Menemukan Rahmat Bersama Sahabat

MAGIS Formasi 2019 Circle Manna (Dok. Pribadi)

Hai, aku Angel. Aku merasa sangat beruntung menemukan MAGIS sebelum tidak diperbolehkan bergabung karena batasan umur hehehe. Menurutku sepertinya siklus usia seperti itu, akan timbul sebuah pertanyaan apa yang ingin aku lakukan lagi ya, dan pertanyaan inilah yang membawaku mencari komunitas Katholik ini? Jawabannya adalah kerinduan aku untuk mencari dan menemukan DIA lagi di setiap hariku.  Jadi kalo dibilang telat yah telat tapi ternyata tidak juga, variasi umur membuat aku belajar, tidak menjadi yang lebih senior itu berpengalaman lebih, tapi berbagai cerita dari sahabat-sahabat baru ku ini membuat aku berpikir, setiap kita punya cerita dan masa lalu yang indah yang membentuk kita seperti sekarang ini.

 

Selama berproses di Magis, mendengarkan kisah para sahabat adalah hal yang biasa sekaligus luar biasa. Biasa karena sudah menjadi habitus dan luar biasa karena kisah-kisah yang dibagikan itu mendalam, bermakna, dan berdaya ubah. Aku baru tahu ternyata mendengarkan itu tidak mudah dan pastinya butuh skill loh; meresapi apa yang dikatakan tanpa  memberikan judgement. Mendengar dengan cara yang demikian itu menguatkan sekaligus membebaskan pembicara dari ketakutan akan pertanyaan sekaligus penghamikan a la netizen yang cenderung pedas dan menyakitkan. Pengalaman sharing ria dengan para sahabat ini, mengajarkanku bahwa mendengarkan itu bukan hanya dengan telinga tapi dengan hati juga. Mereka tidak perlu saran atau pendapat. Yang mereka perlukan adalah waktu yang kita berikan untuk mendengarkan dengan sepenuh hati.

 

Setelah belajar apa itu examen dan mempraktekkan setiap hari, membuat aku mempunyai sebuah rutinitas baru yang kusebut 1 jam bersama-Nya. Ya seperti merasa tidak indah saja, proses skin care sampai 1 jam-an setiap malam sebelum tidur, moso 1 jam bersama-Nya saja tidak bias, yang wanita coba acung jari, ada berapa langkah proses skin care nya? Hehehe.. Oh ya, aku juga punya kebiasaan yang mungkin tanpa aku sadari tapi selalu aku lakukan, yakni suka bicara dengan diri sendiri yang tentunya sangat bermanfaat karena menjadi me-timeku di pagi hari selama di angkutan umum dalam perjalanan ke kantor. Aktivitas itu biasanya dimulai dengan Salam Maria 10x dan dilanjutkan dengan percakapan: “Bapa, kalo aku begini boleh tidak? Bapa kalo aku begitu kira-kira bagaimana ya? Bapa, aku benci ini loh, terus aku harus bagaimana?” Pertanyaan-pertanyaan itu adalah curhatku pada-Nya setiap hari, sampai aku benar-benar memahami sedikit demi sedikit, apa yang Ia kehendaki aku lalukan. Di awal memang sulit, tidak seperti disuruh memilih hitam atau putih, tapi seringnya jatuh di pilihan abu-abu, tapi tetap di akhir cerita, untukku secara pribadi, DIA memberikan semua indah tepat pada waktu-Nya. Di setiap doa ku, ku selipkan doa, Bapa ajarkan aku untuk semakin pasrah pada-Mu ya, jangan buat aku merasa hebat dengan usahaku sendiri.

 

Jika kita melihat kembali pengalam berproses selama setahun yang lalu, ada banyak rahmat indah yang kuterima bersama para sahabat seperjalananku. Berjalan bersama dalam circle membuat aku merasa ada yang menggenggam tanganku dan akan selalu hadir ketika aku butuhkan. Bersama mereka imanku bertumbuh dan menjadi contoh untuk sekitar. Memang harus aku akui bahwa doaku sering bolong, examen suka ketiduran, journaling seingetnya saja, tapi dengan kehadiran para sahabat dan tentunya Tuhan sendiri, aku tetap tumbuh dalam proses. Hal ini menunjukkan bahwa tidak akan ada masalah yang tidak bisa aku selesaikan jika aku punya DIA dan mereka para sahabat seperjalananku.

 

Pertemuan dengan MANNA (nama circleku), sekali dalam sebulan ternyata menjadi doping yang tidak bisa diganti dengan apapun itu. Susah-susah gampang sih mencari waktu untuk bertemu lengkap dengan mereka, tapi perasaan kangen itu selalu membuatku kepikiran “duh, udah lama gak ketemu MANNA?”. Biasanya kalau kangen, langsung deh cerewet di WA group. Oh ya, Kami mempunyai kebiasaan, jika ada sesuatu yang ingin kami share, kami akan langsung menuliskan curhat kami di WA group, seperti ingin berbagi kebahagiaan, dsb. Hal ini juga menjadi penguatan dan pelecut semangat bagi satu dan lainnya, di saat kering, galau, dsb. Kebiasaan itu selalu menjadi sapaan “Jangan lelah sahabatku, DIA pasti akan selalu ada di setiap doa-doa kita, jangan lelah berharap pada-Nya. ”

 

Oh ya, pas circle-an pertama dulu, kami masih sangat jaim, ada perasaan tidak enak, dsb. Namun, pada pertemuan kedua, semuanya langsung bisa share sampai saling menyodorkan tissue. Pokoknya setelah circle-an biasanya setiap orang akan feel good dan bahagia. Bisa senyum-senyum sampai pulang kerumah. Namun, pandemic membuat kami harus istirahat sampai saat ini di rumah tanpa bisa bertemu secara fisik satu sama lain. Sedih sih, tapi harus mentaati peraturan. Pertemuan via online adalah solusinya di tengah situasi ini. Anehnya, meskipun berlangsung online, ngobrol sama mereka itu tidak pernah kehabisan bahan, dan bahkan bisa sampai 6 jam an. Gila memang! Kadang ada yang sudah habis baterainya, izin keluar sebentar karena harus meeting sama anak murid, kemudian balik lagi online lagi, dsb. Itulah kami dan cerita-cerita yang membuat ikatan di antara kami semakin kuat. PerBul virtual pun bisa belajan lancar dan tidak mengurangi esensi materi yang disampaikan, seperti  film KAPERNAUM yang berhasil membuat aku meneteskan air mata.

 

Sebelum lupa, sebagai penduduk Indonesia, selalu ada kata untung ya. Untungnya adalah, kami masih berhasil menjalankan satu aktifitas outdoor sebelum pandemic ini hadir, yaitu mengunjungi adik-adik di panti asuhan. Kegiatan ini merupakan kegiatan yang tidak pernah aku lakukan sebelumnya.  Adanya  kegiatan ini benar-benar membuatku merasa diberi pengalaman yang sangat-sangat berharga. Aku disadarkan akan apa yang namanya BERSYUKUR. Bagaimana tidak? Punya tubuh yang lengkap dan sempurna, masih diberikan pekerjaan yang baik, kesehatan yang baik, tapi masih merasa kurang saja setiap harinya adaah kurang bersyukur dan kurang bijak namanya. Ini menjadi sebuah tamparan hebat buatku. BENERAN! Ini sangat real aku rasakan dan aku disadarkan pentingnya bersyukur, dan belajar, bahwa jika tidak diberikan A sesuai pintaku dalam doa, coba deh bersabar dan menjalani seperti seharusnya, dan pasti akan diberikan A+. Tuhan selalu memberi lebih dan selalu memilihkan yang terbaik bagiku. Jadi mari kita berbuat baik saja yuk, nanti akan datang yang baik-baik kok.

 

Apakah aku merasa hebat? Tentu tidak. Aku masih jauh dari kata hebat. Berat? Iya. Kuat nggak ya  menghadapinya? Harus kuat dong! Kan sudah belajar selama satu ahun di MAGIS. Belajar setiap hari untuk mengimplementasikan semua kebaikan yang didapat ke dalam kehidupan sehari-hari

 

Yaps…kita telah sampai pada akhir cerita ini. Sampai ketemu di cerita-cerita berikutnya ya.

Terima kasih MAGIS, terima kasih untuk satu tahun perjalanannya.

BE MORE BE MAGIS!

 


Angelita

Lebih simple dipanggil Ngel atau Ngie, wanita yang berdedikasi penuh untuk dapur & makanan, punya resep andalan Babi Kecap. Seorang cancerian yang mempunyai hobby bertanya kepada Bapa : “apa yang Engkau mau aku lalukan? “

 

Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *