Menyambut Yesus di Duniaku Kini

 

Kursi-kursi umat terisi penuh dan lampu-lampu mulai dimatikan. Lalu seketika atmosfer di dalam gereja berubah menjadi begitu tenang dan mendamaikan setelah lantunan The Majesty And Glory Of Your Name (Tom Fettke) mulai dinyanyikan kelompok paduan suara dengan begitu merdunya. Lagu yang berisikan Puji-pujian atas mahakarya semesta  ciptaanNya kemudian dilanjutkan dengan pembacaan monolog singkat dengan diiringi pemutaran video yang menampilkan keadaan bumi saat ini dengan berbagai macam kerusakan dan bencana alam yang disebabkan oleh manusia.

 

“Pantaskah kita menyambut Yesus di duniaku kini?” Sebuah pertanyaan yang menjadi menutup rangkaian Pra-liturgi ini terus terngiang di kepalaku selama misa berlangsung. Bumi macam inikah yang kita persiapkan untuk kedatangan Yesus? Bumi yang semakin rusak, Rumah kita Bersama yang mendekati kehancuran, Ibu Pertiwi yang semakin mengerang kesakitan. Pantaskah kita menyambut kedatangan Yesus di dunia kita kini?

Ekaristi Kaum Muda (EKM) yang berlangsung pada tanggal 30 November 2019 di Paroki Yohanes Penginjil Blok B yang lalu merupakan hasil kolaborasi antara OMK Paroki Yohanes Penginjil Blok B dengan komunitas Magis Jakarta. Dengan mengusung tema “Menyambut Yesus di Duniaku Kini”, EKM yang dilaksanakan bertepatan dengan Misa Adven pertama ini dibawakan oleh tiga orang romo sekaligus: Romo Okta, Romo Wahyu dan Romo Herry.

Salah satu yang membedakan misa kali ini ada pada bagian Homili. Homili yang biasanya secara keseluruhan diisi oleh khotbah dari Romo, pada misa ini diawali dengan pertunjukan drama singkat. Drama yang dimainkan oleh 3 orang pemain ini berkisah tentang dua orang super kaya yang sedang membagikan kisah kesuksesan mereka dengan kebrutalan mengeksploitasi kekayaan alam. Lalu drama diakhiri dengan sebuah monolog yang disampaikan oleh seorang tokoh yang berperan sebagai Ibu Bumi dengan keadaannya yang terlihat begitu lirih nyaris sekarat.

Ya, aku setuju. Kemajuan teknologi tak dapat dibendung. Kebutuhan manusia semakin tak terbatas. Tapi apa salahnya untuk kita terlibat dalam usaha pencegahan? Pun jika seandainya kerusakan dan kehancuran tidak lagi bisa diicegah, memperlambat prosesnya juga bukanlah suatu kesia-siaan, kan?

“Sampai kapan kah kau hanya mau terima tanpa mau memberi kembali?” tanya Ibu Bumi kepada umat. Aku yakin, jika seandainya bumi memiliki mulut yang bisa bicara dan kita dengar suaranya ia akan benar-benar melontarkan pertanyaan itu kepada seluruh manusia di bumi. Kita terlalu larut dalam budaya konsumtif yang secara langsung berdampak pada produksi massal yang besar kemungkinannya juga memiliki andil dalam eksploitasi alam secara ugal-ugalan.

Pada kesempatan yang sama setelah drama selesai, Romo Okta sedikit memberikan pandangannya terhadap kondisi dunia saat ini dan memberikan sebuah pertanyaan kepada umat, “ Apa aksi nyata yang telah kamu perbuat atau yang akan kamu perbuat setelah tersadarkan akan kondisi alam saat ini?”

Beberapa orang kemudian menjawab pertanyaan Romo Okta: membawa tumbler air minum alih-alih membeli air minum kemasan botol, selalu membuang sampah pada tempatnya, menggunakan kembali kertas bekas yang sisi lainnya masih kosong untuk diprint kembali untuk kebutuhan tertentu. Langkah-langkah sederhana yang tentunya tak boleh dianggap remeh. Lalu salah seorang umat juga menyampaikan cita-citanya untuk bisa mendaur ulang makanan-makanan kadaluarsa di toko retail tempatnya bekerja untuk dijadikan pupuk. Dan seketika pertanyaan tersebut juga menyerang rasa nyamanku saat sedang mendengarkan kesaksian-kesaksian mereka.

Jujur saja selama ini aku tidak begitu peduli dengan gerakan-gerakan peduli lingkungan semacam itu. Kemudian aku teringat akan pengalaman Immersion Experimen Maret 2019 lalu. Waktu itu aku berkesempatan untuk hidup bersama keluarga pemulung dan menemukan beberapa pengalaman yang menarik saat ikut bekerja bersama mereka.

Sampah kantong plastik selalu mendominasi setiap gundukan sampah yang kami korek. Padahal jika kita menarik sejarah, kantung plastik diciptakan untuk menyelamatkan bumi dari  penggunaan kantung kertas yang proses produksinya harus menebang pohon sebagai bahan dasarnya. Ironi memang, kantung plastik yang awalnya bertujuan untuk  menyelamatkan malah sekarang menjadi salah satu sumber bencana.

Dari pengalaman itu aku memutuskan untuk selalu menggunakan kembali kantung plastik yang kudapatkan saat berbelanja. Selalu membawa tumbler minum, tidak membuang sampah sembarangan, lebih sering menggunakan transportasi umum ketimbang kendaraan pribadi. Masih gerakan-gerakan sederhana memang, tapi setidaknya ini bisa menjadi awal untuk tindakan yang lebih besar di masa yang akan datang.

Memutuskan ingin berkontribusi apa terhadap upaya penyelamatan alam terkadang butuh diskresi yang cukup panjang. Misalnya, sedotan alumunium yang kukira ampuh mengurangi limbah kenyataannya tidak lebih baik daripada sedotan plastik. Mengetahui bahwa proses mencuci sedotan aluminium membutuhkan sabun dan air yang cukup banyak jika dibandingkan denga ukuran sedotan yang relatif kecil aku bepikir bahwa sedotan aluminium malah menimbulkan masalah baru, dan jika ditelusuri lebih jauh juga kita akan menemukan fakta-fakta bahwa produksi sedotan aluminium juga memilik dampaki merusak alam yang tak kalah besar dengan sedotan plastik. Dari pertimbangan ini aku memutuskan untuk mengurangi penggunaan limbah plastik dengan sedikit demi sedikit mengurangi kebiasaanku yang terlalu konsumtif.

Aku yakin, sebuah gerakan, sekecil apapun itu akan berdampak besar suatu saat nanti. Tidak perlu merasa lebih baik dari yang orang lain putuskan untuk dilakukan. Mari kita memilih tindakan kita masing-masing untuk melayakkan Bumi sebagai tempat akan kelahiran Yesus. AMDG.

 

 


Richard Atmoharjono Simamora Debataraja

Richard Atmoharjono Simamora Debataraja lebih akrab dengan sapaan Rcd (dibaca ercede). Pria yang suka makan permen Yupi ini sehari-harinya bekerja sebagai karyawan di sebuah perusahaan supplier baja di Jakarta. Sangat senang traveling ke luar negeri meskipun belum pernah. Mimpinya sederhana, malam tak kesulitan untuk tidur dan pagi tak kesulitan untuk bangun.
Bookmark the permalink.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

* Copy This Password *

* Type Or Paste Password Here *