Luka hati yang tak kunjung mereda semenjak ditinggalkan ayah membuatku ingin terus bergerak untuk pulih. Dari mulai ke psikolog, pengakuan dosa di gereja, hingga mengadakan acara ulang tahun di panti asuhan juga tak membuatku benar-benar bahagia. Saat itu, aku berpikir bahwa aku hanyalah korban yang ditinggal ayah dan ibuku ke surga. Ingin berdoa pun rasanya tidak damai bahkan baru 5 detik saja aku memejamkan mata rasanya hatiku seperti tertusuk jarum yang sangat pedih dan berpikir bahwa Tuhan tidak benar-benar mengasihiku.
Sebulan setelahnya, beberapa teman dari komunitas yang berbeda memberitahuku perihal MAGIS sedang membuka pendaftaran untuk formasi baru. Aku pun mencoba mendaftarkan diri dengan membawa luka yang masih belum sembuh. Hingga akhirnya aku diterima dan saat perbul pertama aku agak kaget bahwa mereka merayakan ulang tahunku juga bersama teman-teman lain padahal mereka semua baru aku kenal. Di pertemuan itu pun, aku baru sadar bahwa doa Ignasian tidak hanya berfokus untuk mengenal Allah, akan tetapi sebelumnya dibutuhkan pengenalan akan diri. Terlebih melalui praktik narasi sejarah hidup sangat mengubahkan pandangan diriku tentang diriku sendiri.
Sejujurnya aku merasa kurang memiliki spiritual yang baik dan aku sukar bermeditasi karena aku tidak memiliki ketenangan diri. Tetapi lewat circle yang hangat dan sabar, merekalah yang membantuku sepanjang perjalanan Magis. Syukur kepada Allah, aku dipertemukan dengan circle Rosela! Selain aku bisa berbicara apa adanya tentang perasaanku, lewat hati mereka yang rapuh, aku malah dikuatkan. Dari mendengarkan, aku sadar bahwa aku tidak sendirian dan kami memliliki Tuhan yang Maha Kuat.
Bulan berganti dan tahun berganti, akhirnya tak terasa aku tinggal mengikuti 2 acara terakhir dari formasi. Magis Action Day, menjadi momen untuk aku semakin mengenal diriku dan lagi-lagi betapa selalu ada rahmat Allah dalam setiap perjalanan. Walaupun kali ini aku digabungkan dengam circle yang berbeda, tetapi mereka juga membuatku semakin terpesona oleh keagungan Tuhan karena walaupun lelah berjalan kaki dari JakPus ke Tangerang, mereka tetap peka untuk memperhatikan satu sama lain. Di perjalanan pun aku kembali mendapat suara dari Roh Kudus untuk lebih sederhana dan selalu rendah hati walaupun perjalanan ini bisa dibilang masih zona nyaman untukku yang dari kecil tinggal di Jakarta dan kaki yang sudah terbiasa mendaki gunung.
Missioning menjadi momen yang bisa dikatakan agak sedih karena aku masih ingin berproses di Magis. Tetapi sekaligus juga menjadi rasa syukur karena sangat banyak pelajaran yang aku dapatkan apalagi memperbaiki hubunganku dengan diriku sendiri dan juga Yesus Kristus sang juru slamat. Aku pun sadar bahwa sudah saatnya aku diutus untuk membagikan pelajaran ini di luar Magis.
Sebelum menutup sharing ini, aku ingin membagikan surat dari pembimbing rohani saya selama 8 bulan berformasi, “Dari prosesnya Veni menjadi lebih kenal siapa dirinya dan apa tujuan hidup berikutnya. Dari yang awalnya ambisius, sekarang dia jadi lebih berserah pada penyelenggaraan Tuhan. Don’t be too hard on yourself! Tidak semua harus berjalan baik-baik saja. Kalaupun capek, sakit dan pengalaman pahit lain harus kita alami yakinlah ada rahmat di sana. Terimalah dirimu secara utuh,” tulisnya dalam rekomendasi. Ah manis sekali, bukan?
Kata-kata “yakinlah ada rahmat disana. Terimalah dirimu secara utuh” sangat menyentuh hati aku terutama di keseharian sekarang ini.
Puji Tuhan hanya butuh waktu satu hari setelah missioning, aku bekerja di kantor baru, seminggu setelahnya aku orientasi menjadi pengurus baru dalam Pemuda Katolik Komda DKI dan dua minggu setelahnya aku dilantik menjadi dewan paroki gereja. Well, semoga perutusan ini dan pelajaran berharga dari MAGIS bisa saya wartakan kapanpun dan di mana pun saya diutus. Amin
Veni Veronica
Asli dari Medan yang saat ini menggembara di kota besar Jakarta. Aktif sebagai professional MC, Journalist, dan juga terlibat di berbagai komunitas dengan membawa keceriaannya serta menularkan semangat yang membara kepada anggota circle. Gemar berpetualang di alam sebagai wujud kecintaan & mensyukuri rahmat yang ia terima dari alam semesta. Magis 2021.