
VENOM (2018)
Film bioskop yang diambil dari cerita Marvel Comics selalu menarik untuk dinantikan. Apalagi tren sejak The Avengers (2012) yang mempertemukan banyak superheroes di film yang sama membuat cerita semakin kompleks dan antusiasme diehard fans maupun awam semakin tinggi.
Rilis terbaru dari gerbong cerita tersebut adalah film Venom (2018). Posternya menampilkan sosok antagonis di dunia Spiderman yang justru memiliki peran utama di film tersebut. Langsung timbul rasa penasaran tentang bagaimana jalan ceritanya. Apakah film ini akan menampilkan kemenangan pihak villain trus ngegantung kaya Thanos kemarin?
DISCLAIMER : Saya termasuk golongan awam dan hanya mengenal karakter Venom sebelumnya melalui film Spiderman (2007) yang masih dibintangi oleh Tobey Maguire.
YES YOU SHOULD
Saya merekomendasikan film ini karena unsur freshness dan konflik yang ringan tanpa harus menonton film Marvel Comics yang lain untuk memahami jalan ceritanya. Ada sedikit penurunan standar pada kualitas visual effects dari film Marvel Comics yang lain, namun karena lebih penasaran dengan plot ceritanya, hal itu tidak mengganggu experience saya ketika menontonnya.
CREDIT SCENE
Seperti film Marvel Comics lainnya, film ini memiliki credit scene. Dan tidak hanya satu, tapi dua credit scene. Jadi jangan buru-buru beranjak dari kursi.
AGE RESTRICTION
Ada beberapa adegan kekerasan dan romance yang beberapa orang tua sulit menjelaskannya kepada anak berusia di bawah 13 tahun.
Venom Yang Lama…

Peter Parker sedang berusaha membebaskan diri dari Venom di sebuah menara yang berlonceng. Versi ini menggambarkan cara mengontrol Venom adalah dengan melepaskan diri darinya.
Film Spiderman (2007) menggambarkan Venom sebagai tokoh antagonis yang sempat berhasil ‘merasuki’ Peter Parker, karakter utama yang akhirnya berhasil menumpasnya. Venom sendiri adalah alien dari luar angkasa (symbiote) yang nyasar ke bumi, dan selalu mencari inang (host) untuk bertahan hidup. Tidak hanya itu saja, Venom juga akan mempengaruhi inangnya untuk mengumbar hal buruk. Spiderman (Peter Parker) berubah menjadi seseorang yang bengis, serakah, temperamental sebelum akhirnya sadar dan berhasil melepaskan diri. Tidak seperti rekan seprofesinya, Eddie Brock, yang tewas terbakar sebagai inang Venom.
Venom Yang Baru…

Eddie Brock sedang mengontrol gerak tubuhnya karena Venom sedang berusaha mempengaruhi dia untuk melakukan hal buruk. Versi ini menggambarkan Venom adalah bagian dari diri Eddie yang bisa dikendalikan tanpa harus membebaskan diri darinya.
Film Venom (2018) yang baru menggambarkan karakter venom berbeda. Venom adalah sosok rekan beradu argumen dengan inangnya. Eddie Brock setelah dihinggapi Venom bisa bercakap-cakap dan memberikan perlawanan terhadap dorongan berbuat salah yang diajukan oleh Venom. Beda dengan Eddie Brock (dan Peter Parker) di film Spiderman (2007) yang seolah tersihir dan tak berdaya.
***
REFLEKSI
Selain memberikan kesan humoris dan protagonis terhadap karakter Venom, adegan Eddie Brock bercakap-cakap dengan Venom yang ada di dalam kepalanya mengingatkan saya akan kehidupan rohani kita sebagai manusia.
Seringkali kita diserang oleh pikiran negatif, rasa serakah, rasa marah, rasa benci yang seolah harus dilampiaskan.
Seringkali kita tidak sadar bahwa sebenarnya punya kemampuan untuk mengendalikan Venom di dalam pikiran kita.
Seringkali kita tidak menyadari sedang di bawah kendali Venom.
Seringkali kita membiarkan Venom mengambil keputusan.
Padahal kita bisa menggertak Venom untuk diam.
Jurus khas Ignasian, examen dan journaling, berguna untuk membantu kita mengenali pola serangan Venom yang bervariasi pada setiap orang. Hanya lewat kesedihan, kemarahan, ataupun kegelisahan yang terjurnal dan dibaca ulang lah pola serangan tersebut dapat dikenali.
Dengan mengenali pola serangan Venom, kita lebih siap melawan ketika dia mulai cerewet ga penting.
Sudahkah kamu mengenal “Venom”mu?
Salam Magis,
Anton
Formasi 2017

Anthony Hartanto