“Siapa ya wanita idaman Inigo waktu muda? Kenapa waktu muda Inigo senang main perempuan? Bagaimana Inigo bisa berubah?”
Si Bungsu Loyola
Inigo Lopez de Loyola yang lahir tahun 1491, adalah putra dari Beltran Ibanez de Onaz dan Marina Sanches de Licona. Kemungkinan besar Inigo adalah putra bungsu dari 13 anak. Semua kakak laki-lakinya berlatih senjata dan bekerja mengabdi raja-raja Kastilia. Sebagai anak bungsu, Inigo tumbuh dalam suasana maskulinitas yang cukup kuat dengan keteladanan kakak dan ayahnya yang mengabdikan diri sebagai ksatria.
Kisah tentang peran Ibu bagi Inigo tidak lebih banyak dari narasi ksatria keluarga Loyola. Marina Sanches digambarkan sebagai wanita dan ibu yang teguh imannya dan taat kepada Gereja Kudus. Sayangnya Inigo tidak lama mengalami kasih sayang Ibu, karena Marina meninggal kemungkinan saat Inigo masih berusia 5-6 tahun. Selanjutnya Inigo diasuh oleh Maria de Garin istri seorang pandai besi dan Magdalena de Araoz, kakak iparnya.
Mencari “Ibu”
Kita bisa membayangkan bagaimana perasaan si bungsu Inigo yang sejak kecil sudah mengalami pengalaman duka. Ketidakhadiran ibu kandung tentu meninggalkan ruang kosong bagi Inigo. Kematian ibu memberi dampak besar bagi hidupnya. Dari relasinya dengan para wanita, terlihat bahwa Inigo masih mencari kehangatan dan kedekatan dengan wanita yang tidak ia dapat dari ibunya. Belum lagi ayahnya juga meninggal tahun 1507, di masa pertumbuhannya.
Pencarian kehangatan Inigo berpuncak saat ia mengabdi ke Arevalo, rumah Juan Velazquez de Cuellar, bendahara kerajaan Kastilia. Sekalipun di rumah Juan ia mendapatkan pendidikan bangsawan, namun di saat itu juga ia jatuh ke cacat cela akhlak. Ia tidak hidup sesuai imannya dan jatuh ke dalam dosa-dosa. Hidupnya sembrono, main judi, main perempuan, tawuran, dan main senjata.
Ketika ia terkena peluru di Pamplona ia bersikeras untuk operasi kaki lagi karena dorongan untuk tampil baik di depan wanita. Konon wanita impian Inigo itu adalah Catalina, putri kepala bendahara dan adik Karel V. Hingga usia 26 tahun ia hidup mengejar kesia-siaan duniawi, nama besar, dan meraih ketenaran.
Kehilangan ibu menjadi salah satu faktor psikologis pencarian kehangatan Inigo. Ketidakhadiran ibu kandung di masa kecilnya menimbulkan kurangnya kasih sayang dari sosok wanita. Di awal masa mudanya, pola relasinya dengan wanita kebanyakan dipengaruhi oleh cara hidupnya sebagai ksatria dan kurangnya kasih sayang dari ibu. Sekalipun pernah hidup dalam lingkungan yang serba duniawi, relasi Inigo dengan wanita terus tumbuh sehingga mampu berelasi dengan wanita secara bijak dan dewasa. Inigo banyak belajar dari para wanita mengenai cara berelasi dan memperhatikan orang lain.
Mensyukuri “Ibu”
Awalnya Inigo kurang merasa bersyukur bahwa Maria de Garin dan Magdalena de Araoz telah menjadi figur pengganti ibu Inigo. Bersama Maria, Inigo mengenal iman Katolik, keutamaan, devosi Bunda Maria, dan doa-doa. Bersama Magdalena, Inigo melewati masa sulit ketika jatuh sakit terkena peluru meriam. Magdalena berperan besar di balik awal pertobatan radikal Inigo karena buku-buku yang ia pinjamkan kepada Inigo. Di saat sakit inilah ia bertobat dan cara berelasinya mengalami titik balik.
Inigo tidak lagi sibuk mencari kehangatan wanita yang tidak ia dapatkan dari ibu. Sejak itu Inigo mulai menyadari kehadiran sosok ibu lewat pribadi lain. Hal ini tergambar saat banyak wanita yang memberi makan dan perhatian saat Inigo di Manresa. Ketika ia sakit keras di Manresa, hadirlah Inez Pascual dan wanita-wanita bangsawan menjaga dan merawatnya. Bahkan Inez Pascual juga memberi akomodasi dan segala kebutuhan Inigo saat ia di Barcelona.
Hadir pula Isabella Roser yang membantu dan merencanakan studinya di Barcelona dan di Paris. Saat Inigo dipenjara karena dituduh bidaah, ia juga dikunjungi dua sahabat wanita. Begitu banyak wanita yang membantu Inigo di masa-masa krisisnya. Kini ia tak lagi mencari kehormatan di depan para wanita, ia justru menaruh hormat kepada mereka dan bersyukur atas perhatian mereka. Perjumpaan penuh rahmat dengan para wanita yang penuh perhatian semakin mengubah pola relasi Inigo. Ia semakin mudah mensyukuri rahmat perjumpaan dengan para wanita, tanpa perlu mencari-cari afeksi seperti yang ia lakukan dahulu. Oleh karena inspirasi rohani dari buku bacaan dan perjumpaan dengan wanita di sekitarnya, Inigo mampu berdamai dengan pengalaman duka dan mampu melampauhi dorongan mencari perhatian dari wanita.
Needs and Values
Pengalaman relasi itu menggerakkan Inigo untuk mengubah kebutuhan akan kehangatan (needs) menjadi keutamaan (values). Saat berziarah ke Yerusalem, Inigo melindungi dua wanita yang hampir diperkosa oleh tentara. Ia juga banyak memberi latihan rohani kepada para wanita. Bahkan saat dipenjara, ia masih memberi bimbingan pada para wanita yang datang. Dorongan untuk mengubah needs menjadi value terus ia hidupi sampai ia menjadi Jenderal Serikat Yesus. Di Roma ia mendirikan Yayasan Santa Martha untuk para wanita miskin dan tuna susila (PSK). Dalam 6 tahun pertama, sudah ada 300 wanita yang ditolong di Santa Martha.
Kematian ibu menjadi luka yang menjadi salah satu penyebab Inigo mencari kepenuhan needs akan kehangatan wanita. Luka yang tidak dipeluk dengan damai membuat awal kehidupan Inigo sulit bersyukur. Hal ini membuatnya sibuk mencari kehangatan yang sia-sia. Inigo sadar bahwa needs-nya tak akan pernah terpenuhi selama ia tak mampu berdamai dengan pengalaman luka masa kecil. Pola relasinya dengan wanita berubah secara perlahan dan berpuncak pada pengalaman sakit dan dirawat oleh kakaknya. Inigo pun semakin mudah untuk mensyukuri kehidupannya.
Inigo sadar bahwa yang ia cari selama ini sudah ada dalam hidupnya. Kesadaran akan rahmat perhatian ibu (sebelum meninggal), kakaknya, dan para wanita di sepanjang hidupnya mengubahnya dari pencari kehangatan menjadi penolong jiwa-jiwa. Inigo melampauhi needs-nya akan kehangatan dan mengubahnya menjadi values untuk membimbing banyak orang lewat latihan rohani. Sebelumnya ia ingin diperhatikan oleh para wanita, setelah itu sebagai Jenderal Serikat Yesus ia memiliki keterampilan untuk memperhatikan setiap anggotanya secara personal. Ia semakin terampil memperhatikan orang-orang yang ia bimbing.
Tak mudah untuk mengubah needs menjadi values. Butuh kebesaran hati untuk berdamai dengan pengalaman luka dan perjalanan panjang untuk memahami rahmat di balik pengalaman luka. Setelah mengalami peziarahan rohani yang panjang, Inigo bertransformasi menjadi Ignatius yang berkobar-kobar untuk menolong jiwa-jiwa.
Pertanyaan Reflektif:
- Bercermin dari Inigo, Pengalaman luka seperti apa yang belum terselesaikan dalam hidupku?
- Sejauh mana luka itu mengendalikan pilihan-pilihan hidupku?
- Apakah aku berkehendak untuk berdamai dengan luka dan mengubah needs menjadi values?
Referensi:
W. W. Meissner, Psychology of The Saint
Candido de Dalmases, Ignatius Loyola Pendiri Serikat Jesus
James Brodrick, St. Ignatius Loyola: The Pilgrim Years
Gerald Coleman, Walking with Inigo
Gonzalves da Camara, Wasiat dan Petuah
Ishak Jacues Cavin, SJ