Ulang Tahun CAN ke-7
Setahun sudah aku join di Komunitas Cinta Anak Negeri (CAN). Bukan waktu yang sebentar bagiku, walaupun mungkin bukan waktu yang lama untuk sebagian orang. Berawal saat berformasi di 2018, salah satu teman circle ku – Catur – sudah terlebih dahulu mengikuti CAN, aku yang di kala itu sedang sibuk mengajar di berbagai tempat, selalu berkeinginan namun tidak pernah terlaksana ke sana.
Pertama kali aku ke sana, adik-adik sedang belajar Kesenian, membuat berbagai bentuk hewan dan bunga dari kertas origami. Aku kelabakan, hahaha. Aku yang benar-benar “buta” tentang kertas origami, terpaksa hanya bisa melihat kakak-kakak yang lain mengajar dengan rasa kagum “Kok bisa sih sebagus itu?”.
Kali kedua ku datang, adik-adik belajar Matematika. Oh…aku baru tahu ternyata setiap minggu pelajaran yang diberikan pun berbeda. Aku semangat sekali saat mengetahui hal itu. Aku pun mengajukan diri untuk mengajar adik-adik kelas VI dan SMP. Tapi sayangnya, soal-soal yang kuberikan terlalu sulit untuk dipahami adik-adik di sana. Pada akhirnya aku bisa memahami bagaimana perkembangan materi pelajaran di sekolah mereka, bagaimana perkembangan pemahaman mereka akan suatu hal dan juga bagaimana kehidupan ekonomi keluarga adik-adik CAN.
Aku bukanlah orang yang rajin mengikuti suatu komunitas sosial, juga bukan orang yang mudah mendedikasikan diriku untuk terus mengikuti komunitas/kegiatan sosial tertentu. Aku hanya tertarik di animal lovers terkhusus anjing dan kucing. Sepengalamanku mengajar Ekstrakurikuler di beberapa sekolah dan mengajar private anak-anak SD-SMP yang bersekolah di sekolah swasta, aku hanyalah seorang guru yang giat mengejar prestasi.
Di CAN, sangatlah berbeda. Aku tidak bisa hanya fokus pada salah satu anak, tapi aku harus bisa memperhatikan semua anak di sana, tak terkecuali. Aku yang terbiasa mengajar murid-murid persiapan Olimpiade Matematika dan Sains SD, harus belajar untuk sabar sekali menghadapi anak-anak CAN yang materinya masih banyak tertinggal.
Selain itu, aku juga harus bisa memperhatikan adik-adik CAN secara “lebih”, dalam arti harus bisa memaklumi keadaan ekonomi mereka. Adik-adik di sana sangat berkekurangan. Ada yang hanya memiliki 1 pensil, ada yang berebutan pinjam rautan, ada yang hanya memiliki 1 buku dan ditulis dengan huruf kecil – kecil agar hemat. Padahal aku pribadi sangat suka membeli peralatan tulis, hanya karena menurutku lucu, bagus, unik…sedangkan adik-adik di sana sampai berebutan 🙁 huhuhu…
Sering aku merasa malas untuk bangun pagi di Hari Sabtu. Kadang merasa bosan juga, dan pernah terbesit hitung-hitungan berapa biaya transportasi yang dikeluarkan untuk ke sana – yang memang tidak sedikit. Namun seiring berjalannya waktu, aku belajar untuk memahami pertanyaan-pertanyaan yang sering muncul di hatiku “Para pendiri CAN adalah orang-orang yang seumuran denganku, mengapa mereka bisa membangun komunitas ini?” “Mengapa aku hanya memperhatikan hewan kaki empat, sedangkan manusia yang ada di depan mataku tidak kuperhatikan?” “Mengapa aku hidup boros sekali sedangkan ada adik-adik yang berebutan rautan?” “Mengapa melalui MAGIS, ku dipertemukan dengan adik-adik CAN?”. Hatiku selalu gundah memikirkan hal ini.
Aku bercerita tentang perasaan ini kepada sesama volunteer di CAN dan jawaban dari mereka kurang lebih sama “Dian, karena kamu dibutuhkan oleh adik-adik”. Di saat yang hampir bersamaan, aku sungguh baru mengetahui bahwa snack atau bingkisan yang biasa diberikan untuk adik-adik di sana sebagian adalah hasil urungan atau patungan dari sesama volunteer. “Untuk apa aku mengeluh dan hitung-hitungan?”. Aduh, Dian! Serasa ditampar.
“Berikanlah hatimu untuk mereka, dan belajarlah untuk setia” adalah kalimat yang selalu diucapkan oleh Sr.Egi di Susteran Hati Kudus kepada setiap volunteer yang baru pertama kali datang ke CAN. Tidaklah mudah, teman-temanku. Adik-adik di sana jumlahnya sekitar 80 anak, PAUD-TKK-SD dan SMP dari sekolah yang berbeda-beda, berkebutuhan yang berbeda-beda, sedangkan kakak pengajarnya sangat sedikit, dana yang kurang dari cukup dan fasilitas yang kurang memadai. Segalanya berserah dan berharap dari kemurahan hati Tuhan.
12 Desember 2019 adalah hari ulang tahun CAN ke-7, yang dirayakan pada hari Sabtu tanggal 14 Desember 2019 di RPTRA Dupa Wangi. Aku yang ditunjuk sebagai ketua acara, awalnya uring-uringan karena dana yang minim dan volunteer yang datang pergi setiap minggunya. Rasanya ingin menangis memikirkan bingkisan apa yang bisa diberikan untuk adik-adik, dimana mereka sangat antusias menantikan ulang tahun CAN dan berharap akan membawa pulang bingkisan. Kemurahan Tuhan tidak pernah berhenti. Saat hari H, volunteer yang datang mencapai 25 orang dimana sebagian besar adalah teman-teman MAGIS, dan hebatnya adalah bingkisan dan untuk adik-adik sangat cukup, padahal yang datang mencapai 112 anak! Mereka pulang membawa banyak bingkisan dan aku, aku tidak akan pernah melupakan setiap wajah-wajah gembira itu! Terima kasih, Tuhan! RencanaMu memang selalu indah dan tepat pada waktunya.
Foto bersama teman-teman MAGIS Jakarta
Aku bersyukur karena CAN menjadi komunitas sosial pertama yang aku ikuti secara rutin, dengan penuh kemauan dan niat yang besar untuk memajukan pendidikan serta membahagiakan mereka dengan apa yang sudah Tuhan berikan kepadaku. Aku bersyukur karena aku tau dengan pasti, Tuhan menyayangiku melalui kehadiran mereka, tidak hanya melalui adik-adik dan para orang tua tetapi juga para volunteer yang sudah menjadi bagian perjalanan hidupku sepanjang tahun 2019 ini.
“Tiada berkesudahan kasih setia-Mu, Tuhan. Selalu baru rahmat-Mu bagiku setiap hari.”
Anak-Anak di CAN