Rahmat Tiga Pilar

pribadi

Alasan klasik para perantau di kota yang dinamis seperti Jakarta: aku gamau kesepian. Berada jauh dari rumah dan belum bisa dipastikan sampai kapan, inilah yang menjadi salah satu hal yang menggerakanku untuk berada di tengah komunitas ini.

Ternyata sudah tiga tahun berkenalan, berjalan, dan menjadi bagian dari Magis Jakarta. Motivasi awal jelas mencari companion. Apa itu spiritualitas Ignasian tidak pernah terlintas di pikiranku. Aku datang tanpa pergumulan yang perlu diolah. Setidaknya itu disposisiku tiga tahun yang lalu.

Ekspektasi awal aku berada di sini adalah untuk memberi diri ke orang lain. Yah, melakukan pelayanan sosial misalnya, yang malah sebenarnya itu hanyalah cara agar aku menyamarkan kerapuhanku.

Cukup unik Tuhan menyambutku di komunitas ini. Perbul pertama di tahun 2019 tepat di hari ulang tahunku. Semua yang tersaji kala itu seperti sebuah hadiah khusus. Perbul pertama adalah tentang biografi Santo Ignatius. Sejarah hidup Ignatius tidak hanya sekedar biografi seorang Santo. Cerita beliau adalah tentang perjalanan kita juga, perjalanan manusia.

Kita dan Ignatius adalah manusia yg punya karakter dan keinginan kuat. Manusia yang hidupnya duniawi. Manusia yang keras kepala. Yang di kemudian hari tidak mendapatkan apa yang diinginkan. Yang di kemudian hari harus menyerahkan diri ke Tuhan dan belajar mendengar Dia.

Melalui kisah St. Ignatius, aku diajak untuk flashback ke masa-masa yang membentuk aku yang sekarang. Melihat lagi pengalaman-pengalaman di beberapa tahun terakhir. Our history is His Story. Again! Kalimat sederhana yang sangat mencerahkan.

Aku disadarkan bahwa hari-hari yang ku lalui selalu ada campur tangan dan rencana Tuhan.

Aku yang sombong ini, yang sangat percaya diri tidak punya masalah atau pergumulan, nyatanya malah diajak untuk melihat pengalaman luka. Tidak bisa disangkal, ternyata masih ada goresan di hatiku yang belum sembuh. Di sini aku diajak untuk melihat ke dalam diri. Tools yang diberikan Magis membantu aku untuk menerima dan memaafkan ketidaksempurnaan masa laluku.

Pengolahan dengan diri sendiri memang belum selesai. Tapi setidaknya, aku menjadi lebih kenal dan paham siapa Hara. Ini cukup penting karena pada akhirnya aku akan ada di lingkungan sosial yang kemudian membuat aku lebih siap untuk bersahabat dengan siapapun, khususnya teman circle dan pengurus lainnya. Mendengar sharing dari mereka memberi aku banyak insight baru. Kesadaran bahwa aku dan mereka punya latar belakang yang membentuk kami hari ini membantuku untuk bersedia mendengar tanpa menghakimi secara langsung maupun tidak langsung.

Di tahun ketiga, aku dan beberapa teman dipercaya untuk berada di kepengurusan khususnya di Pilar Service. Seperti judulnya, service yang artinya pelayanan. Pandemi mungkin bisa kami pakai sebagai alibi jika kontribusi kami melalui Pilar ini tidak memuaskan orang-orang. Namun, aku bersyukur karena lewat kekurangan, aku belajar untuk tidak khawatir atau mengandalkan kekuatan sendiri. Banyaknya program kerja yang seolah menuntut untuk dieksekusi secara sempurna toh hanya membuat lelah jika tidak ada kerendahan hati untuk mengerjakannya. Di sinilah aku percaya bahwa Tuhan membersamai kami melalui rekan-rekan sekerja. Intinya, pelayanan kalau bukan karena dasar untuk mencintai Allah pada akhirnya hanya akan menjadi “kerja bakti” yang melelahkan.

Pada akhirnya, tiga Pilar utama magis, yaitu spiritualitas, companionship dan service, menjadi rahmat yang aku syukuri sampai saat ini.

 


Hara Regina Oktavia Simamora

Sering disapa Hara. Boru Panggoaran dari Lampung. Akhir-akhir ini sedang rutin lari pagi di akhir pekan. Penyuka makanan manis dan air putih. Magis 2019

 

 

Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *