahukan pembagian kelompok circle dan setelah perkenalan, kami langsung merundingkan nama serta yel-yel untuk circle kami. Pada circle-an pertama, kami masih merasa canggung dan malu. Belum ada yang merasa nyaman untuk bercerita secara terbuka. Sebenarnya kita tidak bisa memaksa orang lain untuk bisa bercerita secara terbuka atau seterbuka yang diharapkan. Melainkan yang diusahakan ialah menjadi pendengar yang baik dan memegang teguh prinsip bahwa circle-an itu bersifat confidential. Hal ini yang menjadi poin pentingnya. Obrolan yang terjadi dalam circle-an tidak boleh dibawa keluar dari circle ini. Jadi apa yang ada di dalam circle itu biarlah tetap di dalam circle. Orang di luar circle tidak perlu mendengarkannya. 

Setelah mendengarkan kisah hidup teman-teman di dalam circle, saya merasa bahwa hidup saya ternyata masih tidak sebanding dengan perjalanan hidup yang sudah mereka lewati. Seiring berjalannya waktu, saya perlahan-lahan bisa lebih terbuka kepada teman-teman. Dibandingkan dengan circle-an pertama, circle-an perbul kedua dan ketiga ini saya merasa teman-teman jadi lebih terbuka satu sama lain. Bahkan sampai ada yang meneteskan air mata karena begitu dalamnya perasaan yang diceritakan terkait pengalaman hidup mereka.

Penulis dan teman-teman circle merayakan ulang tahun salah satu anggotanya

Dari sini kami belajar mengolah perasaan kami berdasarkan kisah perjalanan hidup masing-masing. Mulai dari sejarah hidup yang pahit maupun yang membahagiakan. Semua pengalaman sejarah hidup pastinya memiliki makna bagi masing-masing individu yang mengalaminya. Saya pribadi, walaupun menyadari bahwa mengolah sejarah hidup yang menyedihkan itu tidak menyenangkan, perlu menelaah pengalaman-pengalaman saya yang menyedihkan supaya saya dapat menemukan kehadiran Tuhan. Demikian saya kembali menyelami kenangan-kenangan pahit yang pernah terjadi. Akhirnya ketika saya sudah berhasil mengolah perasaan-perasaan yang muncul akan kenangan pahit tersebut dan menemukan kehadiran Tuhan, saya mulai menerima pengalaman pahit itu. Saya mengikhlaskan sejarah hidup pahit yang pernah saya alami. Saya berdamai dengan hati saya sehingga tidak ada lagi perasaan yang mengganjal, baik itu dalam pikiran saya maupun hati saya. 

Seperti sudah sempat saya singgung di awal bahwa proses membangun companionship dalam circle ini tidak terjadi begitu saja. Perlu ada proses membangun kepercayaan di antara masing-masing pribadi yang terlibat di dalamnya. Kepercayaan ini yang tidak bisa diminta kepada masing-masing pribadi. Melainkan suatu proses yang diusahakan oleh masing-masing pribadi agar yang lain juga akhirnya dapat mempercayai kita. Setelah mendapat kepercayaan itu yang perlu dilakukan ialah menjaga kepercayaan tersebut. Jangan sampai mengecewakan orang-orang yang telah memercayai kita karena nantinya orang itu akan sulit memercayai kita lagi. 

Foto bersama Circle GROOT pasca mengikuti perbul

Kini circle GROOT bisa terus berproses bersama, menjalin rasa kepercayaan antar satu dengan yang lain dan kekeluargaan yang baik. Proses ini tidak dapat terjadi secara instan namun memerlukan waktu serta pendampingan dari para animator dan pendamping. Saya sungguh bersyukur bisa menemukan komunitas MAGIS ini dalam pengumuman gereja seusai misa. Sepertinya memang sudah ada yang mengarahkan jalan saya untuk mengikuti komunitas ini dan bukan hanya kebetulan belaka. Saya bersyukur bisa bertemu dan bergabung dalam komunitas ini sebab komunitas ini membantu mengisi kekosongan hati saya. Pun juga bersama dengan teman-teman yang lain, kami bisa saling mendukung, bertumbuh, dan berkembang bersama dalam semangat spiritualitas Ignatian. 

Tidak cukup rasa terima kasih yang bisa saya sampaikan kepada romo, kakak pendamping, kakak animator dan semua teman seperjalanan. Semoga kita bisa selalu bertumbuh dan berkembang bersama di dalam maupun di luar komunitas MAGIS ini. GBU all!


Gerardus Abhirama W.

Jangan pernah menyesal terhadap hal yang sudah kamu lakukan, tetapi menyesal lah ketika kamu belum sempat melakukan hal yang ingin kamu lakukan.”  Gerardus Abhirama W. merupakan lulusan SMP Kanisius angkatan 17. Banyak sekali pengalaman yang tak terlupakan dari zaman SMP dimana saya banyak belajar tentang kehidupan Ignatius Loyola, mulai dari berefleksi sampai dengan cara berdoa. Berasal dari Jakarta dan sekarang menjadi Formandi MAGIS Jakarta 2024.

Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *