Teman Bercerita Melalui Volunteer Mengajar di Marunda

Tahun 2022, merupakan tahun saat aku menyibukkan diri mengikuti beberapa komunitas. Saat itu aku merasa bersalah jika saat akhir pekan tidak ada aktivitas untukku keluar rumah–yang membuatku hanya berada di rumah saja. Oleh karena itu, semua kegiatan kuikuti mulai dari freelance event, volunteer di beberapa komunitas, dan sebagainya.  Hari libur pun juga aku sibukkan dengan dua kegiatan di atas. Bahkan, aku mencatat beberapa agenda di kalender smarphone sampai sebulan ke depan, dan jadwalku terpantau padat dari hari Senin sampai Minggu. Kalau tidak ada kegiatan, aku memilih pergi meet up bersama teman-teman.  Kegiatan tersebut kulakukan setiap bulan dengan statusku sebagai karyawan swasta yang bekerja dari Senin sampai Jumat. Sibuknya pekerjaan juga membuatku hampir tidak mempunyai waktu istirahat di rumah. Hingga pada akhirnya, keberadaanku pada titik terlelah membuatku merenung “Sebenarnya apa sih yang aku cari?” Aku mencoba menjalaninya beberapa kali, tetapi tetap saja aku pulang dengan membawa keluhan yang kuceritakan ke orang tua. 

Saat itu aku memang sedang mencari minat di bidang lain selain pekerjaan utama–yang membuatku bisa rehat sejenak dari pekerjaan kantor. Namun, setelah dijalani beberapa bulan kok rasanya bukan di sini ya tempat yang kucari. Bahkan, ada momen ketika aku sedang mengikuti event dan acara masih berlangsung, aku rasanya ingin pulang! Sampai aku menelepon ibuku menceritakan perasaanku saat itu, tapi kok ya sudah teken kontrak jadi tetap bertanggung jawab secara profesional menyelesaikannya. Aku mulai merefleksikan beberapa kejadian tersebut, mulai berhenti sejenak dari kesibukan lalu mencoba melihat kembali apa yang aku cari sebagai sarana tujuan hidupku.

Setelah aku menelusuri batin dan perasaan, juga mencoba mengambil suasana hening, ternyata aku menemukan bahwa itu bukan komunitas yang kucari. Aku mencoba kembali mencari informasi, googling volunteering di bidang lain. Hingga akhirnya aku merasa tertarik untuk ikut bergabung dalam komunitas yang berhubungan dengan sosial, anak-anak.  Namun, saat itu relasi yang kumiliki belum banyak yang bisa memberikan arahan ke mana aku bisa bergabung dalam komunitas yang sesuai. Hingga suatu hari aku membaca pesan di grup WhatsApp Magis Forever, ada informasi pembukaan Volunteer Komunitasahabat mengajar adik-adik di Marunda. Seperti gayung bersambut, aku berkata dalam hati “Nah, ini yang aku cari!” kemudian aku langsung menghubungi PIC-nya untuk bergabung. Dan saat bergabung di grup besar ternyata ada beberapa volunteer angkatan Magis yang sudah bergabung. Aku merasa ada teman walaupun bukan seangkatan. Awalnya, aku merasa takut karena ini pengalaman pertamaku mengajar anak-anak. Overthinking seperti “Bagaimana ya nanti aku di sana? Apakah aku bisa diterima adik-adik sebagai kakak pengajar baru? Gimana volunteer yang lain? Bisa menerima aku sebagai anggota baru enggak ya?“ pertanyaan-pertanyaan itu sempat terlintas beberapa kali di pikiranku sebelum waktu pelaksanaan tiba.

Aku sempat tidak percaya diri. Padahal apa yang ada di pikiran belum tentu terjadi.  Beberapa hari sebelum tanggal pelaksanaan, kami mengadakan pembekalan volunteer melalui briefing online. Aku disambut hangat oleh volunteer lain. Satu hal terlewati sudah, ternyata orangnya asik-asik. Aku merasa diterima dan hal lain yang membuatku nyaman adalah bisa satu komunitas dengan beberapa volunteer yang juga merupakan angkatan Magis. Kami saling bertegur sapa hingga hari pelaksanaan tiba. Saat itu hanya aku kakak pengajar baru sehingga diminta memperkenalkan diri di depan kelas ke semua adik-adik sebelum belajar dimulai. Mereka menyambutku dengan hangat, menghargai dengan menyapaku balik dan bersikap tertib. Sebuah permulaan yang baik dalam hatiku.  Pembagian kelompok belajar pun dimulai dan aku mendampingi 4 adik kelas 6 SD. Dengan metode pembelajaran Charlotte Mason, aku membacakan satu cerita dan meminta adik-adik mendengarkan serta menceritakan ulang apa yang mereka dengar sesuai yang mereka pahami, tetapi tidak memaksakan juga apabila mereka belum mau bercerita. Selain itu ada beberapa pertanyaan tentang makna kehidupan dari cerita tersebut. Walaupun terkadang jawaban adik-adik tidak sesuai, tetapi mau berpendapat dan mendengarkan saja sudah suatu hal yang membuatku merasa mereka hadir dalam pengajaranku. 

Hal menarik ketika aku membawakan cerita tentang tikus desa yang bermain ke rumah tikus kota, dengan segala kemewahan yang tikus kota miliki seperti makanan enak, rumah yang megah tikus desa merasa tidak nyaman karena ada ancaman kucing di mana-di mana, berbeda dengan kehidupan asal tikus desa yang damai dan tentram serta tidak ada kucing yang mengancamnya. Ketika aku meminta salah satu adik bercerita membagikan pengalamannya tentang perasaan mengingini milik orang lain salah satu adik berkata kepadaku “Enggak ada kak, saya enggak iri sama temen”. Lalu saya mencoba meyakinkan dan bertanya “apa yang membuat kamu memiliki perasaan seperti itu?” dia pun menjawab “Saya udah cukup dengan apa yang saya punya.” Aku terdiam sejenak. Tuhan seperti menyapaku melalui jawabannya. Pengalaman lainnya yang didapat setelah selesai belajar, yaitu ketika aku mengarahkan tugas kepada adik-adik untuk menuliskan perasaan mereka setelah mengikuti kelas. Aku membaca semua perasaan yang mereka tuliskan hingga aku menemukan salah satu namaku ditulis di buku itu “Hari ini senang bisa mengenal Kak Prita, terima kasih sudah mengajar kami,” hatiku tersentuh membacanya karena saat itu adalah hari pertamaku mengajar. Berawal dari pengalamanku di atas aku mulai memantapkan diri “apakah benar ini yang aku cari?” Aku mencoba hadir kembali pada jadwal kelas lainnya dan aku merasa nyaman di tengah-tengah mereka. Ada keinginan untuk kembali. Kelas diadakan setiap Minggu ketiga dan tidak ada rasa berat ketika aku harus bangun pagi atau keluar melangkah dari rumah mengajar di Marunda, bahkan hujan pun tidak menghalangiku pergi. Hal lain yang kusyukuri adalah aku bisa menjadi perantara bagi teman-temanku lainnya yang memiliki tujuan yang sama pada bidang pendidikan anak dan tertarik bergabung di komunitas ini. 

Setelah bergumul dengan perasaanku, ternyata merekalah tempat yang selama ini aku cari. Melalui kehadiranku aku ingin adik-adik Komunitasahabat bisa memaknai hidup melalui bacaan cerita yang aku bacakan, meningkatkan kemampuan membaca dan menulis mereka, berani aktif di dalam kelompok, serta tidak takut menyampaikan pendapat. Semoga melalui pengalamanku di atas teman-teman MAGIS bisa lebih memprioritaskan kegiatan yang memuliakan nama Tuhan ketika dihadapkan pada beberapa pilihan. AMDG!


 

Magdalena Prita

Teman-teman biasa memanggilku Prita. Mulai bergabung dengan MAGIS Jakarta tahun 2019. Masih sibuk sebagai karyawan swasta yang suka dengan pemandangan alam dan foto-foto portrait. Kalau ngumpul lebih senang mendengarkan daripada bercerita. Hal yang sedang aku pelajari saat ini adalah meditasi minimal seminggu sekali.

 

Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *