Setiap Jumat Podcast Season 2 Itu… Proyek Bahagia!

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Halo, 2023! Tanpa begitu terasa, sampailah juga kita di tahun baru dalam era normal yang baru. Tanpa terlalu terasa pula, dua tahun masa pandemi telah berlalu. Saat pertama kali aku diajak untuk terlibat dalam sebuah “Proyek Bahagia” – ya, begitulah aku menyebutnya! Sejak menerima tawaran pelayanan ini, dimulailah masa-masa penuh risiko bertambahnya rabun pada mata serta encok badan kebanyakan duduk depan laptop akibat banyak berkutat dengan pertemuan-pertemuan online untuk penggarapan Setiap Jumat Podcast (SJP) Season 2 di masa pandemi. Namun bersamaan dengan segala tantangan itu, hatiku sungguh penuh.

SJP mulanya merupakan sebuah pilot project dari beberapa frater Jesuit yang tinggal di Kolese Hermanum bersama beberapa Alumni MAGIS yang diinisiasi pada tahun 2019 dan merampungkan season pertamanya setelah menyiarkan 10 episode, ditambah 2 episode spesial pada Juli 2020.

Saya turut mendengarkan podcast yang di setiap obrolannya mengenai pengalaman hidup pribadi yang dilihat kembali dalam kacamata Spiritualitas Ignasian ini, tentu sambil membunuh waktu ketika harus menunggu sesuatu (bukan abang-abang paket juga lho ya…canda paket…) atau saat perjalanan kerja. Ya, dalam masa pandemi COVID-19 yang masih gress, saya tetap bekerja keluar rumah, menyetir sendiri di jalanan Ibukota yang sepinya sungguh anomali, daripada terus-terusan terbentuk imajinasi: tiba-tiba zombie muncul menyeruak, sungguh lebih baik sambil menyetel SJP, sebab teman-teman yang #ngobrolbersama sungguh menemani. Tentu, Tuhan yang menjadi pusat pembicaraan semakin terasa hadir.

Menjelang akhir 2020, dalam sambungan telepon, Frater Cavin, SJ memberikan tawaran kepada saya untuk melanjutkan SJP. Disusul pada awal tahun 2021, dalam suatu perjumpaan online melalui zoom dengan beberapa alumni MAGIS, ketika Romo Koko, SJ juga mengusulkan agar SJP dapat dilanjutkan sebagai satu bentuk ongoing formation, supaya Spiritualitas Ignasian yang telah dipelajari dan dialami selalu menyala dan tidak memuai, bahkan dapat terus dikenalkan kepada siapa saja. Maka, tidak butuh waktu lama bagi saya dengan mantap memutuskan untuk terlibat dalam SJP. Saya juga bersyukur atas kehadiran Frater Septian Marhenanto, SJ yang memberikan info dan menyuruh saya ikut kursus podcast gratis yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia (Kominfo) untuk modal skill bagi pekerja kreatif di masa pandemi.

Singkat cerita, dalam season kedua ini, SJP upsized menjadi proyek kolaborasi tiga elemen yaitu Jesuit Indonesia, MAGIS Indonesia, dan perwakilan OMK paroki di Jakarta dan Yogyakarta. Selain itu, terdapat perkembangan konten, di mana pada Season 2 ini, tim produksi melihat, mendengar, dan merasakan dahulu fenomena-fenomena yang sedang heboh terjadi, barulah kemudian diolah dan ditanggapi dalam kacamata Spiritualitas Ignasian. Seluruh prosesnya dikerjakan tanpa tatap muka sama sekali, hanya melalui pertemuan online baik untuk brainstorming hingga rekaman. Diskusi kapan saja dapat dilakukan melalui grup chat, termasuk yang paling awal dan penting perannya: per-zoom-aan untuk berkenalan antar anggota tim demi membangun keyakinan bekerjasama selama kurang lebih 12 bulan ke depan (ketika itu targetnya April 2021 sampai April 2022).

Jumlah personel tidak begitu banyak, namun efektif. Sebagai penganut kepercayaan “hanya dengan rahmat dan cinta Allah, niat baik akan berbuah baik” garis keras, hal yang paling saya syukuri dan masih membuat saya terkagum-kagum adalah betapa teman-teman alumni MAGIS yang terlibat memulai sepak terjangnya dalam SJP Season 2 ini. Pendekatan kepada OMK diawali oleh para frater. Jujur saja, menyatukan elemen OMK yang tersebar dari paroki yang berbeda-beda bukan perkara mudah, apalagi tanpa adanya perjumpaan secara langsung. Berbeda dengan alumni MAGIS, meski tidak semuanya pernah saling bertemu langsung (contoh: dengan teman-teman Alumni MAGIS Yogyakarta, saya belum pernah bertatap muka dan berjabat tangan – atau tos siku!). Kami semua tidak ada yang ahli dalam produksi podcast, kebanyakan dari kami adalah newbie di dunia ini. Puji Tuhan, dari mau akhirnya mampu.

Tantangan berikutnya adalah interaksi dengan narasumber, yang meskipun terdapat naskah obrolan, sejatinya tim produksi tidak bisa menyetir jawaban yang nantinya akan muncul. Dalam situasi harap-harap cemas yang demikian, hanya berdoa yang bisa saya lakukan. Rupanya, mengerjakan produksi SJP membuat saya sungguh lebih rajin berdoa, ya? Sinyal internet pun didoakan, lho! Entah disadari atau tidak, publikasi episodenya lumayan tidak konsisten dari segi waktu, kadang siang hari, kadang sore menuju malam. Jika itu terjadi, biasanya memang tim produksi khususnya editor memang dilanda kesulitan. Selain memperbaiki keseharian doa, proses dalam menggarap SJP ini turut mengubah cara pandang dan mencetak mental baru dalam diriku.

Saya belajar untuk bilang “enggak apa-apa” yang sungguh tulus untuk diriku. Tidak apa-apa dalam arti berusaha menerima dan memaklumi situasi dengan tetap mengevaluasi, agar di kesempatan berikutnya menjadi lebih baik dan lebih disiplin, sert meminta Rahmat Tuhan untuk dapat melihat semua proses dengan menyeluruh dan merefleksikan secara terus menerus tujuan SJP ini digarap, yang bagi saya pribadi selalu dan selalu bukan untuk ketenaran podcast ini, bukan untuk menunjukkan kehebatan siapapun, melainkan menjadi sarana untuk mengajak pendengarnya agar dapat senantiasa melibatkan Allah dalam kehidupan yang sering dijumpai di masyarakat.

Saya melihat semua orang yang terlibat dalam SJP 2 ini  begitu mencurahkan pikiran, tenaga, dan waktu masing-masing dengan penuh rasa cinta sampai-sampai semua kesulitan sedikit demi sedikit sungguh menjadi samar dan membuat seluruh pekerjaan produksi terasa lebih mudah. Adanya sikap solidaritas, saling dukung, kerelaan, serta kerendah-hatian yang dimiliki para anggota tim akhirnya membuat proses produksi hampir tanpa baper. Hal ini bagi saya sungguh mendatangkan kedamaian. Hampir selalu ada rasa haru dan bangga pada seluruh anggota tim produksi setiap ada episode yang tersiar, tentu rasa lega karena mumet bersama-sama untuk mengolah ide-ide yang muncul perlahan-lahan usai. Rasa cinta dan syukur masing-masing anggota selama melayani di dapur SJP Season 2 terpupuk, bertumbuh, dan dapat dirasakan oleh satu sama lain dalam rupa semangat yang begitu luar biasa.

Buah-buah kebaikan Allah yang dirasakan oleh para anggota tim produksi dalam pengalaman hidup masing-masing rupanya yang akhirnya selalu menjadi bensin pembakar semangat untuk berkontribusi dalam tim. Misalnya, beberapa Alumni MAGIS yang sungguh merasa begitu digubah hidupnya setelah berkenalan dan mempelajari Spiritualitas Ignasian, akhirnya memiliki desakkan untuk memperkenalkannya ke lebih banyak orang. Begitupun dari teman-teman OMK dengan segala warna-warni dinamikanya kemudian terpanggil untuk berkontribusi lebih untuk menggelorakan kembali kedalaman iman di kalangan kaum muda. Dalam kesetiaan menjalani seluruh proses produksi SJP yang dilandasi dengan memikir-mikirkan Allah dan kebaikan-kebaikan-Nya itulah, akhirnya Setiap Jumat Podcast Season 2 sukses menjadi sebuah “Proyek Bahagia”.

Semoga Season 3 bisa muncul kembali, ada amin?

Ayo, siapa, nih, yang mau melanjutkan??? Cusssss gasss !!!


Maria Stefania Kusumastuti

Masih bekerja sebagai fisioterapis. Mulai bergabung dengan MAGIS Jakarta pada tahun formasi 2016. Sebetulnya masih memiliki banyak hobi dan minat yang dipelajari secara otodidak, namun belakangan sering merasa kehabisan waktu untuk menekuninya. Masih seorang penikmat pelbagai macam seni dan kini paling suka tidur siang sebetulnya.

Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *