Mantra Kecilku

Bunda Maria Pelindung

Salam Maria, penuh rahmat, Tuhan serta-Mu, terpujilah Engkau di antara wanita, dan terpujilah buah tubuh-Mu, Yesus.

Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini, sekarang dan waktu kami mati. Amin.

 

Untaian doa ini sudah tidak asing bagi kita umat Katolik, ya doa Salam Maria. Doa ini juga sudah banyak memberi kekuatan dan keyakinan bagi mereka yang mengimaninya dalam kehidupan sehari-hari.

Sedikit aku mau bercerita tentang pengalamanku akan doa ini.

Dahulu aku pernah berfikir kalau aku ini anak yang kurang disayang oleh kedua orang tuaku. Jahat ya? hehe. Pemikiran jahat ini berawal ketika sebelumnya aku mempunyai seorang Abang, namun ia jatuh sakit dan proses penyembuhannya harus keluar kota dalam jangka waktu yang lama. 

Sementara itu, aku sering ditinggal oleh kedua orang tuaku dan harus dititipkan ke Nenek atau ke keluarga lain untuk menjagaku. 

Tapi Tuhan berencana lain. Dia memanggil Abangku di umur 5 tahun, ketika aku masih belum mengenalnya dengan baik secara personal, karena pada saat itu aku baru berumur 2 tahun.

Tiga tahun kemudian, aku memiliki adik laki-laki, senang sekali rasanya. Namun, Tuhan menguji kedua orang tuaku lagi, Adikku memiliki riwayat sakit dari bayi. Jadi dalam jangka waktu yang lama kedua orang tuaku harus meninggalkan dan menitipkanku lagi, demi proses penyembuhan adik ku. Sekalipun adikku sembuh, semua perhatian orang tuaku diambil alih olehnya.

Peristiwa sering ditinggalkan oleh kedua orang tua ini, membuatku menjadi anak yang takut kalau harus melakukan segala sesuatu sendiri. Keadaan mempunyai orang tua namun seakan tidak ada ini membuatku menjadi anak yang ingin selalu ditemani dan tidak mau ditinggal lagi. Pokoknya aku merasa butuh perhatian dengan keberadaan mereka secara fisik. 

Alhasil, ini membuatku menjadi anak yang penakut dan tidak bisa sendiri, baik ketika tidur, belajar, dan bermain sekalipun. Karena ini juga aku kerap mencoba menarik perhatian Ayah, agar dia tetap menemaniku.

Melihat anaknya menjadi seorang yang penakut, tidak mandiri dan harus ditemani secara berlebihan, Ibuku memberi tahu sebuah “Mantra Kecil” untuk ku, yaitu doa Salam Maria.

Teringat dahulu ketika aku takut untuk tidur sendiri, aku merasa takut kalau terbangun tengah malam dan tidak ada yang bisa menemani. Kemudian, Ibuku mengatakan “Kak (sebutan aku dirumah), kalau tidak bisa tidur dan merasa takut, cobalah berdoa Salam Maria secara berulang-ulang di dalam hati, pasti langsung ngantuk dan tertidur. Jangan takut, kalau sudah berdoa pasti ditemani Bunda Maria.”

Rasanya pesan ini terkesan sederhana dan aneh. Namun sungguh aku merasa memiliki kekuatan sendiri, khususnya dalam hal ditemani dengan tenang hingga tertidur lelap. Sampai sekarang pun hal ini masih sering aku lakukan, sehingga aku menyebutnya “Mantra Kecil Ku”, bukan dalam hal gaib tetapi sebagai spiritualitas rohani pribadi.

Semenjak aku beranjak dewasa, merantau sendiri tanpa kedua orang tua dan bergabung di Komunitas Magis Jakarta, aku semakin mengimani ini. Doa Salam Maria menjadi saranaku untuk menjadi anak yang berani, karena merasa ditemani oleh seorang Ibu. 

Melihat bagaimana St. Ignatius Loyola sangat menghormati Bunda Maria di Montserrat dengan menanggalkan jubah dan pedang Ksatrianya di altar Bunda Maria, secara perlahan aku meyakinkan diriku untuk turut juga menanggalkan semua rasa takutku. Aku belajar menerima diri atas semua masa laluku dan menyertakan Bunda Maria sebagai perantara kepada Tuhan Yesus.

Tidak berhenti disitu, aku didukung oleh Ibuku untuk lebih sering mendaraskan doa Salam Maria ini lebih dalam lagi, khususnya lewat doa Rosario. Namun, sebagai manusia yang masih suka mengeluh dan ‘sok sibuk’, tidak heran aku masih melewatkan Doa Rosario. Yah gimana tidak, doa ini terdiri dari 50 kali doa Salam Maria dan rasanya sangat panjang serta membosankan.

Saat mengetahui hal yang tidak baik untuk ditiru ini, Ibuku menyarankan kembali “Kalau hari ini merasa lelah sehingga tidak bisa 50 kali doa Salam Maria, coba 40 kali saja, kalau tidak bisa juga, coba 30 kali, begitu seterusnya. Bahkan kalau hanya bisa berulang doa Salam Maria 10 kali pun tidak masalah”. 

Terkesan aneh lagi pesan Ibuku ini. Tapi aku mengingat kembali “Mantra Kecilku” bukan hanya saat merasa takut, tetapi dalam lelah dan sukacita sekalipun, Ia harus turut merasakannya.

Semakin hari aku mencoba untuk tetap “Bucin” kepada Bunda Maria. Lewat Dia aku merasa ditemani, mampu menerima setiap peristiwa atas segala ketakutan yang pernah aku alami, sambil masih memohon rahmat-Nya untuk mengajarkan aku menjadi seorang Putri yang setia, rendah hati, berserah dan semakin mencecap cinta Tuhan!


Vania Christine Silalahi

Vania (25 tahun) lahir di Pematang Siantar, Sumatera Utara. Gadis berambut keriting ini merupakan seorang karyawan swasta yang menyukai jajan, jalan – jalan, berteman, bercerita dan mendengarkan cerita.

Mulai bergabung dengan Komunitas Magis Jakarta pada formasi tahun 2018 dan masih aktif berjalan bersama PPKM-J (Para Pengurus Kawan Magis Jakarta).

Be Magis!

Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *