Menjadi Rumah Bagiku dan Bagimu

Perasaan saat memulai circle sejak awal masa perkenalan MAGIS menjadi momen canggung bagi  diri saya. Sejujurnya, saya tidak terbiasa bercerita tentang diri sendiri kepada orang-orang yang saya temui, namun proses circle di MAGIS ini membawa saya ke dalam pengalaman yang sangat berbeda. Sejak awal memulai circle, dan melihat satu per satu teman circle bisa menceritakan tentang dirinya, memberikan opini tentang apa yang dibahas, membuat saya mengerti kenapa perlu circle seperti ini. Circle ini membuat saya untuk tidak terus menerus menjadi rumah untuk diri sendiri namun juga menjadi rumah untuk orang lain.

Mengapa saya memilih analogi rumah dalam proses circle ini adalah karena rumah menjadi simbol nyaman untuk saya. Rumah menjadi tempat untuk pulang dan saat dimana kamu bisa kembali menjadi diri sendiri setelah lelah menggunakan topeng di luar rumah. Circle ini menjadi seperti rumah untuk saya. Saya mengalami ini ketika moment circle kami di luar perbul membahas persiapan menuju Perbul ke-2 tentang sejarah hidup. Awalnya saya tidak pernah merasa bahwa saya bisa menceritakan peristiwa-peristiwa luka dalam hidup saya kepada orang-orang yang baru saya kenal. Namun saat circle itu dimulai, semuanya berubah.

Circle itu terasa seperti rumah. Saat kamu pulang dari semua pelarian, lalu kamu menemukan tempat dimana kamu bisa berkeluh kesah tanpa merasa dihakimi. Tanpa takut orang-orang akan mengubah persepsi dan cara pandang tentang diri kamu karena ternyata semua orang punya hitam dan putihnya kehidupan. Tidak ada sharing yang dibagikan yang membuat kamu menjadi orang yang paling bahagia dan tidak ada sharing yang menjadikan kamu sebagai orang yang paling menyakitkan. Di saat itulah saya merasa tidak takut untuk membuka diri kepada orang lain.

Menjadi rumah untuk orang lain juga berarti bagaimana kita bisa memberikan ruang yang nyaman untuk orang lain untuk bisa mengungkapkan apa yang dia rasakan. Perlu rasa percaya satu sama lain untuk bisa saling terbuka dan menjadi rumah untuk satu sama lain. Selain itu perlu keberanian untuk bisa membuka diri kita dan menceritakan apa yang kita rasakan kepada orang lain. Dalam berbagai sharing itu terkadang ada tawa, ada canda, ada juga air mata yang mengalir. Namun, di situlah proses yang kami jalani. Di dalam sebuah rumah yang kita tinggali bersama orang lain, tentu akan ada berbagai momen yang akan kita lewati, entah itu momen bahagia atau momen menyakitkan. Namun, semua akan menjadi proses yang membentuk pribadi kita.

Semoga circle ini pun akan membuat masing-masing pribadi kita berproses, tumbuh dan berkembang bersama, menemukan tujuan hidup yang Tuhan rencanakan untuk kita masing-masing. Di awal combul, kalimat yang sering digaungkan adalah “selamat berproses bersama”. Semoga setiap pribadi formasi MAGIS 2023 dapat mampu berproses dalam perjalanan formasi ini. Semoga dengan circle ini bisa menjadi rumah bagiku dan bagimu untuk bisa menemukan keluarga baru. Menemukan orang-orang yang menjadi support system dalam hidupku dan hidupmu, berproses bersama untuk menjadi pribadi yang lebih baik ke depannya.

 


Maxima Antonia Bokilia

Biasa dipanggil Irma. Anak perantau dari timur Indonesia yang lagi mencoba menjalani pilihan karier baru di Tangerang. Karena katanya hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan.

Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *