Semalam Masa Silam Mengunjungiku : Refleksi Pertunjukkan Teater


 

Aku melihat diriku di sini

Waktu demi waktu

Terusmenerus

Menjadi tiada.

Semalam masa silam mengunjungiku,

Ia merindukan tempat di hatimu.

Minggu itu, tepatnya , 11 Desember 2022, suasana Teater Salihara penuh dengan wajah para seniman. Beberapa aktor layar kaca seperti Reza Rahadian, Angga Yunanda, dan Ine Febriyanti juga turut mengisi kursi penonton. Antusias para penonton begitu terasa hendak menyaksikan pertunjukkan teater “Semalam Masa Silam Mengunjungiku” yang dibawakan oleh Teater Satu, Lampung.

Pertunjukkan teater berlangsung selama 90 menit ini bersifat surealis dengan mengangkat situasi masa lalu. Setiap kalimat yang diutarakan para aktor sangat puitis dan penuh dengan renungan. Penulis dan sutradara pertunjukkan ini adalah Iswadi Pratama, pendiri Teater Satu yang juga seorang penyair. Para aktor begitu piawai memainkan kata demi kata dengan bahasa tubuh yang mudah dicerna para penonton. Lewat pertunjukkan ini, para penonton diajak untuk bertemu kembali ingatan-ingatan masa lalu dari yang menyenangkan hingga traumatis.

Dalam pertunjukkan tersebut, pengalaman masa lalu diwakilkan dengan kenangan akan jendela rumah tempat bersenda gurau bersama kawan kecil, dongeng yang dibacakan ibu sebelum tidur, pohon tempat berteduh saat hujan, harum setangkai mawar, bau keringat orang terkasih, atau suara kelam dari banyak kekerasan yang hendak dilupakan. Kendati diwakilkan dalam sebuah pertunjukkan, pengalaman tersebut terasa nyata dan tetap membekas sebab kita pernah mengalaminya dan panca-indera kita menangkap kuat sensori tersebut.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Selama menyaksikan pertunjukkan teater “Semalam Masa Silam Mengunjungiku”, saya teringat kembali pada dua pekan sebelumnya di pertemuan bulanan kedua Magis. Tema bulan ini adalah “Sejarah Hidup”. Para formasi 2022 diajak untuk menghadirkan kembali setiap ingatan dan pengalaman sedari kecil hingga dewasa dan orang-orang yang hadir dalam pengalaman tersebut. Tidak semua pengalaman bersifat menyenangkan dan mudah diterima. Ada kalanya pengalaman tersebut adalah luka yang butuh diolah terus-menerus. Namun, pengalaman inilah yang sejatinya membentuk diri kita saat ini.

Menariknya, melalui pertunjukkan teater ini bukan kita yang sekadar mengunjungi masa silam, melainkan masa silam yang mau mengunjungi kita. Tentunya akan muncul beragam reaksi menanggapi pengalaman tersebut. Pada pengalaman menyenangkan, bisa jadi kita larut dalam perasaan bahagia mengenang kenangan tersebut. Pada pengalaman yang mengecewakan, kita dapat tenggelam dalam kesedihan dan ketakutan. Namun melalui pertunjukkan ini, kita diajak untuk melihat setiap pengalaman tersebut dengan perspektif dan makna yang berbeda. Kita, masa kini, adalah buah dari kita di masa lalu dan bekal bagi kita di masa depan.

Terdapat dialog yang diutarakan oleh kedua aktor yang cukup menggelitik saya. “Kenapa tidak kau letakkan saja bebanmu?”, “Tidak, kalau aku letakkan bebanku, aku kehilangan peran.” Masih berkaitan dengan sejarah hidup, saya jadi merenung. Mengapa dulu saya begitu takut dan mudah ter-trigger akan kejadian masa lalu? Mengapa saya tidak berani untuk mencoba hal baru? Lantas saya juga menemukan jawaban dari dialog tersebut. “Ah, mungkin saja saya yang tidak mau meletakkan pengalaman tersebut pada batasan ingatan dan terus mengenakannya karena seolah tidak mau kehilangan ingatan tersebut.”

Seperti halnya sang sutradara pertunjukkan ini yang piawai memainkan kehadiran masa ke masa di atas panggung, saya melihat Tuhan sebagai sutradara kehidupan saya. Saya, di masa kini, merupakan hasil bentukan saya di masa silam. Melalui proses yang menyenangkan juga mengecewakan, saya kini sudah dapat bersyukur dan berterima kasih dengan pengalaman tersebut. Proses tersebut sudah dapat dilewati dan menjadi pedoman saya di masa kini. Saya juga sudah berani untuk mengunjungi dan dikunjungi oleh masa silam dengan mengenakan pemaknaan dan cara pandang yang baru. Sama seperti yang ditunjukkan dalam pertunjukkan teater yang saya simak ini.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Memori masa lalu adalah bagian dari sejarah hidup yang menyembuhkan. Kita dapat mengizinkan ia hadir untuk sebatas diingat dan direnungkan. Memori masa lalu membantu diri kita di saat tengah mengalami situasi sulit atau menakutkan saat ini. Kita dapat mengenang beragam peristiwa menyenangkan yang membantu kita untuk kembali bersemangat. Saat diri kita tengah senang atas keberhasilan, kita dapat mengenang pengalaman yang menyusahkan untuk membuat kita tidak congkak saat berhasil. Singkatnya, memori masa lalu adalah katalisator untuk masa kini pun masa depan.

Selamat memaknai sejarah hidup dan masa silam sebagai pertunjukkan yang menyenangkan, untuk kami, para formasi 2022.


Gysella Catherine

Bisa dipanggil dua-duanya, tapi akrab disapa Gysel. Senang bermain dan belajar. Aktif bekerja sebagai guru dan di kegiatan teater musikal dan dance. Gemar menulis, berpuisi, mendengarkan musik, dan nonton Netflix. Bucin sama J-Hope BTS. Sedang mendalami ilmu FGIAT –Finding God in All Things-. #BeMoreBeMagis.

Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *