Ruang virtual, 20 Juni 2021. Tibalah aku diakhir perjalanan Formasi Magis 2020/2021. Tak pernah terbayangkan sebelumnya, aku akan diberi kesempatan untuk menjadi Pendamping Awam Magis. Masih sangat jelas, saat itu pertanyaan yang mengisi pikiranku, apakah aku bisa menjadi Pendamping Magis? Aku tidak belajar filsafat seperti para frater atau aku tidak belajar psikologi seperti yang lainnya. Mengapa Engkau memilihku? Aku tidak mampu. Pikiran-pikiran itu selalu hadir. Tak aku pungkiri, keraguan itu menghampiriku.
Kembali ke beberapa tahun silam, saat aku bergabung dengan Magis tahun 2016, di sana aku menemukan begitu banyak rahmat dan cinta-Nya. Sejarah hidup mengantarkanku untuk menyadari bahwa sesungguhnya aku ini anak yang dikasihi-Nya. Rasa begitu amat dicintai dan dikasihi oleh Allah membuatku ingin membagikannya kepada orang-orang yang aku jumpai. Inilah alasan mengapa akhirnya aku kembali menjadi Pendamping Magis Formasi 2020/2021. Aku menyadari menjadi Pendamping Magis bukan hal yang mudah. Tanggung jawab pekerjaan yang meningkat serta situasi pandemi tidak jarang membuatku ingin berhenti dan menyerah. Kesulitan yang aku hadapi ketika aku harus mendampingi teman-teman formasi amat beragam karena pandemi membuat ruang gerak terbatas. Tidak jarang energi dan upaya harus dikeluarkan berlipat ganda. Namun Allah menepati janji-Nya kepadaku, “Aku tahu rasa sakit ketika jatuh, Aku tidak akan membiarkanmu jatuh. Aku akan memegang tanganmu, anakku”. Dia memampukan aku ketika aku tidak kuat berjalan. Dia memberikan semangat ketika aku ingin menyerah. Dia punya cara untuk menolongku. Dan akhirnya aku bertahan sampai akhir perjalanan itu.
Aku menjumpai banyak kisah dalam perjalananku. Canda, tawa, sedih, bahagia, haru, air mata, ragu-ragu juga mewarnai. Perlahan aku menyadari, perjalanan ini membuatku belajar menjadi seorang ibu. Aku belajar untuk merawat teman-teman formasi dan pengurus untuk tumbuh. Perjalanan ini memberikanku rahmat kebahagiaan menjadi seorang ibu. Ketika teman-teman formasi mulai menekuni Latihan Rohani, menuliskan refleksi, mulai terbuka dan jujur, aku merasakan rahmat kebahagiaan seperti seorang ibu merasa bahagia ketika melihat anak-anaknya mulai tumbuh, mulai berbicara, atau berjalan. Tak aku pungkiri, ketika teman-teman formasi mau berproses aku merasakan kebahagiaan.
Menjadi Pendamping Magis di masa pandemi ini tidak mudah. Format pertemuan bulanan (perbul) yang berubah menjadi online, circle-an online, rapat online, serta berbagai kegiatan juga kami lakukan dengan secara online amat menantang. Aku diajak untuk tetap merawat dan memberi cura personalis yang maksimal meskipun tidak menjumpai mereka secara langsung. Pergerakan dan ruang kami sangat terbatas. Energiku dan juga energi teman-teman lainnya amat terkuras.
Kendati situasi ini tidak ideal, aku merasa sangat bersyukur ketika melihat bagaimana teman-teman formasi dan pengurus berjuang dan memberikan kemampuan terbaik sehingga bisa maksimal dalam berproses bersama. Mereka selalu berusaha memberikan yang terbaik kendati segalanya sangat terbatas. Di titik ini aku sadar bahwa tidak ada yang mustahil bagi-Nya. Keterbatasan dibantu-Nya menjadi kemampuan untuk melangkah maju. Perjuangan teman-teman formasi dan pengurus ini membangkitkan energiku untuk melanjutkan perjalanan. Yaa, perjalanan yang tidak mudah, namun Dia sungguh-sungguh menyertaiku. Di saat aku merasa ingin menyerah ini, Dia selalu punya cara untuk membuatku bangkit. Aku sangat bersyukur, sebab aku masih bisa merasakan begitu banyak rahmat dan cinta-Nya padaku dalam perjalananku ini.
Pengalaman menjadi Pendamping Magis mengajari aku untuk menjadi seorang ibu. Belajar menjadi ibu berarti aku diajak-Nya belajar untuk berjuang dan menerima. Ibarat anak-anak yang adakalanya nakal, seorang ibu dengan kebesaran dan kesabaran hatinya tetap menerima anak-anaknya. Aku yang seringkali tidak sabar dengan diriku sendiri, merasa kalau menerima itu sama dengan kalah. Namun, lewat pengalaman ini Allah mendidiku untuk belajar bersabar, berjuang, dan menerima. Jika aku memutar kembali perjalananku yang lalu, sesungguhnya aku masih berjuang dari rasa kehilangan seorang ibu. Namun, Allah punya cara yang luar biasa untukku merasakan rahmat kebahagiaan seorang ibu ketika menjadi Pendamping Magis. Bagiku ini pengalaman yang tak akan aku lupakan.
Terima kasih untuk didikkan-Mu.
“Karena Tuhan menghajar orang yang dikasihi-Nya. Memang tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita tetapi dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang dilatih olehnya.” (Ibr 12:6,11)
Ribuan kisah mewarnai perjalananku di Magis. Rasanya terima kasih tidak cukup mewakili apa yang aku rasakan. Aku sangat bersyukur diberikan kesempatan untuk mengenal Magis di perjalanan 5 tahunku ke belakang. Sampai sekarang aku masih ingat hari dimana aku pertama kali mulai melangkahkan kakiku di Magis. 5 tahun yang sungguh berharga dalam hidupku. Allah, aku sangat bersyukur atas setiap pertemuan yang boleh aku jumpai dalam perjalananku. Aku juga berterima kasih Engkau menepati janji-Mu untuk selalu menyertaiku. Banyak hal aku dapatkan dan jumpai sampai rasanya aku tak mampu berkata-kata lagi akan begitu banyak cinta dan rahmat yang Engkau berikan untukku. Sungguh, perjalanan ini menakjubkan. Terima kasih, Magis ^o^