Pentingnya Eleksi dalam Hidup Rohani

 “Menyelaraskan diri dengan kehendak Tuhan membutuhkan sikap berani bertindak. Melalui sikap berani memutuskan dengan tegas, kita berani mempertimbangkan segalanya ‘di dalam Tuhan’, dalam terang dan kekuatan cinta-Nya. Walau kadang kita tak selalu melihat dengan jelas petunjuk yang Tuhan berikan.”  (Joseph Thomas, SJ.)

 

Hidup rohani tidak akan berbuah banyak bila tidak disertai dengan tindakan nyata dan perbuatan iman. Diskresi dan refleksi yang nampaknya mendalam, tidak ada artinya bila tidak sampai pada suatu keputusan dan aksi konkret untuk “membadankan” setiap proses rohani yang telah terjadi. Proses diskresi dan refleksi adalah proses “menyibak”. Sementara eleksi adalah proses “memutus” atau “menutup”.

Ketika kita sedang berefleksi dan berdiskresi, akan terbentang luas ragam pilihan, pertimbangan, bahan diskresi, tawaran-tawaran, dan kehendak. Saat berdiskresi dan berefleksi kita memang dituntut untuk menyibak seluas mungkin bahan yang kita refleksikan agar kita paham betul apa yang sedang kita diskresikan. Di sisi lain, eleksi adalah proses kebalikannya. Dalam eleksi kita diminta untuk tegas dan berani menjatuhkan pilihan kita. Proses eleksi akan terasa berat ketika dua pilihan di hadapan kita sama-sama nampak baik. Maka dalam eleksi, kita perlu bersandar pada semangat “magis” (pilihan mana yang lebih membawa kita pada tujuan kita diciptakan). Kalau kita tidak berani mengambil keputusan, proses rohani kita tidak akan berbuah pada aksi. Eleksi merupakan jembatan kunci yang membawa proses rohani pada ranah aksi.

Diskresi selalu membutuhkan momen eleksi dan aksi agar seluruh proses rohani dapat “terbadankan” dalam tindakan nyata sehari-hari. Spiritualitas Ignasian sangat memegang teguh semangat inkarnasi. Tanpa inkarnasi kita tidak mengenal Yesus sebagai pribadi Allah Putra. Dalam semangat inkarnasi ini pula kita melihat bagaimana mistik hidup Ignasius berpusat pada pribadi Yesus, wajah Allah yang menjadi manusia.

Ignasius merumuskan pedoman discernment dan eleksi bukan dalam proses sekali jadi. Dia sendiri telah mengalaminya sendiri jatuh-bangun memahami apa yang sejatinya dikehendaki Allah. Pertanyaan, “apa sejatinya kehendak Tuhan bagi hidupku?” bukanlah pertanyaan matematika yang dapat dengan pasti kita dapatkan jawabannya. Dalam proses rohani, diskresi, dan eleksi 2+2 tidak selalu 4.

Jawaban atas pertanyaan itu terus berkembang. Semakin kita menyadari betapa panjangnya perjalanan memahami kehendak Tuhan, kita semakin mengakui sisi manusiawi dan kehendak bebas kita yang terus dinamis dan Tuhan yang tidak berhenti berkarya secara kreatif bagi kita. Ignasius dalam autobiografinya mengalami sendiri jalan panjang mengikuti kehendak Tuhan. Sejak dari Loyola hingga berakhir di Roma, Ignasius melewati banyak momen yang tak mudah dalam memahami kehendak Tuhan. Mungkin di zaman sekarang Ignasius akan berkata, “Bagaimana sih Tuhan? Kehendak-Mu itu apa sih? Kok bikin bingung?”

Meniti jalan rohani bukanlah perkara mencari jawaban pasti, mutlak, sekali untuk seumur hidup. Dalam proses rohani pertanyaan-pertanyaan akan terus berkembang. Kedewasaan rohani juga terus berkembang. Gambaran Tuhan yang kita alami juga makin beragam. Oleh karena itu, kita harus terus terbuka pada cara Tuhan mendidik kita setiap hari. Kita juga terus didorong untuk terus menggali dan merefleksikan pengalaman-pengalaman iman di masa lalu.

Meskipun meniti jalan rohani bukanlah perkara sekali jadi, kita terus diajak untuk tidak lari dan jatuh pada tindakan fatalistik karena tak betah untuk terus menyelami kehendak Tuhan yang tak selalu mudah dipahami. Sebagai seorang Ignasian, hendaknya kita meneladan Ignasius yang terus setia dalam disiplin hidup rohani walaupun dikelilingi oleh rasa bingung yang tak kunjung usai. Ignasius tak hanya sekali-dua kali merasa bingung pada Tuhan. Ia berkali-kali mengalaminya sejak peristiwa Pamplona, momen sakit di Loyola, matiraga di Manresa, peziarahan Yerusalem, dipenjara di Alcala dan Salamanca, perginya sahabat-sahabat awalnya, kegagalan ziarah ke Yerusalem lagi, dan momen bimbang di Kapel La Storta.

Yang dapat kita teladani dari pribadi Ignasius adalah keteguhan hatinya untuk setia dalam hidup rohani dan mau terus berlatih berdiskresi dan membuat keputusan. Keputusan-keputusan yang dibuat Ignasius tak selalu sesuai dengan kehendak Tuhan. Walaupun demikian, ia tidak jatuh dalam rasa gagal berkepanjangan. Ignasius bangkit lagi, berdoa lagi, latihan berdiskresi lagi, dan membuat keputusan lagi. Rasanya karena proses rohani yang panjang itulah, maka Ignasius menamai warisan rohaninya sebagai “Latihan Rohani”. Serumit dan se-membingungkan apapun jalan rohani ini, tetap beranilah memasuki proses diskresi dan eleksi. Tanpa pernah mau memasukinya, kita ibarat orang yang keras berseru dalam ruangan gelap tanpa mau mencari sumber cahaya.

Laiknya sebuah latihan, hidup rohani ini merupakan jalan panjang dan kumpulan dari latihan-latihan yang kita tekuni setiap harinya. Maka tak perlu gelisah dan khawatir dalam berdiskresi dan eleksi. Pertanyaan “Apakah keputusanku ini sudah sesuai dengan kehendak Tuhan?” merupakan pertanyaan yang tiada habisnya selama kita menjadi manusia latihan rohani yang terus setia meniti jalan rohani ini.

 

Referensi:

Alphonso, Herbert SJ. Personal Vocation: Transformation in Depth through The Spiritual Exercises. Roma: CIS, 1990.  

Coleman, Gerald SJ. Walking with Inigo: A Commentary on the Autobiography of St. Ignatius. Gujarat: Gujarat Sahitya Prakash, 2001.

Goncalves da Camara, Luis SJ. Wasiat dan Petuah St. Ignatius. Yogyakarta: Kanisius. 1996.

Jacob, Pierre SJ. Ignatian Discernment: A Commentary of The Rules of Discernment and The Autobiography of Ignatius of Loyola. Gujarat: Gujarat Sahitya Prakash, 2001.

Link, Mark SJ. Decision: A Meditation Program Based on The Spiritual Exercises of St. Ignatius.  Tabor Publising, 1988.

 


Ishak Jacues Cavin, SJ

Ishak Jacues Cavin SJ (Cavin) adalah seorang frater skolastik Serikat Yesus. Berasal dari Muntilan, Paroki St. Maria Lourdes Sumber. Masuk Novisiat SJ tahun 2015. Mengucapkan kaul pertama dalam Serikat Yesus tahun 2017. Saat ini, ia sedang menempuh pendidikan di STF Driyarkara dan tinggal di Kolese Hermanum. “Look, I have engraved you on the palms of my hands, your ramparts are ever before me.” (Isaiah 49: 16)
Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *