Di Missiong hari pertama, kami semua diminta menggambarkan simbol dari perjalanan mengikuti formasi Magis 2021 dan sebelumnya tentu saja diawali dengan doa dan kontemplasi. Saat berdoa dan berkontemplasi, aku coba mencari dan membayangkan apa sih simbol perjalananku di Magis. Ada beberapa yang muncul seperti salib yang terasa ringan dan langit cerah setelah badai. Aku sudah menggambar dua simbol tadi di buku missiong tapi… gambar lain muncul yaitu gambar jantung/hati yang di dalamnya ada tiga paku, tapi hati itu dikelilingi bunga mawar yang bermekaran.
Aku pilih gambar ketiga karena memang ada pengalaman tersendiri mengenai hati dan paku. Tapi aku maknai simbol ini dengan pandangan yang berbeda terkait dinamika yang aku alami sebelum dan sesudah mengikuti MaGis. Kalau ditelisik ke belakang, di tahun 2021 aku sedang dalam posisi yang terpuruk secara mental. Sebenarnya sudah dari 2019 tapi parahnya di tahun 2020-2021, aku mengalami depresi.
Aku sudah mengusahakan banyak hal seperti berdoa dan meminta tolong Tuhan mengenai situasiku, olahraga atau ikut komunitas rohani. namun semuanya malah terasa sia-sia. Imanku malah makin tumpul, tapi keinginanku untuk hidup harus tetap ada. Insecure dan anxiety menjadi teman setiaku. Aku merasa sendirian, ditinggalkan dan kesepian. Kayak raganya tuh ada, tapi jiwanya engga ada, hilang entah kemana.
Puji Tuhan, aku ikut MaGis dan mulai merasakan perubahan yang pelan tapi pasti dan hasilnya luar biasa. Aku ikut perbul dan belajar mengenai spiritual Ignasian yang menurut aku keren banget. Lalu saat circle-an, aku bertemu dengan saudara-saudara dari berbagai latar belakang dan cerita masa lalu yang berbeda yang membuat aku sadar bahwa ‘bukan gue doang yang menderita’ dan apa yang mereka ceritakan atau bagikan menjadi sesuatu yang coba aku refleksikan dari sisiku. Saat jurnaling, aku yang dulunya engga terlalu suka nulis diari, malah jadi suka banget nulis di jurnalku yang aku panggil ‘sahabat’ wkwkwkwk. Menuangkan apa yang ada di pikiran dan hatiku yang lumayan riweh dan mengerikan, tapi setelahnya enteng. Saat examen dan kontemplasi, aku bukan saja bertemu Yesus tapi aku bertemu dengan diriku.
Tapi tentu saja, naik turunnya kehidupan masih kualami, tapi kali ini ada yang berbeda karena aku berusaha mengolah diriku sendiri. Melihat dari perspektif yang lain dan menemukan hal positif yang kudapatkan dari keseharianku. Tidak mudah tapi bukan berarti tidak bisa dilakukan. Dalam proses pengolahan peristiwa harianku, aku bisa menemukan kedamaian di tengah kebisingan dunia yang kutinggali dan rasa khawatir yang ada di hati.
Aku maknai akhir dari formasiku sebagai hati terluka yang bermekaran. Aneh memang ya, tapi memang itulah simbol dari diriku. Saat ini keadaanku belum benar-benar baik saja, tapi aku optimis dengan masa depan dan apa yang akan terjadi nanti. Karena aku tahu bahwa hatiku sekalipun terluka akan mekar indah.
Hal lainnya, aku yakin dan percaya Yesus yang kucari selama masa depresiku, hadir dalam MaGis, circleku dan pemahaman baru yang kudapatkan selama berproses di sana. Waktu-NYA adalah yang terbaik!
Vinsensa Maria
Nama ku Vinsensa Maria lahir di Jakarta, 4 Juni 1997. Kegiatan saat ini hanya bekerja bagaikan kuda dan berusaha menyelesaikan anime ‘hunterxhunter’. Pengen banget kalau ulang tahun dikasih hadiah buku hehehe. Magis 2021