Tidak Perlu Sempurna untuk Bermakna

Cover Lagu Ran Feat Hindia (Dok. Wikipedia)

 

Hai, si lemah
Buatlah semesta menerima dirimu apa adanya…

 

Judul               : Si Lemah

Penyanyi         : RAN feat Hindia

Genre              : Pop

Rilis                : 21 April 2020

 

Sejak SMP sampai sekarang, aku punya grup musik favorit yakni RAN. Grup ini terbentuk tahun 2006 dan beranggotakan Rayi, Asta dan Nino. Enggak ada satupun lagu yang tidak aku suka. Mungkin beberapa aku putar berulang-ulang, sisanya hanya sekali dua kali.

Namun kali ini, ada satu lagu dari RAN yang bukan hanya aku suka, tetapi secara personal aku merasa disapa. Kerap kali, aku mendapat kesempatan untuk belajar dari buku atau lagu yang aku gemari. Salah satunya lagu yang dirilis oleh RAN pada April lalu ini.

Lagu ini seakan-akan memanggilku, dengan bait pertama yang berbunyi,

Hai, kau si lemah dalam cermin

Kata ‘lemah’ membuatku terusik. Aku merasa disinggung sekaligus disapa.

Kenapa aku merasa seperti itu? Karena aku sedang mengalami krisis kepercayaan diri. Eits, ralat, bukan sedang. Tetapi memang mengalaminya  semenjak aku dinilai berbeda oleh teman-temanku. Sedikit berkisah, aku pernah mengalami bullying ketika kelas 3 SD. Dulu, kata teman-temanku aku ini berbeda, karena kulitku yang berwarna coklat. Sehingga membuatku tidak punya teman selama kelas 3. Aku tidak punya teman karena aku berbeda.

Semenjak itu, aku benci diriku. Aku menyalahkan diriku sendiri karena aku berkulit coklat dan membuatku tidak punya teman. Menurutku, saat itu, aku tidak berarti. Aku coba bertanya kepada orangtuaku, “Kenapa aku dilahirkan dengan kulit berwaarna coklat ?” Tapi, jawabannya tidak memuaskan.

Seiring berjalan waktu aku bertumbuh, begitu pula dengan rasa tidak percaya pada diri sendiriku. Entah beberapa pengalaman menambahku ragu dengan diriku sendiri, apakah aku memang sungguh ada maknanya? Momen aku dijauhi ketika kelas 3 SD selalu menempel bak perangko dengan amplop. Aku berbeda, aku punya kelemahan pada fisikku maka aku tidak bermakna.

Mungkin, jika dilihat orang lain, aku termasuk seseorang yang terlihat baik-baik saja, sosok yang periang, tegar tapi ketika masuk ke dalam kamar dan menyindiri, aku bukan seorang yang baik-baik saja. Aku si lemah.

Ketika RAN di akun Instagramnya memberikan teaser lagu yang menggandeng Hindia ini, aku sungguh tertarik dan enggak sabar buat dengerin. Apalagi ketika aku melihat teaser video clipnya, mereka berempat terlihat bonyok seperti dipukuli. Muka mereka murung. Belakangan setelah aku putar terus video clipnya, aku mengerti, mereka murung karena mereka belum berdamai dengan diri mereka.

Ya, lagu ini layaknya mantra yang menghipnotisku. RAN dan Hindia sukses membuatku menangis ketika mereka merilis lagu ini pertama kali. Awalnya, aku tertegun mendengar liriknya. Seakan-akan mereka menyapaku dan mengingatku.

Hai kau si lemah dalam cermin
Mari beradu mata
Dan mulai bicara
Tentang pijar resah yang menyala
Benarkah ini yang kau ingin
Pura-pura sempurna
Kelabui cela
Demi aman, nyamanmu tersia

Pada bait pertama lagu ini, merupakan sebuah pengingat. Ada suatu pertanyaan besar  di situ, apakah kita sering kali pura-pura sempurna? Dan aku menjawab iya. Terkadang kita tidak ingin dilihat oleh orang berbeda atau tidak ingin orang lain tahu kelemahan kita. Aku menutupi segala keraguanku, contoh, aku pura-pura merasa tidak masalah saja jika diejek “eh item!” padahal aku merasa terluka. Perasaan tidak bermakna lagi muncul.

Hai si lemah
Buatlah semesta menerima
Dirimu apa adanya
Relakanlah
Masih banyak senyum di dunia
Yang bisa terima semua indah kurangmu
Bila engkau berbeda
Jangan kau benci dirimu

 

Bagian reff yang akhirnya menjadi sebuah turning poin. Sejak masuk ke dunia kerja, aku mulai mengolah diri, memperbaiki sesuatu yang tidak beres dari diriku, termasuk ketika dalam menjalani proses di Komunitas MAGIS. Ada satu hal yang aku selalu ingat selama formasi bahwa aku dicintai, khususnya oleh Tuhan. Lagu ini memberiku sebuah kepastian bahwa aku punya sahabat-sahabat yang menerima apa adanya. Mereka yang masih bertahan dan mau menemani dalam suka dan duka. Aku menemukan cinta Tuhan dengan kehadiran mereka.

Tarik nafas yang dalam dan dengarkan ini
Apapun yang kau idap atau menghantui
Bukan halanganmu untuk kalahkan hari
Kamu berarti

Kamu berarti

Kamu berarti

Lagu yang menjadi penutup dari rangkaian seri project RAN : Omme Trium Perfectum sejak pertengahan tahun 2019 ini, selalu menjadi  lagu wajib yang ada di playlistku. Tidak kuputar kalau aku lagi sedih atau down saja, tetapi bagiku ini mantra, layaknya seorang teman untuk menjalani hari-hari dan menjadi seorang pengingat yang sangat baik.

Jadi akan kuulang selalu mantra ini,

Kamu berarti

Kamu berarti

Kamu berarti

 

Mengutip dari akun Instagram Menjadimanusia. id, kita tidak perlu sempurna untuk menjadi bermakna, karena sejatinya manusia dilahirkan untuk menjadi bermakna. Untuk selalu berarti.

***

 


 Karina Chrisyantia 

Perempuan kelahiran Bojonegoro, Jawa Timur, ini kerap disapa Karina. Kegemarannya membaca novel dan mengkhayal. Penulis buku harian ini bergabung di Komunitas MAGIS pada tahun 2019

 

Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *