Metamorfosa

Sudah empat setengah tahun aku merantau ke Jakarta. Yang awalnya aku merasa Jakarta menjadi sebuah karma bagiku sebab dulu aku selalu bilang “TIDAK” untuk Jakarta. Kemudian aku merasa Jakarta menjadi tempat teraman untuk “kabur” sampai akhirnya kini aku mensyukuri pilihan merantaku. Sebuah paradoks, ternyata di Jakarta, di tempat segala rutinitas hidup berjalan dengan lebih cepat tanpa makna dan distorsi sosial terasa lebih keras, aku malah berhenti dari lariku, tinggal, membuka luka, dan bertumbuh secara iman lewat pengenalan dan pendalaman Latihan Rohani bersama komunitas Magis Jakarta tiga tahun ini. Perjalananku ini rasanya seperti merasakan bagaimana proses metamorfosa si ulat menjadi kupu.

Fase Pertama, Ulat

Pribadi

Si Ulat, si paling doyan makan. Hidupnya dihabiskan untuk mengunyah. Walaupun analogi ini kurang pas jika dibandingkan denganku yang bobot badannya gitu-gitu aja dan kalau lihat nasi banyak suka stres sendiri, tetapi si Aryo Ulat selama di Magis, mencoba untuk terus menyerap semua hal yang dia dapatkan. Perkenalannya dengan sejarah hidup Ignatius Loyola dan segala yang ia tuliskan dalam Latihan Rohani terus Aryo “kunyah”. Perjumpaan dengan banyak pribadi di komunitas Magis (Circle SekaliLagi, Ayyalah, dan Rosela), mendengarkan setiap kisah dan menyaksikan sendiri bagaimana banyak pribadi berproses dan bertumbuh menjadi sebuah kebahagian tersendiri dan mulai memahami tentang arti sebuah komunitas yang hidup.

Tak hanyak sekali si ulat itu mengunyah. Banyak dan selalu diulang. Repetisi bukanlah hal yang membosankan di Magis karena selalu ada hal yang baru dan memancing untuk direfleksikan lebih mendalam di setiap repetisinya. Ketika tahun pertama selesai, Aryo ingin “remedial” dan menjadi seorang Animator di tahun kedua. Bahkan ketika tahun kedua selesai, Aryo ingin melakukan “pengayaan” dan menjadi seorang Pendamping di tahun ketiga.

Fase Kedua, Kepompong

Pribadi

Setelah masa makan dan tumbuh, si ulat akan mencari tempat yang teduh untuk berubah menjadi kepompong. Kepompong terbentuk dari air liur yang mengeras membentuk semacam benang sutera yang menutupi seluruh tubuh ulat. Pada tahap ini, seluruh jaringan dalam tubuh ulat beristirahat dan mengalami pengaturan ulang. Itu proses fase kepompong menurut Wikipedia.

Beristirahat?  Eits… Tak semudah itu bestie…

Di Magis, fase kepompong mulasi saat formasi (pribadi yang mengikuti program pendampingan maGis) mulai berani untuk kembali melihat dirinya sendiri lebih dalam. Dan itu bukan perkara yang mudah. Proses pengolahan sejarah hidup lewat penulisan narasi sejarah hidup, bimbingan rohani dan proses refleksi diri lewat membangun kebiasaan diri untuk examen dan journaling merupakan tantangan tersendiri.

Tak sedikit kepompong yang gagal di fase ini. Banyak lava yang mati. Kepompong yang kosong dan gagal menjadi kupu. Begitu juga dengan diriku. Tak semudah itu melakukan proses “melihat diri”. Banyak hal yang berkecamuk dalam diri khususnya segala luka dalam batin yang seakan terlupakan harus dibuka kembali. Tak sebentar juga momen denial, rasionalisasi, rasa ingin lari, dan kabur lagi ketika proses pengolahan sejarah hidup. Tak sedikit pula rasa malas untuk journaling. Yang di bulan-bulan awal masih rajin menulis journal sampai menjadi tim rapel journal. Hanya sebuah pengharapan dan iman bahwa sebegitu besar cinta-Nya padaku lah yang membuatku terus bertahan dan tekun untuk mengolah semuanya itu.

Di fase kepompong ini jugalah sayap kecil nan halus mulai tumbuh.  Begitu juga dengan diriku. Banyak hal yang mulai bertumbuh dalam diriku. Salahnya adalah kesadaran diri. Menjadi penting bagiku untuk mampu menyadari perasaan yang muncul, bahkan perasaan yang hanya muncul sekilas, ataupun perasaan dominan yang sedang terjadi. Kesadaran dirilah yang membuatku lebih mengenali kecenderungan diri dan akhirnya berani untuk memilih untuk tidak melanjutkan kecenderungan itu.

Fase Ketiga, Kupu

Magis 2021

Proses metamorfosa ini selesai ketika kupu-kupu mulai keluar dari kepompong, kedua sayap lunak mulai terbuka dan mereka bisa terbang. Metamorfosa ku selesai ketika aku mampu bisa membuka hatiku atas segala rencana-Nya yang telah terjadi dan yang akan terjadi, serta ada kesadaran diri bahwa aku pun adalah partner-Nya yang amat dicintai (Pendosa TERcinta) dalam proses penebusan dunia. Semuanya dalam diriku adalah mlik-Nya dan ada kerelaan untuk digunakan sesuai kehendak-Nya.

Ketika kupu-kupu itu sudah siap. Kupu-kupu pun akan terbang untuk memulai karya barunya sesuai apa yang dikehendaki si empunya kehidupan. Amin.

 


Kusworo Aria

Aryo, pemuda kelahiran Purworejo, Jawa Tengah ini selain gemar bekerja Senin-Jumat sebagai Accountant, sangat suka berendam di kolam renang dan diajak karaoke minimal 2 jam di akhir pekan sebelum pandemi menyerang. Walaupun jarang posting, jangan pernah ragu untuk follow IGnya @kusworo_aria karena pasti di follow back. Pecinta makanan berbumbu kacang ini sangat bersyukur bergabung dengan MAGIS Formasi 2019 karena dapat merasakan “pulang” di minggu kedua.

 

 

 

Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *