Kasih Allah dalam Kesederhanaan: Kontemplasi Hidup Sehari-Hari

Judul Film Perfect Days
Tahun Rilis 2023
Sutradara Wim Wenders
Pemeran Kōji Yakusho, Tokio Emoto, Arisa Nakano, Aoi Yamada, Yumi Asō, Sayuri Ishikawa, Tomokazu Miura, Min Tanaka

Resleksi (Resensi dan Refleksi) film kali ini aku bawakan dari film ‘Perfect Days’. Perfect Days adalah film karya Wim Wenders, seorang sutradara terkenal asal Jerman, yang dirilis pada tahun 2023. Film ini bercerita tentang kehidupan seorang pembersih toilet bernama Hirayama di Tokyo, yang diperankan oleh Kōji Yakusho. Hirayama menjalani rutinitas sehari-hari yang sederhana namun penuh makna, sambil menikmati momen-momen kecil seperti membaca buku, mendengarkan musik, dan berinteraksi dengan orang-orang di sekitarnya.

Film ini mengeksplorasi tema-tema seperti makna hidup, keindahan dalam kesederhanaan, dan hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya. Perfect Days mendapatkan apresiasi tinggi dari kritikus, terutama untuk sinematografinya yang indah, narasi yang kontemplatif, dan penampilan luar biasa Kōji Yakusho, yang memenangkan penghargaan Aktor Terbaik di Festival Film Cannes 2023.

***

Dalam hubungannya dengan spiritualitas Ignasian, aku menemukan beberapa titik refleksi dari film ini.

Eksamen Harian: Merenungkan Kehadiran Tuhan

Tokoh utama dalam film ini, Hirayama menjalani hidupnya dengan penuh kesadaran dan penghargaan terhadap momen-momen sederhana. Hal Ini menjadi undangan bagiku untuk melatih kembali examen harian yang sudah pernah diajarkan kepadaku ketika berformasi di MAGIS Jakarta. Saat melakukan examen harian, aku berusaha memunculkan pertanyaan:

Dimana aku menemukan kehadiran Tuhan hari ini?

Bagaimana aku merasakan sukacita dan kedamaian dalam aktivitasku, bahkan dalam hal-hal yang tampaknya sederhana?

Apa yang dilakukan oleh Hirayama dalam film itu, sedikit banyak menampar diriku, yang masih terlalu sering berfokus pada hal-hal besar yang membuat aku bahagia. Hingga aku melewatkan hal-hal kecil atau sederhana di sekitarku yang sebenarnya bisa menjadi ruang perjumpaanku dengan Allah.

Salah satu scene di dalam film Perfect Days

***

Mencari Kebebasan Batin: Hidup dalam Kesederhanaan

Hirayama yang dikisahkan dalam film ini merupakan seseorang yang sebetulnya berasal dari keluarga yang berkelimpahan secara materi. Namun dia memilih jalan hidupnya sendiri, yang lebih sederhana dan penuh makna untuk dirinya. Hal ini mencerminkan kebebasan batin yang Ignatius Loyola gambarkan sebagai “indiferencia“— sikap lepas bebas terhadap apapun yang dunia tawarkan. Hirayama tampaknya tidak tergoda oleh ambisi duniawi, tetapi hidup dengan kedamaian dirinya dan lingkungan sekitarnya. Hal ini tentunya memunculkan pertanyaan refleksi untuk diriku:

Apakah aku sudah hidup dengan kebebasan batin?

Apakah aku terikat pada keinginan duniawi yang membuatku kehilangan arah pada hal yang esensial?

Dalam pengalaman hidupku, di saat aku harus mengambil keputusan, seringkali aku belum bisa bersikap lepas bebas. Ini dikarenakan masih ada beberapa kelekatan yang belum bisa aku lepaskan. Tentunya ini menjadi bagian proses pengolahan lanjutan atau On Going Formation (OGF) diriku. Semoga seiring berjalannya waktu, aku bisa hidup dengan kebebasan batin. 

***

Hidup dalam Kehadiran Allah: Melihat Dunia Sebagai Panggilan

Film ini tidak hanya merenungkan kesederhanaan hidup tetapi juga mengajak kita memandang pekerjaan dan relasi kita sebagai panggilan. Seperti Hirayama yang dengan hati-hati membersihkan toilet, aku seperti diajak menyelesaikan tugas-tugasku dengan cinta yang besar. Lantas refleksi yang aku munculkan adalah:

Apakah aku melihat pekerjaan dan tanggung jawabku sebagai bagian dari rencana Allah yang lebih besar?

Aku melihat ini sebagai undangan untuk mencecap kembali rahmat-rahmat Allah yang hadir dalam hidupku. Harapannya aku dapat semakin jelas melihat gambaran besar rencana Allah untuk hidupku ini.

Tokoh utama yang terlihat sedang menikmati pejalanan dengan menggunakan sepeda

***

Sebagai penutup, film Perfect Days ini merupakan undangan untuk melambat, mengamati, dan merangkul keindahan hidup sehari-hari. Dalam semangat spiritualitas Ignasian, kita diajak untuk tidak hanya menjalani hidup tetapi juga menemukan momen cinta Allah dalam setiap detiknya. Melalui refleksi ini, aku juga ingin mengundang teman-teman untuk mempersembahkan hidup kita—baik yang sederhana maupun yang besar—sebagai pujian bagi Allah yang selalu hadir.

Luangkan waktu hari ini untuk melakukan examen harian dan temukan satu momen kecil dimana kamu merasakan kasih Allah. Biarkan kesederhanaan itu membimbing kamu lebih dekat kepada-Nya.

Ad Maiorem Dei Gloriam


Stefanus Wahyu

Formandi MAGIS Jakarta tahun 2017.                                                      Saat ini sedang menjalani perutusan sebagai pengurus MAGIS Jakarta 2024.

 

Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *