Oleh: Maria Stefania Kusumastuti
Bagi saya pribadi, perjumpaan dengan teman-teman di circle Octacle pada pertemuan bulanan Magis di bulan Januari 2017 ini sangat spesial. Pertama, karena bagi saya sendiri seperti momen “Akhirnya bertemu jugaaa!”, karena memang perjumpaan terakhir saya dengan mereka adalah sekitar 2 bulan sebelumnya, yaitu saat kami circle-an di luar perbul (setelah perbul November lebih tepatnya. Fyi saya absen perbul Desember karena ada kerja proyek di hari Minggu). Rindu rasanya, meski setiap hari pun masih ada saling sapa via grup WhatsApp. Saya bahagia atas rasa rindu itu; rasa yang mengartikan bahwa saya telah memiliki perasaan memiliki dengan teman-teman circle ini. Dua hari sebelum perbul, meski tidak lengkap, circle Octacle masih berhasil circle-an di luar perbul, setelah menunggu beberapa teman yang mudik kembali ke Jakarta. Kedua, karena masih dalam suasana Natal dan Tahun Baru. Perdana bagi kami semua untuk merasakan suasana ini bersama-sama. Manis, patut dikenang, begitulah rasanya. Pun kami bertukar kado di inner circle kami. Saya merasa sukacita Natal dan Tahun Baru tergenapi jua karena kehadiran teman-teman circle yang kali ini FULL TEAM YEAY! Ada Berry, Galih, Rani, Sanita, Shinta, Aci, Indah, dan saya sendiri.
Di perbul Januari ini kami menerima materi perihal Pembedaan Roh, sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Romo Mario. Dalam kesempatan circling di perbul kali ini, tiap-tiap dari kami saling berbagi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan reflektif yang diberikan. Inti dari refleksi dalam circle kami adalah bahwa kami juga pernah mengalami hal yang serupa (meski nampaknya tidak seberat) yang pernah dialami oleh St. Ignatius. Pergumulan batin yang muncul dan ada peperangan antara mengikuti tarikan Roh Baik atau roh jahat kerap membuat kami malah jadi tidak fokus, kehilangan gairah untuk melakukan aktivitas, bahkan sakit karena kami sulit tidur, hilang selera makan. Relevansinya erat terkait dengan pengambilan keputusan tentang pekerjaan, karena memang di circle Octacle puji Tuhan semuanya sudah bekerja. Kalau boleh dijabarkan lagi, di circle kami memang banyak anggotanya yang sedang ‘galau’ oleh sebab adanya tawaran-tawaran pindah pekerjaan, juga adanya perjuangan-perjuangan sulit untuk dipromosikan naik pangkat atau sekedar naik pendapatan.
Dari pengalaman-pengalaman kami, kami selalu menunjukkan kata dan pikiran sepakat ketika berbicara saat mengikuti roh jahat, meskipun awalnya kelihatan enak atau nyaman, namun di akhir rupa-rupanya lebih menghantarkan diri pada sikap-sikap menyesal setelah mulai sadar bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan pilihan kita. Dari situ kemudian bisa memicu perilaku-perilaku negatif yang didasari dengan kekecewaan. Jiwa yang sudah uring-uringan karena ada peperangan batin malah semakin lesu, kering, kosong, dan ingin menyerah saja dari semuanya. Sementara itu saat mengikuti Roh Baik, walau memang pasti ada tantangannya (ya namanya juga hidup, pasti ada saja ujiannya), tetapi dengan bisikan-bisikan Roh Baik itulah akhirnya dapat merubah cara pandang kita terhadap sesuatu yang baik namun tak enak dirasa sehingga memampukan kita untuk bersyukur, ikhlas, dan sepenuhnya percaya kepada Penyelenggaraan Ilahi, sehingga dengan sendirinya akan mendatangkan sukacita. Kebahagiaan yang muncul juga tidak selalu dalam kondisi yang bermegah-megah, melainkan dari kesederhanaan dan penerimaan akan semua rencana yang disusun oleh-Nya, dan yang kita percaya bahwa Tuhan selalu membuat indah pada waktunya. Akhirnya dari pemikiran-pemikiran inilah kami kembali bersepakat bahwa satu-satunya cara untuk semakin yakin bahwa Allah senantiasa hadir dan mendampingi proses hidup kita adalah dengan mempererat relasi lewat doa; mengungkapkan iman, merangkai harapan, dan memetik kasih Allah itu sendiri.
Circling kali ini bagi saya juga cukup emosional, dalam artian bahwa sejak pertama kali kami circling semuanya berkesinambungan. Saat sampai di tema ini, saya secara pribadi pun merasa bahwa saya terus disadarkan bahwa Allah sungguh-sungguh bekerja dalam kehidupan saya. Teman-teman circle saya pernah menjadi saksi ketika saya tersedu sedan mau jeduk-jedukin kepala sambil guling-guling di lantai setiap saya berbagi keluh kesah mengenai kesulitan di dalam karir yang baru saya rintis. Dalam perbul kemarin, ketika circling, saya akhirnya bisa berbagi pengalaman bahwa selama berproses di Magis ini ada semacam turn-back point di mana saya harus mengambil keputusan dan menyatakan sikap. Saya betul-betul merasakan bahwa yang akhirnya saya pilih ini sungguh berasal dari kehendak Allah, walau kelihatannya mungkin saya seperti orang yang tidak cukup sehat kewarasannya. Saya berbicara bahwa saya sudah menerima segala tantangan dan kesultan ini sebagai salib dalam mengikut Kristus. Walau susah, sedih, tetap saya jalani dengan mengingat-ingat pengorbanan Kristus yang tentu amat besar dan sangat tidak sebanding dengan apa yang saya sebut sebagai ‘penderitaan’. Ketika saya betul-betul rela, semuanya terasa baik-baik saja, bahkan semakin baik segala sesuatunya.
Sesudah mengungkapkan hal tersebut, ada kelegaan yang teramat sangat di jiwa saya. Saya merasa sangat berkobar dan optimis, dan tidak cemas selama saya percaya untuk mengandalkan Allah serta menajamkan hati untuk terus mendengar suara kebaikan-Nya yang teramat halus, bahkan terkadang terlihat tidak mengenakkan untuk dipilih. Ada perasaan mantap untuk melangkah dan untuk tidak cemas akan hari esok. Saya juga bersyukur bahwa dalam mengungkapkan hal ini, teman-teman circle Octacle betul-betul menunjukkan dirinya sebagai pendengar yang baik sehingga saya merasa dihargai, merasa berarti, dan merasa ingin semakin memiliki dan mempererat persaudaraan serta persahabatan dengan mereka semua. Rintangan bukan hanya mewarnai hidup saya melainkan juga pada semua teman-teman saya. Bahkan di saat saya optimis, masih ada teman yang begitu gelisah. Bersyukur bahwa kami bisa saling melengkapi; dengan saling berbagi pengalaman akhirnya kami dapat menyemangati dan memberi masukan supaya teman-teman yang masih ragu dapat dimantapkan, tentu kemampuan pengambilan keputusan tersebut juga tidak pernah terlepas dari peran serta Allah yang begitu setia kepada kami.